Reporter : Novita Intan Sari
gedung BUMN. wordpress.com
Merdeka.com - Indonesia dalam waktu tidak lama lagi akan menyongsong pasar bebas Asean atau biasa disebut Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). Namun, berbagai kekhawatiran masih menyelimuti Indonesia. Seolah Indonesia tidak bisa bersaing dengan negara tetangga.
Director of Human Capital Management PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel), Priantono Rudito mengaku khawatir dengan kualitas direksi dan karyawan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang kalah saing dengan warga asing.
"Yang menarik memang secara eksplisit disebutkan akan adanya 'free flow skilled labours' di MEA. Saya khawatirnya nanti direksi-direksi BUMN akan kalah saing dengan orang luar, mereka yang mengisi jabatan," kata Rudi di Jakarta.
Kekhawatiran ini makin bertambah karena adanya kelonggaran aturan dari Kementerian BUMN. Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno membuka lebar pintu perusahaan negara untuk warga negara asing. Warga asing diperbolehkan menjadi bos, petinggi perusahaan BUMN jika berhasil lolos dalam proses seleksi.
"Bisa saja orang asing jadi bos BUMN. Tetapi kita ambil dari dalam terlebih dahulu," ujar dia dalam konferensi pers di Kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Senin (15/12).
Rini punya alasan mempersilakan orang asing duduk sebagai bos perusahaan BUMN. Dia berdalih, pemilihan direksi BUMN harus melihat persaingan global. Apalagi, lanjut dia, Indonesia bakal menghadapi pasar bebas ASEAN atau Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015.
Terpenting bagi Rini, petinggi perusahaan BUMN mempunyai kompetensi dalam pemasaran dan persaingan global. Ini penting untuk ekspansi perusahaan BUMN di luar negeri. Dia mencontohkan PT Semen Indonesia yang telah memiliki anak usaha di luar negeri yaitu Vietnam.
Namun demikian, apakah hal ini sama dengan menjual kedaulatan negara?
[idr]

Merdeka.com - Indonesia dalam waktu tidak lama lagi akan menyongsong pasar bebas Asean atau biasa disebut Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). Namun, berbagai kekhawatiran masih menyelimuti Indonesia. Seolah Indonesia tidak bisa bersaing dengan negara tetangga.
Director of Human Capital Management PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel), Priantono Rudito mengaku khawatir dengan kualitas direksi dan karyawan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang kalah saing dengan warga asing.
"Yang menarik memang secara eksplisit disebutkan akan adanya 'free flow skilled labours' di MEA. Saya khawatirnya nanti direksi-direksi BUMN akan kalah saing dengan orang luar, mereka yang mengisi jabatan," kata Rudi di Jakarta.
Kekhawatiran ini makin bertambah karena adanya kelonggaran aturan dari Kementerian BUMN. Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno membuka lebar pintu perusahaan negara untuk warga negara asing. Warga asing diperbolehkan menjadi bos, petinggi perusahaan BUMN jika berhasil lolos dalam proses seleksi.
"Bisa saja orang asing jadi bos BUMN. Tetapi kita ambil dari dalam terlebih dahulu," ujar dia dalam konferensi pers di Kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Senin (15/12).
Rini punya alasan mempersilakan orang asing duduk sebagai bos perusahaan BUMN. Dia berdalih, pemilihan direksi BUMN harus melihat persaingan global. Apalagi, lanjut dia, Indonesia bakal menghadapi pasar bebas ASEAN atau Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015.
Terpenting bagi Rini, petinggi perusahaan BUMN mempunyai kompetensi dalam pemasaran dan persaingan global. Ini penting untuk ekspansi perusahaan BUMN di luar negeri. Dia mencontohkan PT Semen Indonesia yang telah memiliki anak usaha di luar negeri yaitu Vietnam.
Namun demikian, apakah hal ini sama dengan menjual kedaulatan negara?
[idr]
Labels:
ASEAN,
BUMN,
Pasar Bebas
Thanks for reading Pasar bebas ASEAN dan ancaman BUMN 'dikuasai' warga asing. Please share...!
0 Komentar untuk "Pasar bebas ASEAN dan ancaman BUMN 'dikuasai' warga asing"