-->
Motivasi Menulis
Bisnis Online
Ketua MPR: Pembebasan sandera Abu Sayyaf pekan ini

Ketua MPR: Pembebasan sandera Abu Sayyaf pekan ini

Ketua MPR: Pembebasan sandera Abu Sayyaf pekan ini
Zulkifli Hasan. (ANTARA/Wahyu Putro A.)
 Saya percaya pemerintah kita sudah all out."
Yogyakarta (ANTARA News) - Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat RI, Zulkifli Hasan, mengatakan bahwa berdasarkan hasil rapat dengan Wakil Presiden M. Jusuf Kalla (JK), maka pemerintah berkomitmen pembebasan 10 warga negara Indonesia (WNI) yang disandera Abu Sayyaf bisa diselesaikan pekan ini.

"Saya semalam rapat dengan pak JK (Jusuf Kalla) yang disandera 10 warga negara Indonesia ini mudah-mudahan diharapkan dalam waktu dekat, dalam hitungan minggu ini sudah bisa diselesaikan," katanya seusai menjadi pembicara dalam pembukaan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Aisyiyah di Universitas Aisyiyah, Yogyakarta, Jumat.
Zulkifli, yang juga Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) mengemukakan, meski tidak diungkap secara terbuka, upaya negosiasi dengan Pemerintah Filipina terus dilakukan oleh Pemerintah RI secara habis-habisan (all out).

"Saya percaya pemerintah kita ini sudah all out," katanya.
Meski demikian, ia tidak mengetahui secara teknis apa yang akan dilakukan Pemerintah RI dalam upaya pembebasan 10 sandera mengingat operasi militer terhadap kelompok Abu Sayyaf telah disepakati tidak akan ditempuh kedua negara.

"Yang jelas, TNI kita tidak diperbolehkan masuk, sehingga teknisnya nanti kita serahkan ke pemerintah," ujarnya.

Sudah dua kali terjadi penculikan atas WNI yang berprofesi sebagai pelaut yang sedang berlayar dari dan menuju perairan Indonesia, di perairan Laut Sulu, dan wilayah Filipina.

Pertama adalah pembajakan kapal tunda Brahma 12 dan kapal tongkang Anand 12 yang berlayar dari Banjarmasin ke Filipina pada 15 Maret 2016. Sebanyak 10 WNI disandera kelompok Abu Sayyaf di Filipina Selatan.

Kemudian, pembajakan terhadap kapal tunda Henry dan kapal tongkang Cristi yang berlayar dari Cebu, Filipina ke Tarakan, Kalimantan Utara, pada 15 April 2016. Dalam insiden tersebut 10 anak buah kapal itu seorang diantaranya tertembak, lima orang selamat dan empat pelaut WNI disandera, sedangkan identitas kelompok penyendera belum diketahui pasti.
Editor: Priyambodo RH
COPYRIGHT © ANTARA 2016
Abu Sayyaf sandera WNI lagi, TNI kerahkan kapal perang ke perbatasan Filipina

Abu Sayyaf sandera WNI lagi, TNI kerahkan kapal perang ke perbatasan Filipina

Abu Sayyaf sandera WNI lagi, TNI kerahkan kapal perang ke perbatasan Filipina
Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo (ANTARA FOTO/Yudhi Mahatma)
 Satu orang ditembak di bawah ketiak, kemudian empat orang disandera. Dan enam orang selamat sekarang ada di Sabah. Yang tertembak dalam kondisi selamat di Malaysia. Terindikasi adalah kelompok Abu Sayyaf tapi masih dalam penyelidikan."

"Saya sudah siapkan pasukan di darat, laut dan udara untuk mengambil tindakan di perbatasan Filipina," kata Panglima TNI saat menghadiri peringatan HUT ke 64 Kopassus di Cijantung, Jakarta Timur, Sabtu.
Ia mengaku telah mendapat informasi bahwa pada Jumat (15/4) sekitar pukul 18.20 WIB di perairan perbatasan antara Malaysia dengan Filipina telah terjadi penyanderaan terhadap WNI.

"Satu orang ditembak di bawah ketiak, kemudian empat orang disandera. Dan enam orang selamat sekarang ada di Sabah. Yang tertembak dalam kondisi selamat di Malaysia. Terindikasi adalah kelompok Abu Sayyaf tapi masih dalam penyelidikan," katanya.
Ia mengatakan, sejak Jumat malam (15/4) TNI sudah mengerahkan dua kapal perang yakni, KRI Badau-841 dan KRI Slamet Riyadi-352 ke daerah perbatasan untuk melakukan penjagaan di perairan tersebut.

"Saya tegaskan TNI sudah menyiapkan pasukan untuk melakukan tindakan tegas, saya ulangi TNI sudah menyiapkan pasukan untuk melaksanakan tindakan tegas baik di laut, darat dan hutan saya siap. Kapan pelaksanaan adalah bagaimana koordinasi dengan pemerintah Filipina," tegasnya. 
Jenderal bintang empat ini menyebutkan, pihaknya akan melaksanakan koordinasi dengan Panglima Angkatan Bersenjata Filipina dan Malaysia untuk bersama-sama melakukan patroli bersama terkoordinasi.

"Patroli bersama terkoordinasi itu maksudnya, kami mengawal sampai batas perbatasan terluar Zona Ekonomi Esklusif (ZEE), setelah itu di wilayah Filipina ya Filipina dan di wilayah Malaysia ya wewenang Malaysia," ujarnya. 
Namun apabila terjadi sesuatu di wilayah negara Malaysia ataupun Filipina, kata Gatot, maka siapapun militer yang mampu hadir dengan cepat diperbolehkan melakukan penanganan.

"Ini langkah-langkah yang segera dilakukan. Itulah perjanjian yang kita buat nantinya, salah satu klausulnya seperti itu (bisa masuk ke wilayah negara tempat terjadinya gangguan)," kata mantan Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) ini.
Panglima TNI pun optimistis bila nota kesepahaman patroli terkoordinasi itu ditandatangani, maka perairan perbatasan ketiga negara menjadi aman.

"Saya akan melaksanakan koordinasi dengan Malaysia dan Filipina karena wilayah itu berbatasan dengan ketiga negara. Saat ini Filipina operasi besar-besaran di kepulauan Zulu. Kita tunggu saja," ujarnya.

Di tempat yang sama, Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Luhut Binsar Panjaitan mengakui telah terjadi penyanderaan kembali terhadap empat WNI. Saat ini pemerintah Indonesia tengah mencermati langkah apa yang harus dilakukan.

"Kita akan evaluasi dari waktu ke waktu sekarang krisis center sudah berjalan di bawah Polhukam dan kita memantau semua kegiatan itu. Kita lihat apakah politik atau tebusan-tebusan," jelasnya.
Dalam pembicaraannya dengan Panglima TNI, kata Luhut, tidak tertutup kemungkinan dibangun kerja sama antara TNI dengan tentara Filipina dan Malaysia untuk melakukan patroli di perairan tersebut guna menghadapi masalah perompakan.

"Untuk penyanderaan pertama, kita masih negosiasi oleh pengusaha. Kita biarkan saja pengusaha dulu, kita monitor dengan baik, kita tunggu Senin (18/4), tapi saya sampaikan negosiasi ini tidak bisa dilakukan dengan cepat," ucapnya.
Editor: B Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2016
18 tentara Filipina tewas dalam bentrokan dengan Abu Sayyaf

18 tentara Filipina tewas dalam bentrokan dengan Abu Sayyaf



Manila (ANTARA News) - Delapan-belas prajurit Pemerintah Filipina dan lima gerilyawan tewas setelah baku-tembak di Filipina Selatan pada Sabtu (9/4), kata militer, Minggu.

Pertempuran sengit juga melukai 53 prajurit dan 20 gerilyawan lagi, kata Mayor Filemon Tan, Juru Bicara Komando Militer Mindanao Barat.

Baku-tembak itu meletus pada pukul 07.55 waktu setempat pada Sabtu di Desa Baguindano, Kota Kecil Tipo-tipo di Basilan, dengan melibatkan pasukan dari Batalion Pasukan Khusus Ke-4 Angkatan Darat dan Batalion Infantri Ke-44 melawan 120 petempur Abu Sayyaf.

Ia mengatakan pertempuran berlangsung sampai sekitar pukul 17.30 waktu setempat.

Letkol. Benedicto Manquiquis, Juru Bicara Divisi Infantir Ke-1 Angkatan Darat, mengatakan tentara sedang melancarkan operasi tempur ketika bentrokan terjadi, demikian laporan Xinhua, Minggu.

Tan tak bersedia memberi perincian lebih lanjut mengenai peristiwa tersebut, dan mengatakan ia sedang mempersiapkan pernyataan yang lebih terperinci.

"Mula-mula, saya mengkonfirmasi bahwa ada bentrokan di Barangay (Desa) Baguindano, Tipo-tipo, Basilan. Hasilnya ialah di pihak pemerintah 18 prajurit KIA (gugur dalam tugas) dan 53 prajurit WIA (cedera dalam tugas)," kata Tan.

Kelompok Abu Sayyaf, yang memiliki 400 anggota dan didirikan pada awal 1990-an oleh gerilyawan garis keras, adalah kelompok perusuh yang beroperasi di Filipina Selatan. Kelompok itu memiliki reputasi negatif karena melakukan serangkaian penculikan, pemboman dan pemenggalan selama beberapa dasawarsa belakangan.

(Uu.C003)
Editor: Fitri Supratiwi
COPYRIGHT © ANTARA 2016
Wapres JK upayakan humanisme bebaskan sandera Abu Sayyaf

Wapres JK upayakan humanisme bebaskan sandera Abu Sayyaf

Wapres JK upayakan humanisme bebaskan sandera Abu Sayyaf
Wakil Presiden M. Jusuf Kalla. (ANTARA FOTO/Widodo S Jusuf)
 Yidak ada deadline itu."

Jakarta (ANTARA News) - Wakil Presiden M. Jusuf Kalla (JK) menegaskan pemerintah mengupayakan langkah-langkah yang mengedepankan unsur kemanusiaan/humanisme dalam membebaskan 10 warga negara Indonesia yang disandera kelompok penculik pimpinan Abu Sayyaf di Filipina.

"Kami akan mengusahakan cara kemanusiaan," kata Wapres JK seusai menerima laporan keadaan dan perkembangan para sandera dari Menteri Luar Negeri Retno Lestari Priansari Marsudi di kantor Wapres di Jakarta, Jumat.
Dalam pertemuan tersebut, tidak dibahas sama sekali mengenai rencana membayar uang tebusan sebesar Rp15 miliar kepada para penculik.

"Pemerintah tidak akan bicara soal tebusan. Pemerintah juga tidak akan bayar sama sekali uang tebusan itu," kata Ketua Umum Palang Merah Indonesia (PMI) yang berpengalaman sebagai juru runding dalam perdamaian antara pemerintah Indonesia dengan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) di Helsinki, Finlandia, pada 2005 itu.
Terkait tenggat yang diberikan Abu Sayyaf, Wapres menyatakan tidak tahu.

"Soal waktu itu, tidak jelas informasinya dari mana. Tidak ada deadline itu," ujar Wapres JK.

Pihaknya juga tidak menyarankan perusahaan atau pemilik kapal yang mempekerjakan para sandera itu untuk membayar uang tebusan.

Sebelumnya, Menlu Retno Marsudi mengatakan bahwa para sandera dalam keadaan sehat. Otoritas Filipina, mengawasi Abu Sayyaf dan para sandera secara ketat.

"Kemarin saya kembali berkoordinasi dengan otoritas Filipina, berdasarkan info yang saya terima semua pergerakan is well monitor (terpantau dengan baik)," ujarnya usai Sidang Kabinet Paripurna di Jakarta, Kamis (7/4).


Kemenlu telah menunjuk dua petugas penghubung atau "liasion officer" untuk mengintensifkan komunikasi dan koordinasi antara pemerintah dan pihak keluarga sandera.

Awal April lalu, Retno juga telah terbang ke Filipina untuk bertemu dengan Presiden Filipina, Benigno Aquino III. Di sana, Retno juga berkoordinasi dengan pejabat Kementerian Luar Negeri serta pimpinan Angkatan Bersenjata Filipina.
Editor: Priyambodo RH
COPYRIGHT © ANTARA 2016
Filipina pastikan sedang bebaskan sandera Abu Sayyaf

Filipina pastikan sedang bebaskan sandera Abu Sayyaf

Filipina pastikan sedang bebaskan sandera Abu Sayyaf
Keluarga WNI yang disandera kelompok Abu Sayyaf mengikuti ibadah keselamatan di Minahasa, Sulawesi Utara. (ANTARA FOTO/Adwit B Pramono)
 Masih berlangsung

Jakarta (ANTARA News) - Duta Besar Filipina untuk Indonesia Maria Lumen Isletta mengatakan bahwa usaha pembebasan sepuluh WNI yang disandera kelompok militan Abu Sayyaf masih berlangsung.

"Masih berlangsung," ujar Isletta singkat pada Silaturahmi Kebudayaan di Ruang Nusantara Kementerian Luar Negeri RI di Pejambon, Jakarta, Kamis.
Isletta menolak menjelaskan lebih lanjut prihal pembebasan sandera ini karena demi alasan keamanan kesepuluh sandera WNI itu.

Senin pekan ini Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengungkapkan kapal tongkang Anand 12 yang dibajak Abu Sayyaf telah ditemukan di perairan Lahad Datu, Sabah, Malaysia.

Anand 12 adalah salah satu kapal dari dua kapal yang dibajak Abu Sayyaf. Kapal lainnya adalah Brahma 12 dan ini pun telah dilepaskan di perairan Filipina akhir Maret lalu, dan kini berada di tangan otoritas Filipina.

Anand 12 ditemukan dalam kondisi utuh dan sudah ditarik ke Pelabuhan Lahad Datu untuk pemeriksaan forensik yang membutuhkan waktu sekitar tujuh hingga sepuluh hari.

Retno menegaskan pemerintah Indonesia terus berupaya membebaskan kesepuluh WNI.
Editor: Jafar M Sidik
COPYRIGHT © ANTARA 2016
Back To Top