Menarik menyimak acara mas Tukul Arawana pada malam 14 Oktober 2015, tepatnya pada malam 1 suro, di Trans TV.
Pada malam itu diuraikan prosesi ritual membersihkan pusaka yang biasa dilakukan masyarakat Jawa pada 1 Suro atau 1 Muharram. Membersihkan keris disini juga merupakan simbol untuk membersihkan jiwa kita dalam memperingati 1 Muharram atau 1 suro.
Pada malam itu tak lupa disebut tentang belum hadirnya sang Ratu Adil. Seorang Ratu yang dianggap akan dapat "mrantasi" ("membereskan") semua persoalan bangsa bahkan mungkin dunia.
Dan seandainya sang Ratu Adil sudah hadir diminta menghubungi mas Kiwi dari kerabat Keraton Kasunanan Solo yang memiliki Keris Naga yang "berisi" 50 khodam, untuk diserahi keris tersebut, sebagai penguat.
Lantas siapa sih sang Ratu Adil itu? dimana dia saat ini?
Coba mari kita kupas, kalau kita hitung Ratu Adil ber"nilai" = (18+1+20+21) + (1+4+9+12)
= (19+41) + (5+21)
= (60) + (26)
= 86
= 14
= 5
Nah sekarang perlu dicari siapa yang tanggal kelahirannya bila dijumlah berangka 86.
14 Ia berasal dari kota Solo? (pelat mobil AD)
5 (Mungkin namanya berhuruf awal E?)
Tapi apa pun atau siapa pun dia, Idiom Ratu Adil seharusnya dapat menjadi pengingat atau PR bagi pemimpin Indonesia saat ini dan seterusnya, tentang adanya harapan akan terwujudnya masyarakat yang adil dan makmur sebagaimana memang sudah tertulis dalam sila ke 5 Pancasila. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Artinya kita juga harus logis, tugas atau "pangkat" (lain) itu "hanya bisa" dan "boleh" diemban oleh pemimpin formal negara kita yakni presiden. Ini penting untuk diingat masyarakat, karena bila salah mempersepsikan Ratu Adil maka bisa saja muncul gerakan atau aliran semacam Gavatar yang ternyata punya cita-cita atau tujuan yang berbeda dengan Kerangka Kesatuan Negara Republik Indonesia.
Segala sesuatunya harus dikembalikan dalam koridor Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Wallahualam bisawab.
Pada malam itu diuraikan prosesi ritual membersihkan pusaka yang biasa dilakukan masyarakat Jawa pada 1 Suro atau 1 Muharram. Membersihkan keris disini juga merupakan simbol untuk membersihkan jiwa kita dalam memperingati 1 Muharram atau 1 suro.
Pada malam itu tak lupa disebut tentang belum hadirnya sang Ratu Adil. Seorang Ratu yang dianggap akan dapat "mrantasi" ("membereskan") semua persoalan bangsa bahkan mungkin dunia.
Dan seandainya sang Ratu Adil sudah hadir diminta menghubungi mas Kiwi dari kerabat Keraton Kasunanan Solo yang memiliki Keris Naga yang "berisi" 50 khodam, untuk diserahi keris tersebut, sebagai penguat.
Lantas siapa sih sang Ratu Adil itu? dimana dia saat ini?
Coba mari kita kupas, kalau kita hitung Ratu Adil ber"nilai" = (18+1+20+21) + (1+4+9+12)
= (19+41) + (5+21)
= (60) + (26)
= 86
= 14
= 5
Nah sekarang perlu dicari siapa yang tanggal kelahirannya bila dijumlah berangka 86.
14 Ia berasal dari kota Solo? (pelat mobil AD)
5 (Mungkin namanya berhuruf awal E?)
Tapi apa pun atau siapa pun dia, Idiom Ratu Adil seharusnya dapat menjadi pengingat atau PR bagi pemimpin Indonesia saat ini dan seterusnya, tentang adanya harapan akan terwujudnya masyarakat yang adil dan makmur sebagaimana memang sudah tertulis dalam sila ke 5 Pancasila. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Artinya kita juga harus logis, tugas atau "pangkat" (lain) itu "hanya bisa" dan "boleh" diemban oleh pemimpin formal negara kita yakni presiden. Ini penting untuk diingat masyarakat, karena bila salah mempersepsikan Ratu Adil maka bisa saja muncul gerakan atau aliran semacam Gavatar yang ternyata punya cita-cita atau tujuan yang berbeda dengan Kerangka Kesatuan Negara Republik Indonesia.
Segala sesuatunya harus dikembalikan dalam koridor Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Wallahualam bisawab.
Labels:
Ratu Adil
Thanks for reading Ratu Adil. Please share...!
0 Komentar untuk "Ratu Adil"