-->
Motivasi Menulis
Bisnis Online

Setelah BUMN, Rizal 'Kepret' Proyek Kilang LNG Inpex di Laut Arafura

Michael Agustinus - detikfinance
Setelah BUMN, Rizal Kepret Proyek Kilang LNG Inpex di Laut Arafura
Jakarta -Sejak dilantik 12 Agustus lalu sebagai Menko bidang Maritim dan Sumber Daya Rizal Ramli rajin mengeluarkan juru 'Rajawali Ngepret'. Korbannya mulai dari Pertamina, PLN, hingga Pelindo. Tapi ternyata tak hanya BUMN, Rizal kali ini mempersoalkan proyek di ladang gas bumi yakni Blok Masela, di Laut Arafura, Maluku.

Ya, Rizal mempersoalkan rencana pengelolaan Blok Masela yang dioperatori Inpex Corporation, perusahaan asal Jepang yang ingin membuat kilang LNG (gas alam cair) terapung, dengan kapasitas produksi 7,5 juta ton per tahun.

Menurut Rizal, sebenarnya proyek pembangunan kilang terapung ini cukup menarik. Investment Rate Return (IRR) proyek ini mencapai 15%, lalu ada potensi pendapatan bagian negara sebesar US$ 43,8 miliar. Teknologi kilang terapung pun tergolong sangat baru.

Namun, Rizal tetap meminta proyek tersebut untuk dikaji secara komprehensif terlebih dahulu. Sebab, biaya pembangunannya tak sedikit, mencapai US$ 19,3 miliar. Harus benar-benar diperhitungkan apakah memberikan keuntungan maksimal bagi negara atau tidak.
"Ada masalah di sini, ada usul dari Shell untuk bangun floating unit untuk proses gas di atas laut. Pilihan-pilihan ini harus dibahas komprehensif supaya menguntungkan Indonesia. Kalau bangun floating US$ 19,3 miliar," kata Rizal usai rapat koordinasi di Kantornya, Jakarta, Senin (20/9/2015).

Participating interest (PI) di proyek ini, 60% dipegang Inpex Corporation, 30% Shell Upstream Overseas Services, sisanya 10% dipegang PT Energi Mega Persada (EMP) Energi Indonesia.

Menurut Rizal, lebih baik dibangun saja pipa gas dari Blok Masela ke Pulau Aru lalu kilang dibangun di darat. Selain biaya pembangunannya lebih murah, yaitu hanya US$ 14,6-15 miliar, ada keuntungan yang bisa didapat oleh penduduk di Pulau Aru. "Kalau pipa ke Pulau Aru US$ 14,6-15 miliar‎. Manfaatnya terjadi pengembangan wilayah Pulau Aru," ucapnya.

Unit pengolahan yang berada di Pulau Aru akan menciptakan lapangan kerja bagi penduduk lokal, selain itu industri baja di dalam negeri juga mendapat keuntungan karena adanya pembangunan pipa. "Belum lagi kalau kita bangun industri downstream-nya (hilir) seperti pupuk dan petrochemical," paparnya.

Selain itu, jalur pipa gas dari Blok Masela ke Pulau Aru dapat disambung lagi ke lokasi-lokasi cadangan gas baru yang akan ditemukan di Blok Masela. Jika menggunakan kilang terapung, maka harus dibangun kilang terapung lagi ketika ada cadangan baru. "Dari pipa sampai Aru kemungkinan ditemukan cadangan gas-gas baru, jadi nanti kita sambung saja pipanya. Jadi tidak perlu kita bangun floating unit lagi," kata Rizal.
Karena itu, pihaknya meminta Kementerian ESDM dan SKK Migas untuk mengevaluasi lagi secara menyeluruh apakah lebih baik membangun kilang terapung atau pipa gas ke Pulau Aru. Namun, Rizal sendiri lebih memilih opsi membangun pipa saja.
"Kami sendiri lebih senang bikin pipa ke Aru karena kita akan bangun wilayah Indonesia Timur. Tapi tentu akan di-review kembali, kasih kesempatan ESDM dan SKK Migas mempelajarinya secara menyeluruh," tutupnya.

Seperti diketahui, Inpex Corporation telah mengajukan revisi Plan of Development (PoD) atau rencana kerja dan anggaran kepada SKK Migas, terkait Lapangan Abadi, di Blok Masela, pada Rabu (2/9/2015) lalu. Dalam revisi PoD tersebut, Inpex mengajukan fasilitas gas alam cair terapung dengan kapasitas pengolahan hingga 7,5 juta ton per tahun.

"Pembahasan dilakukan secara intensif agar rekomendasi persetujuan dapat segera diberikan kepada Menteri ESDM," kata Kepala Humas SKK Migas, Elan Biantoro.
(rrd/rrd)
Labels: Rizal 'Kepret' Proyek Kilang LNG Inpex di Laut Arafura, Setelah BUMN

Thanks for reading Setelah BUMN, Rizal 'Kepret' Proyek Kilang LNG Inpex di Laut Arafura. Please share...!

0 Komentar untuk "Setelah BUMN, Rizal 'Kepret' Proyek Kilang LNG Inpex di Laut Arafura"

Back To Top