-->
Motivasi Menulis
Bisnis Online
Turki cari mitra kembangkan alutsista di Indonesia

Turki cari mitra kembangkan alutsista di Indonesia

Pewarta: 
Turki cari mitra kembangkan alutsista di Indonesia
Kagan Manekse, Country Manager Business and Market Development Asia and Pacific Aselsan (kiri), usai bertemu Menteri Perindustrian Saleh Husin di Jakarta, Senin. (ANTARA News/Sella Panduarsa Gareta)
 Jadi, kerja sama ini sangat penting bagi perusahaan dan negara kami."


"Bentuknya pasti joint venture," kata Direktur Jenderal Industri Logam Mesin Alat Transportasi dan Elektronika Kementerian Perindustrian, I Putu Gusti Suryawirawan, di Jakarta, Senin.

Ia mengatakan, jika rencana tersebut terealisasi, maka penentuan kerja sama bisnis (joint venture) akan diputuskan di Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP).

Aselsan kepada Menteri Perindustrian RI, Saleh Husin, mengemukakan membidik investasinya di Indonesia bidang alutsista.

Kagan Manekse selaku Country Manager Business and Market Development Asia and Pacific Aselsan memandang Indonesia sebagai pusat Asia, sehingga kerja sama tersebut penting.

"Jadi, kerja sama ini sangat penting bagi perusahaan dan negara kami," kata Kagan.

Indonesia juga menjadi pilihan perusahaan persenjataan yang sudah 40 tahun beroperasi di Turki tersebut karena perekonomian yang terus maju, katanya menambahkan.
Editor: Priyambodo RH
COPYRIGHT © ANTARA 2016
Dolar Kuat, Ini Kata Menhan Soal Rencana Pembelian Alutsista

Dolar Kuat, Ini Kata Menhan Soal Rencana Pembelian Alutsista

Dolar Kuat, Ini Kata Menhan Soal Rencana Pembelian AlutsistaFoto: Agung Pambudhy

 Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat anjok hingga menembus angka Rp 14.000 beberapa waktu terakhir. Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu mengatakan tingginya nilai Dolar bukan berarti rencana pembelian alutsista untuk kekuatan pertahanan Indonesia akan dibatalkan.

"Kalau yang sudah dibayar kita beli (alutsistanya). Yang ringan-ringankan masak nggak bisa. (Kalau) yang mahal-mahal misal (rencana) beli sepuluh ya kita beli delapan dulu," ungkap Ryamizard usai sidak persenjataan milik TNI AD di tiga kesatuan, yakni Kopassus, Yonkav 1/1 Kostrad, dan Yonif Mekanis 201 Jaya Yudha, Jakarta Timur, Rabu (2/9/2015).

Pemerintah sendiri sudah memperhitungkan mengenai keadaan ini. Mengenai rencana pembelian anggaran disebut Ryamizard sudah masuk dalam batasan tertinggi anggaran (pagu).

"Sudah ada pagunya kalau rencana sudah oke. Kalau resapan berjalan semua pasti akan berjalan dengan bagus," ujarnya.

Meski perekonomian nasional kembali bergejolak, menurut Ryamizard bukan berarti Indonesia harus menurunkan kewaspadaan dalam bidang pertahanan sebagai langkah pertimbangan. Pasalnya meningkatkan kekuatan militer sangat penting menyusul adanya potensi-potensi konflik yang bisa melibatkan Indonesia, seperti sengketa Laut China Selatan.

"Situasi sekarang memang tidak bagus, tapi Laut China Selatan kan dekat kita. Kita harus berjaga-jagalah. Nambah-nambah, daripada kita berdebar-debar terus kan. Walaupun mereka (negara yang bersengketa) tembak-tembakan kan berdebar-debar juga," jelas Ryamizard.


Untuk itu, dengan ekonomi yang melemah ini pihaknya akan betul-betul jeli dalam memutuskan membeli alutsista. Jika keadaan ekonomi membaik, Indonesia bisa kembali membeli tambahan alutsista yang diperlukan. Ryamizard juga menyebut, permasalahan ekonomi bukan hanya melanda Indonesia semata.

"Ada anggaran beli yang perlu saja. Ada yang sudah pesan bayar, biar resapan cepat teruskan saja. Kalau rupiah sudah normal beli nanti. Rusia saja babak belur, dan Malaysia (juga). Kita beli yang murah-murah kayak kekeran (teropong) masak nggak dibeli. Ya gitu nggak pengaruh lah," beber mantan KSAD ini.

Kementerian Pertahanan sendiri dalam waktu dekat akan melakukan penandatangan kontrak untuk pembelian pesawat tempur Sukhoi SU-35 dengan Rusia. Pesawat tersebut untuk menggantikan F-5 Tiger milik TNI AU yang sudah memasuki masa pensiun.

"Kita ingin membeli satu skadron, tetapi disesuaikan kemampuan pemerintah. (MoU) Bulan September ini," tutur Ryamizard.

Sebelumnya Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo menyebut anjloknya rupiah terhadap dolar akan berpengaruh terhadap pembelian alutsista. Terkait rencana pembelian alutsista, jajarannya pun dikatakan Gatot akan kembali melakukan evaluasi.

"Pasti ada pengaruhnya. Ya tentu akan kita evaluasi. Karena anggaran kita kan beda. Beda juga situasinya. Pasti akan kita evaluasi lagi. Kan belum jalan," tukas Gatot di Gedung Kementan, Ragunan, Jaksel, Rabu (26/8).
(elz/imk)
Back To Top