-->
Motivasi Menulis
Bisnis Online
Isi prasasti yang ditemukan di Temanggung belum terpecahkan

Isi prasasti yang ditemukan di Temanggung belum terpecahkan

 Banyak tulisan yang sudah aus sehingga butuh waktu untuk membacanya"

"Hingga sekarang belum bisa terbaca, karena tulisan yang terpahat di batu prasasti tersebut sudah usang dimakan zaman," kata Kabid Kebudayaan Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga Kabupaten Temanggung Didik Nuryanto di Temanggung, Senin.

Pada awal penemuan prasasti tersebut, pihaknya langsung mendatangkan tim dari Balai Arkeologi Yogyakarta dan Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Tengah.

Hasilnya, ujarnya, batu prasasti tersebut diperkirakan dari peninggalan zaman Mataram Kuno.

"Kami sudah berupaya maksimal, BPCB dan Balai Arkeologi kami datangkan untuk mengetahui prasasti itu, karena temuan itu bakal menjadi bagian dari sejarah Temanggung, namun karena kondisinya yang sudah tua, tulisan belum bisa terbaca sepenuhnya," katanya.


Ia mengatakan prasasti tersebut terdapat tulisan dengan huruf Kawi dengan bahasa Jawa Kuno, karena kondisinya sudah tua sehingga belum semua tulisan yang ada di prasasti bisa terbaca dengan sempurna.
"Banyak tulisan yang sudah aus sehingga butuh waktu untuk membacanya," katanya.

Berdasarkan hasil penelitian sementara, katanya, prasasti tersebut baru terbaca angka tahunnya, yakni 784 Saka atau 862 Masehi. Jika dilihat dari tahunnya, kemungkinan besar prasasti itu dibuat pada zaman Mataram Kuno. Namun, isi prasasti belum diketahui, nanti bisa dikaitkan dengan periode tersebut.
"Hingga sekarang kami belum bisa berbuat banyak untuk batu prasasti tersebut, kami baru bisa berupaya mengamankan batu prasasti tersebut dengan membuat atap di atas prasasti itu," katanya.

Kedepan, katanya, batu prasasti tersebut bakal dipasang di kompleks "Taman Pendopo Pengayoman".

Meskipun belum bisa dibaca, prasati tersebut tidak lebih tua daripada Situs Liyangan di Dusun Liyangan, Desa Purbosari, Kecamatan Ngadirejo di kawasan Gunung Sindoro, Kabupaten Temanggung.


Batu prasasti dengan tinggi 140 centimeter, lebar 80 centemeter, dan tebal 45 centimeter tersebut, pertama kali ditemukan oleh pekerja yang sedang melakukan renovasi pagar keliling kompleks "Pendopo Pengayoman" pada akhir 2014.
Editor: Suryanto
COPYRIGHT © ANTARA 2016
Kerangka manusia abad 12 ditemukan di Natuna

Kerangka manusia abad 12 ditemukan di Natuna

Namun berasal dari ras yang sama yakni Mongolia"
Natuna, Kepri (ANTARA News) - Tim Arkeolog dari Pusat Arkeologi Nasional menemukan empat kerangka manusia yang diperkirakan berasal dari abad 12 di Desa Tanjung, Kecamatan Bunguran Timur, Kabupaten Natuna, Provinsi Kepulauan Riau.

"Melihat dari kerangka dan benda keramik yang sebelumnya ditemukan di lokasi diperkirakan berasal dari abad 12," kata Ketua Tim Peneliti Arkeologi Sony Wibisono kepada Antara di Natuna, Minggu.

Empat kerangka manusia yang berumur sekitar 800 tahun itu ditemukan di hamparan kebun kelapa milik warga Desa Tanjung, Pulau Bunguran. Di lokasi tersebut sejak lama menjadi tempat masyarakat mencari keramik kuno berupa piring atau mangkuk.

Menurut Sony, pihaknya telah menggali selama empat hari sejak Rabu (20/5) dan menemukan dua lokasi kuburan yang masing-masing berjarak sekitar 20 meter.

"Satu lubang pertemuan pertama terdapat tiga kerangka yang sudah tidak utuh karena dari dada ke atas sudah tidak ada, diperkirkan berjenis kelamin laki-laki," katanya.

Pada ketiga kerangka itu masing-masing terdapat sebilah keris yang ditempatkan di dada kerangka, sedangkan bahan keramik baik berupa piring atau mangkuk tidak lagi ditemukan.

Sedangkan, satu lubang lagi yang berisi kerangka perempuan terlihat masih utuh. Pada tulang lengan kirinya terdapat empat gelang dan tinggi tubuh kerangka sekitar 165 cm.

Menurut Sony, posisi kerangka tersebut terkubur sama yakni kepala mengarah ke Tenggara sedangkan kaki ke Barat Laut.

"Posisi kerangka yang ditemui ini berbeda dengan kerangka serupa yang pernah kami temui tahun lalu di Semampang, Desa Tanjung, yang masih satu hamparan garis dengan lokasi ini," ujar Sony.
Menurut dia, kerangka yang ditemui di Semampang masih utuh sedangkan posisi letak kerangka berbeda. Bagian kepala menghadap ke Barat Daya dan kaki ke arah Timur Laut.

"Namun berasal dari ras yang sama yakni Mongolia," ujar peneliti senior itu.
Ia menjelaskan dari motif keramik yang banyak ditemukan di daerah itu diperkirakan berasal dari Dinasti Sung dan Yuan.

"Biasanya pada kerangka yang umurnya ratusan tahun ini ada barang-barang berharga yang dibawa serta, seperti piring keramik yang biasanya ditempatkan di atas kepala, kemaluan serta atas persendian," tutur Sony.

Sayangnya, lanjut dia, keramik telah lenyap dari sisi kerangka karena telah diambil para pemburu keramik, jauh sebelum tim menemukan kerangka.

"Kalau melihat bentuk lekuk kerangka diatas kemaluannya ada ditempatkan keramik, tapi sayang telah diambil para pemburu keramik," katanya.
Bukti lain bahwa keramik milik kerangka tersebut diambil dengan adanya bekas lubang "macok" (sebutan masyarakat setempat untuk besi yang dipakai untuk mendeteksi keramik) di bagian tulang paha dan persendian.

Ia menjelaskan, temuan kerangka manusia ratusan tahun lalu serta banyaknya terdapat keramik kuno telah membuktikan bahwa Pulau Bunguran sejak lama telah dihuni dan sangat maju pada masa itu.

"Kami berkejar dengan waktu dalam melakukan penelitian karena para pemburu keramik terus bergerak mencari barang antik," katanya.
Editor: Suryanto
COPYRIGHT © ANTARA 2015
UNESCO dan Arkeolog Kecam ISIS Karena Hancurkan Nimrud

UNESCO dan Arkeolog Kecam ISIS Karena Hancurkan Nimrud

BBC World - detikNews

Para arkeolog dan lembaga internasional menyampaikan kemarahan terhadap penghancuran kota kuno Asiria, Nimrud, oleh kelompok yang menamakan diri Negara Islam atau ISIS di Irak.

Pada hari Kamis (05/03) ISIS - yang menguasai bagian-bagian di Irak dan Suriah - mulai menghancurkan situs yang didirikan pada abad ke-13 Sebelum Masehi itu, kata para pejabat Irak.

Irina Bokova, kepala Badan PBB untuk Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan (UNESCO) mengecam penghancuran "sistematis" di Irak ini sebagai "kejahatan perang".

"Ini merupakan serangan terhadap rakyat Irak, yang mengingatkan kita bahwa tidak ada yang aman dari pembasmian budaya di negara itu. Semua menjadi target: nyawa manusia, kelompok minoritas dan ini ditandai dengan penghancuran sistematis warisan budaya kuno," kata Bokova.

ISIS mengatakan tempat pemujaan dan patung kuno merupakan "benda berhala" yang harus dihancurkan.

"Mereka sedang menghapus sejarah kami," kata arkeolog Irak Lamia al-Gailani. Gailani mengatakan Nimrud merupakan salah satu situs paling penting di Irak.


ISIS juga menjual artefak

Nimrud terletak sekitar 30km di sebelah tenggara Mosul.

Banyak dari artefak yang ditemukan di sana sudah dipindahkan ke museum di Baghdad dan luar negeri, tetapi masih banyak yang tersisa di lokasi tersebut.

Sebagai tindakan vandalismes budaya, usaha untuk menghancurkan Nimrud sudah dibandingkan dengan perusakan patung batu karang Buddha Bamiyan oleh Taliban di Afghanistan pada tahun 2001, kata wartawan BBC Jim Muir di Beirut, Lebanon.

Selain menghancurkan artefak, ISIS juga menjualnya dan perdagangan merupakan salah satu sumber pendapatan mereka.


Profil Nimrud

  • Kota kuno Asiria di Sungai Tigris
  • Ibu kota Asiria selama sekitar 150 tahun
  • Ekskavasi pertama di zaman modern dilakukan oleh orang-orang Eropa mulai tahun 1840-an
  • Harta karun yang didapatkan dari penggalian termasuk istana kerajaan, patung dan artefak kecil
  • Investigasi dihentikan selama beberapa dasawarsa, tetapi pada tahun 1949 Sir Max Mallowan (suami penulis Agatha Christie) memulai ekskavasi baru
  • Foto atas kekayaan yang tersisa dibuat secara ekstensif pada tahun 1970-an
(rvk/rvk)
Arkeolog Temukan Data Baru Soal Batu Bergambar Naga di Gunung Tilu Kuningan

Arkeolog Temukan Data Baru Soal Batu Bergambar Naga di Gunung Tilu Kuningan

Dhani Irawan - detikNews

Jakarta - Dua batu menhir yang berdiri tegak di Puncak Gunung Tilu, Kuningan, Jawa Barat masih menyimpan misteri. Di batu itu ada relief bergambar naga, yang masih menyimpan misteri.

Masyarakat Arkeologi Indonesia (MARI) pun kembali melakukan ekspedisi arkeologi publik di Situs Batu Naga di Dusun Banjaran Desa Jabranti Kecamatan Karangkancana Kabupaten Kuningan Jawa Barat pada 23-25 Januari.

Menurut Ketua MARI yang juga Arkeolog UI Ali Akbar, jalur yang dilalui untuk menuju Situs Batu Naga yang terletak di puncak Gunung Tilu relatif sulit untuk ditempuh.

"Gunung Tilu relatif tidak tinggi yakni sekitar 1300 meter di atas permukaan air laut dan dusun terakhir untuk memulai pendakian yakni Dusun Banjaran berada di ketinggian sekitar 600 meter. Vegetasi yang lebat, sergapan pacet, cenderung terjal dan pada beberapa bagian terdapat longsor menjadi bagian dari perjalanan," jelas Ali, Sabtu (31/1/2015).

Menurut dia, survei permukaan yang dilakukan sepanjang perjalanan menemukan boingkahan-bongkahan batu mulai di ketinggian 900 meter. Namun batu-batu yang tersusun seperti struktur mulai terdapat di ketinggian 1150 meter.

"Di puncak gunung terdapat dua batu tegak atau menhir yang salah satunya terdapat relief naga. Menhir merupakan ciri khas peninggalan megalitik dari periode prasejarah. Berdasarkan hasil survei ini, maka terdapat kemungkinan dua batu tegak tersebut merupakan puncak dari suatu struktur besar. Struktur besar tersebut memiliki ketinggian minimal 150 meter," urai dia.

Menurut Ali, penemuan ini tergolong mencengangkan karena pada penelitian sebelumnya, di puncak gunung diperkirakan hanya terdapat 2 batu tegak itu saja.

"Susunan atau struktur batu yang ditemukan selama jalur pendakian diduga mengelilingi gunung. Jika itu terbukti, maka Situs Batu Naga kemungkinan merupakan bangunan monumental dengan puncak yang dihiasi relief naga," jelas dia.

Berdasarkan penelitian pada awal tahun 2013 yang dilakukan MARI di situs Batu Naga terdapat dua batu tegak atau menhir yang permukaannya dipahat dengan motif naga. Batu yang pertama terdapat goresan yang sepertinya menggambarkan profil kepala naga. Sementara itu batu yang kedua di seluruh permukaan batunya terdapat relief.






(ndr/mad)
Back To Top