
Foto: Reuters
Jakarta -Sampai saat ini, penyakit impor garam
masih menjangkit Indonesia. Meski 2/3 wilayah Indonesia merupakan lautan
dan memiliki pantai terpanjang kedua di dunia setelah Kanada, namun
garam masih terus diimpor.Apa sih masalahnya? Masalahnya, selama ini Indonesia tidak mempunyai produk garam industri berkualitas bagus untuk keperluan industri. Para petani garam di Indonesia sifatnya masih tradisional.
Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti geram dengan garam impor yang membanjiri Indonesia. Menurutnya, Indonesia sebagai negara kepulauan yang 2/3 wilayahnya lautan dan memiliki panjang pantai nomor 2 terpanjang di dunia, tak sepantasnya menjadi importir garam.
"Saya ingin menjadikan negara dengan 17 ribu pulau dan 30 ribu petani garamnya ini swasembada garam," kata Susi beberapa waktu lalu.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) juga kemarin sempat menyatakan soal ketergantungan impor pangan di Indonesia, termasuk garam, yang berperan membuat neraca perdagangan defisit serta ketergantungan dolar AS yang tinggi.
"Kalau semua produk-produk seperti ini, gula, kedelai, jagung, garam semua impor. Bahkan buah-buahan dan beras, inilah yang menyebabkan keguncangan neraca perdagangan, dan karena ketergantungan ini membeli barang impor harus memakai dolar. Ini salah satu yang menyebabkan dolar seperti sekarang, meski faktor terbesar adalah eksternal," papar Jokowi.
Berdasarkan data Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), kebutuhan garam konsumsi di 2014 adalah 1,8 juta ton, dan garam industri sebanyak 2,2 juta ton, sehingga total kebutuhan garam 4 juta ton. Sejak 2012, swasembada untuk garam konsumsi sudah tercapai, sehingga hanya garam untuk kebutuhan industri yang masih perlu impor.
Tercatat jumlah impor garam di 2014 mencapai 2,2 juta ton. Tahun ini KKP menargetkan dapat mengurangi impor garam industri hingga tinggal 1 juta ton dengan meningkatkan produksi garam industri di dalam negeri hingga 1 juta ton.
Namun, di tengah upaya KKP tersebut, Kementerian Perdagangan justru menerbitkan izin impor garam hingga 1,506 juta ton per 30 Juni 2015. Menteri Susi bulan lalu meradang terkait izin impor garam ini.
Seperti diketahui, industri terbesar yang membutuhkan garam ialah aneka pangan dan farmasi.
Garam untuk industri masih harus diimpor karena tingkat kualitasnya tinggi, belum dapat dicapai oleh garam lokal. Garam untuk aneka pangan harus memiliki kandungan NaCL di atas 94 persen, sedangkan untuk farmasi kandungan NaCL harus di atas 97 persen. Sementara rata-rata NaCL garam lokal baru 92 persen.
(dnl/hen)
Labels:
'Aneh Tapi Nyata',
2/3 Wilayahnya Laut Tapi RI Masih Impor Garam
Thanks for reading 'Aneh Tapi Nyata', 2/3 Wilayahnya Laut Tapi RI Masih Impor Garam. Please share...!
0 Komentar untuk " 'Aneh Tapi Nyata', 2/3 Wilayahnya Laut Tapi RI Masih Impor Garam"