-->
Motivasi Menulis
Bisnis Online
TELAAH - Perselisihan Laut China Selatan tantangan bagi ASEAN

TELAAH - Perselisihan Laut China Selatan tantangan bagi ASEAN

TELAAH -  Perselisihan Laut China Selatan tantangan bagi ASEAN
Ilustrasi peta kawasan Laut China Selatan. (beforeitnews.com)
Jakarta (ANTARA News) - Konferensi internasional bertema "Finding Peaceful Solutions for South China Sea Disputes from ASEAN Perspectives" berlangsung di Jakarta, 1 September 2016. Sejumlah pakar dari dalam maupun luar negeri menjadi narasumber, terutama membahas serangakain tantangan keamanan di Laut China Selatan (LCS).

Pada saat bersamaan, masyarakat dunia akan memberikan perhatian kepada LCS, berusaha mengurangi ketegangan dan memajukan resolusi damai bagi kawasan tersebut.

Bagi Perhimpunan Bangsa Asia Tenggara (ASEAN), konferensi ini telah memberikan manfaat untuk memperkuat persatuan di antara para anggotanya, menyelesaikan konflik di LCS. Empat anggota ASEAN (Malaysia, Brunei Darussalam, Vietnam dan Filipina) bersama dengan China dan Taiwan merupakan pihak-pihak yang mengklaim (claimant) atas sebagain atas seluruh wilayah di LCS.

Sudah seharusnya apa yang para pihak lakukan di kawasan tersebut sesuai dengan Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa/PBB tentang Hukum Laut (The United Nations Convention on the Law of the Sea/UNCLOS) yang disahkan tahun1982.

Jika timbul konflik di antara mereka, UNCLOS sebagai produk hukum internasional harus manjadi rujukan, dan bukan sebaliknya membuat situasi menjadi rumit, serta bukan pula menonjolkan pendekatan militeristik. 


Dalam kaitan ini, ASEAN dan China telah memiliki Deklarasi Perilaku (Declaration of Conduct /DoC) dan sedang membangun Kode Perilaku (Code of Conduct/CoC).
Berdasarkan keputusan Peradilan Tetap Arbitrase (Permanent Court of Arbitration /PCA) pada 12 Juli 2016, tak satu pihak pun di Spratly, gugusan pulau di LCS yang dipersengketakan, dapat memberlakukan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE). Taiwan, misalnya, tak dapat memberlakukan ZEE di wilayah itu, atau yang berada di kepulauan tersebut.

Sistem terumbu karang, menurut PCA, telah rusak akibat aktivitas yang dilakukan China di sana. Keputusan mahkamah itu menyatakan bahwa China menghalangi hak-hak nelayan Filipina di Scarborough Shoal dengan mencegah akses mereka ke kawasan tersebut.

Selain itu, reklamasi China untuk membuat pulau-pulau buatan tak sesuai dengan kewajiban-kewajiban sebuah negara dalam proses resolusi perselisihan.

China menolak apa yang telah diputuskan oleh PCA sebagaimana Presiden China Xi Jinping katakan bahwa China "tidak menerima pandangan atau aksi-aksi berdasarkan keputusan-keputusan pengadilan terkait perselisihan di kawasan tersebut".

Pernyataan Kementerian Luar Negeri China menyebutkan bahwa China memiliki kedaulatan atas pulau-pulau di LCS, termasuk Kepulauan Paracel dan Spratly Vietnam. Lebih jauh dikatakan bahwa sikap Beijing "konsisten dengan hukum internasional dan ZEE telah berlaku di pulau-pulau tersebut, tempat orang-orang China bekerja lebih selama 2.000 tahun lalu". 

Seorang juru bicara Kemlu China menyatakan bahwa penolakan terhadap keputusan mahkamah itu sebagai"cacat hukum" dan "tak ada hubungan" dengan China.

Ia menuding keputusan atas "garis berbentuk U" itu yang menyebabkan "ketegangan di kawasan tersebut, menyebabkan "kerusakan serius" atas perdamaian dan stabilitas politik di LCS.


Keretakan ASEAN

Pertemuan para menteri luar negeri negara anggota ASEAN tak dapat membuat pernyataan umum mengenai isu perselisihan di LCS dalam pertemuan tahunan pada Jumat (25/7) di Vientiane, Laos. Banyak orang merasa kaget atas apa yang dihasilkan dalam pertemuan tersebut.

Juli lalu dalam sebuah pertemuan khusus di Kunming, China, perbedaan di antara negara anggota ASEAN sudah terlihat jelas ketika perhimpunan ini menarik kembali sebuah pernyataan keras yang mengecam China atas kedaulatan di LCS. Negara-negara yang bersekutu dengan China menolak pernyataan tersebut.

Hampir seluruh dunia menyaksikan apakah para menlu ASEAN memiliki suara sama yang menghormati keputusan mahkamah arbitrase itu dan menghormati hukum internasional atau tidak.

Tercatat dalam sejarah ASEAN, untuk pertama kali para menlu perhimpunan ini tidak mengeluarkan sebuah pernyataan bersama. Pasalnya sebagai ketua ASEAN tahun 2012, Kamboja menentang sebuah pernyataan bersama menteri luar negeri ASEAN mengenai LCS. Sikap yang diperlihatkan Kamboja itu mengundang pro-kontra.
Yang tampak nyata ialah persatuan ASEAN telah retak akibat kecenderungan Kamboja lebih memihak kepada China. Kamboja perlu membuat keputusan-keputusan mengenai masa depannya apakah akan seiring dan seirama dengan para anggota organisasi ini, atau mengikuti tetangganya yang raksasa, sekaligus kaya.
Perselisihan LCS adalah ujian kritis bagi ASEAN. Tanpa penanganan isu tersebut dengan pantas,organisasi ini berisiko terbelah lagi.

Penyelengaraan lokakarya internasional mengenai LCS ini tepat waktunya dan memiliki konteks dengan PCA yang telah mengeluarkan keputusan terkait dengan sebuah kasus yang diajukan Filipina terhadap China di LCS, khususnya terkait dengan konferensi tingkat tinggi ASEAN pada 28-29 September di Vientiane.
Editor: Priyambodo RH
COPYRIGHT © ANTARA 2016
Mukidi dan Sokrates

Mukidi dan Sokrates

Mukidi dan Sokrates
sakit jiwa, stress, stes, depresi, ilustrasi stres, ilustrasi depresi, gangguan jiwa, gangguan kejiwaan, gangguan mental (ANTARA News / Insan Faizin Mubarak)
Heboh tokoh Mukidi di jagat media sosial menyeret khalayak saling bersahutan dan bertukar komentar bernada jenaka bertabur kekonyolan demi kekonyolan di bawah kubah keseharian dan kepenatan ziarah hidup.

Mu-ki-di..., sengaja nama sang tokoh dipenggal tiga suku kata agar dapat dilafalkan dengan mulut sedikit monyong sebagai ujaran yang mengusik dan mengundang mereka yang hendak menertawakan diri sendiri dengan membongkar lalu menggeledah teks berjudul MUkidi.

Memasuki pekan keempat Agustus 2016, tokoh Mukidi ramai-ramai dibincang di media sosial baik dengan tulisan maupun gambar. Dikesan-dikesankan bahwa tokoh yang satu ini memiliki silsilah keluarga dan melakukan aktivitas keseharian bersama dengan orang lain.

Perilaku Mukidi mengundang tawa. Dikisahkan bahwa suatu ketika, sang tokoh menelepon ke kantor bioskop sampai tiga kali untuk menanyakan jam tayang bioskop.

Dengan menggunakan bahasa Jawa, Mukidi bertanya kepada petugas bioskop lewat pesawat telpon. "Halo, Mas...aku arep takon bioskop buka jam pira...? (Halo, mas...saya mau tanya, bioskop buka jam berapa?"

Penjaga menjawab, "jam siji, mas. (Jam satu, mas)." Setelah mendengar jawaban itu, Mukidi meminta kepada penjaga bioskop agar bersedia memulai jam tayang sebelum pukul satu.

Mukidi memohon dengan mengiba bertelepon sampai tiga kali kepada penjaga bioskop. Mengapa?

Sontak, tersulut dan tersambar kesal oleh "rongrongan" Mukidi itu, penjaga bioskop dengan hati mendongkol kemudian menjawab, "sakjane sampeyan arep nonton pilem apa toh...kok telepon terus-terusan? (sebenarnya anda bermaksud menonton film apa?"

Pembaca boleh jadi tertawa setelah membaca jawaban Mukidi atas pertanyaan penjaga bioskop. Ditulis dalam kisah bertajuk "Mukidi Nonton Bioskop", sambil menangis, Mukidi menjawab, "aku iki kekuncen nang njero bioskop, mas...mau bengi pas nonton pilem keturon...tulungana ta mas...bukakke lawange...aku pingin mulih."

"Saya ini terkunci di dalam bioskop, mas...saya tertidur tadi malam pas nonton film. Tolong, mas...buka pintunya...saya ingin pulang," kata Mukidi.

Dikisahkan pula bahwa Mukidi memiliki silsilah keturunan keluarga. Orangtua Mukidi bernama Mukirun (Ayah) dan Mukiatun (Ibu).

Mukirun lahir dari perkawinan antara Moekiro dan Moekiyah. Buah hati mereka berjumlah lima orang, salah satunya Mukirun yang ditulis "dengan menggunakan ejaan baru".

Selanjutnya, Moekibat kawin dengan Moekinah, memiliki lima orang anak, salah satunya Moekiro. "Moekidjo kawin dengan Moekirah, punya empat buah hati, salah satunya Moekibat."

Selain Mukidi Nonton Bioskop, ada beberapa kisah jenaka lainnya, antara lain berjudul, Ini...Mukidi Maning, Mukidi Maning (Ini...Mukidi lagi, Mukidi lagi), Ternyata Mukidi Terlalu Sayang sama Istrinya, Arwah Mukidi dan istrinya, Naik Tangga.

Ada apa dengan teks berjudul Mukidi yang berwarna humor? Apa makna teks Mukidi yang dijejali dan disesaki dengan kejenakaan bagi ziarah hidup?
Keberanian, inilah satu kata jawaban yang membingkai tiga sepak terjang keseharian manusia. Pertama, milikilah keberanian untuk menertawakan diri sendiri setelah membaca kisah humor Mukidi.

Kedua, milikilah keberanian untuk membongkar kemudian mengambil jarak secara geguyon dengan bersikap agresif terhadap kemapanan, atau mengguncang segala bentuk kepalsuan yang membelenggu kreativitas demi memperoleh rasa aman di bawah kungkungan gheto berupa iming-iming jabatan mapan, bujuk rayu ingin cepat kaya kemudian sikut sana-sikut sini dengan mengorbankan kebersamaan.

Di rumah, di sekolah, di perguruan tinggi, di kantor, dan di kehidupan sehari-hari-hari, keberanian kerapkali dipandang sebagai virus yang mengganggu rasa aman, yang meneror rasa ingin mereguk nikmat sesaat di menara gading egoisme. 

"Mengapa harus menempuh yang sulit-sulit di tengah hidup yang sudah sulit? Keberanian hanyalah milik mereka yang hidup berkelana di dunia entah berantah!"
Ketiga, bicara keberanian, filosof Yunani klasik Sokrates bersikap dan bertindak autentik. Ia tidak ingin mencari rasa tenang dalam menara gading kepentingan diri sendiri.

Ia justru terus menjalin dialog satu lawan satu dengan dilandasi perilaku yang tekun memeriksa diri setiap hari. Sokrates memilih berefleksi ketimbang bereaksi tanpa kendali diri.

Akhir hidup Sokrates mencerminkan keberanian untuk menertawakan diri sendiri dan melawan perilaku mencari nikmat sebesar-besarnya demi kepentingan diri pribadi atau kelompok.
Sokrates menertawakan diri sendiri ketika sahabat-sahabat dekatnya menawarkan pembebasan dari hukuman mati. Ia menolak (keinginan dan perilaku mencari nikmat bagi diri sendiri) kemudian memilih setia dengan hukum polis yang memutuskan bahwa ia harus menemui ajal dengan meminum racun.

Sokrates dituduh telah meracuni kaum muda zaman itu dengan sejumlah ajaran-ajaran bijaknya. "...dan Dia mengatakan kepada kita melalui orakulum itu, bahwa hikmat insani sedikit saja harganya atau sama sekali tidak berharga." (Apologia 23a, terjemahan Ioanes Rakhmat, halaman 92).

Teks berjudul Mukidi membawa pembaca kepada sikap sinis setelah merespon situasi yang ada, dan berani menertawakan diri sendiri.

Sepakat dengan itu, Sokrates mengajak khalayak untuk memahami yang ada, bukan yang seharusnya ada, kemudian memilih untuk mendengar setiap buah dari refleksi diri.

Kisah humor Mukidi merupakan pemenuhan dari salah satu peribahasa Jawa, yakni guyon parikeno. Artinya, geguyon atau guyon yang artinya canda ria bertujuan menghilangkan stres dan menyampaikan kritik.

Dengan kisah Mukidi yang sarat canda, pihak yang dikritik kemudian diharapkan tidak merasa sakit hati. Dan Sokrates bertolak dari pengalaman hidup sehari-hari, bukan melulu pertimbangan akal budi.

Dan tertawa merupakan jalan melingkar dari kebijakan hidup bahwa manusia adalah dia yang tahu bahwa ia tidak tahu, namun selalu perlu untuk senantiasa belajar bahwa manusia tidak akan pernah tahu sepenuh-penuhnya. 
Editor: AA Ariwibowo
COPYRIGHT © ANTARA 2016
Surat cinta Bung Tomo untuk "Lies" Sulistina

Surat cinta Bung Tomo untuk "Lies" Sulistina

Surat cinta Bung Tomo untuk
Sulistina Sutomo (arsip/ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso)
Surabaya (ANTARA News) - Lies, begitulah sapaan akrab untuk Sulistina Sutomo, istri Pahlawan Nasional Bung Tomo, yang telah menghembuskan nafas terakhirnya, Rabu (31/8) dini hari. 

Lies pergi menyusul sang suami tercinta yang telah lebih dulu meninggalkannya. Meski raga telah tiada, namun nama istri pejuang ini tersimpan rapat di hati warga Surabaya. Semangat perjuangan Bung Tomo saat memerdekakan republik ini, tidak lepas dari sosok Lies yang setia menemaninya.

Semangat itu terus ada pada diri Lies hingga usia senjanya. Kisah heroik masa lalu terpatri dalam diri Lies bersama kenangan indah dan romantis bersama Sutomo atau yang dikenal Bung Tomo.

Di usia senja sebelum ajal menjemput, ibu empat anak dan nenek dari 12 cucu ini menyibukkan hari-harinya dengan berkebun dan menulis di kediamannya di kawasan Kota Wisata, Cibubur, Bogor.

Salah satu karya yang cukup romantis dari almarhumah Lies adalah buku berjudul "Romantisme Bung Tomo, Kumpulan Surat dan Dokumen Pribadi Pejuang Revolusi Kemerdekaan".

Buku itu adalah hasil kumpulan surat-surat Bung Tomo yang dikumpulkan Sulistina selama puluhan tahun.

Salah seorang jurnalis di Surabaya, Hany Akasah mengaku kagum dengan sosok Sulistina ini. Bahkan Hany sempat membuat catatan khusus di blog pribadinya pada saat ia ngobrol dengan Lies beberapa waktu lalu saat berada di Surabaya.

"Pasangan suami istri Bung Tomo dan Lies adalah pasangan romantis. Bahkan semboyan "tresno jalaran soko kulino" pun sukses dilakukan Bung Tomo yang menikahi Lies di Malang pada tahun 1947," katanya.

Ia mengatakan awal pertemuan Lies dengan Bung Tomo pada tahun 1945, saat Lies bekerja di Palang Merah Indonesia (PMI). Lies dari Malang dikirim khusus ke Surabaya untuk merawat para pejuang yang gugur dan terluka dalam peristiwa bersejarah 10 November.

Di Surabaya itulah Lies kenal Bung Tomo. Lies cukup salah tingkah dengan gerak-gerik pria kelahiran Kampung Blauran, Surabaya yang saat itu sudah menjadi idola rakyat. Bung Tomo selalu cari perhatian ketika Lies bekerja merawat para pejuang yang terluka di tenda-tenda pertolongan.

Perjuangan Bung Tomo menaklukkan istrinya tak berhenti ketika itu saja. Bung Tomo terus merajut romantismenya dalam setiap surat-surat yang dikirim ketika bertugas keluar kota.

Sosok Bung Tomo adalah seorang pribadi yang memiliki jiwa ksatria, pemberani, dan romantis. Di bawah berbagai tekanan yang dialaminya, Bung Tomo selalu mencurahkan isi hati kepada keluarga melalui puisi dan surat-surat cintanya di balik kamar tahanan.

Karena merasa surat-surat yang jumlahnya ratusan itu sangat berharga, wanita itu mengumpulan kumpulan surat yang didokumentasikan melalui buku yang disusunnya pada 2006.

Banyak cara orang mengungkapkan rasa cinta kepada pasangannya. Namun, Sulistina memilih membuat buku untuk mengungkapkan cintanya kepada Bung Tomo. Bahkan Lies mengumpulan sajak-sajak Bung Tomo.

Lies telah melahirkan empat buku, buku pertama berisi kumpulan karangan Bung Tomo, kedua berjudul Bung Tomo, Suamiku (Pustaka Sinar Harapan, 1995); ketiga, Bung Tomo Vokalis DPR 1956-1959 (Yayasan Bung Tomo, 1998), keempat Romantisme Bung Tomo, Kumpulan Surat dan Dokumen Pribadi Pejuang Revolusi Kemerdekaan.

Bung Tomo juga sering berpesan kepada Lies melalui suratnya supaya terus merindukannya. "Bila kesepian, ambilah buku pelajaran Bahasa Inggris kita, ensuccess," begitu isi surat Bung Tomo.

Panggilan "Tiengke" atau sayang juga diberikan kepada Lies. Kata itu selalu menghiasi kop surat yang dikirim Bung Tomo kepada Lies.

Dalam beberapa surat panggilan sayang itu dikombinasi dengan kata-kata mesra lainya. Misalnya "Tieng adikku sayang", "Tieng isteri pujaanku", "Dik Tinaku sing ayu dewe", "Tieng Bojoku sing denok debleng" atau "Tiengke Sayang".

Bung Tomo sibuk dengan tugasnya. Tak heran, ketika pulang Bung Tomo selalu memanjakan istrinya itu. Ketika berdua dan anak-anak tidak ada, Bung Tomo sering menarik tangan Lies, lalu berdansa.

Cinta yang ditanam Bung Tomo selama bertahun-tahun sungguh merasuk ke relung jiwa Lies. Cinta mereka tak terhalang ruang dan waktu. Ketika meninggal pada tahun 1981 di Mekkah, berkali-kali Lies bermimpi dipeluk Bung Tomo yang menggunakan baju biru.

Setelah Bung Tomo meninggal dunia pun, Lies tetap rajin menulis surat. Kejadian apa pun selalu diceritakan dalam surat yang tak pernah terkirim itu. Salah satu surat yang termuat dalam buku keempatnya, Lies menulis:.

"Untuk Suamiku, kemarin tanggal 18 Desember 2004 saya telah menghadiri peluncuran buku Tarbawi dengan anak kita Bambang Sulistomo. Saya telah tertarik dengan surat undangannya, karena di situ tercantum nama Mas Tom. Meskipun saya masih sakit, karena tangan saya yang kiri masih dalam gedongan, saya perlukan datang. Saya waktu itu sedang pulang dari sholat Idul Adha, jatuh di tengah jalan dan tangan saya yang kiri patah," begitulah cuplikan suratnya.

Lies sempat mengatakan ada ajaran Bung Tomo yang sering didengungkan kepada keluarga dan masyarakat waktu itu yakni jujur dan berjuang. "Jika kita jujur, sehingga tidak merugikan orang lain, sehingga bisa memakmurkan orang lain," kata Hany menirukan perkataan Lies saat itu.

Taman PerdamaianSebagai istri yang tahu betul bagaimana perjuangan suaminya, Lies begitu mengingat bahwa suaminya hanya ingin rakyat Indonesia makmur dan sejahtera. Ide membangun Taman Perdamaian Dunia di Jawa Timur pun muncul dari benak Lies untuk merealisasikan apa yang diinginkan suaminya.

Dalam Taman Perdamaian dunia itu akan ada berbagai budaya asing yang terlihat, misalnya saja Jepang, Thailand, Australia, Prancis, Amerika dan lain-lainya. Sehingga, masyarakat tidak perlu jauh-jauh ke luar negeri untuk melihat budaya asing.

Selain pengetahuan terhadap budaya luar negeri, Taman Perdamaian Dunia ini bisa membuka lapangan pekerjaan dan kecintaan terhadap budaya Indonesia. Kalau taman mini yang ditampilkan cuma Indonesia. Tapi kalau Taman perdamaian dunia ini, seluruh budaya dunia ada disini, jadi rakyat bisa belajar dengan melihat teknologi dan budaya negara lainnya.

Mimpi sang suami itu tak lepas dari karier Bung Tomo sebagai wartawan sejak usia 17 tahun. Ia sempat bekerja pada harian Soeara Oemoem, harian berbahasa Jawa Ekspres, mingguan Pembela Rakyat, dan majalah Poestaka Timoer. Bung Tomo pernah menjabat wakil pemimpin redaksi kantor berita pendudukan Jepang, Domei, dan pemimpin redaksi kantor berita Antara di Surabaya.

Menanggapi keinginan sang suami Lies itu, Gubernur Jatim Soekarwo mengatakan pihaknya akan mewujudkan keinginan almarhumah sebelum meninggal yakni mendirikan Taman Perdamaian di Trowulan, Mojokerto.

"Nanti pasti akan saya wujudkan mimpi beliau. Karena memang sebelumnya Pemprov Jatim juga terlibat di dalamnya," kata Soekarwo sebelum melakukan shalat jenazah untuk Sulistina di Masjid Nasional Al Akbar Surabaya.

Soekarwo mengaku terakhir bertemu dengan Sulistina saat menikahkan putri bungsunya, Kartika, pada Maret 2016. Bahkan, saat itu, Sulistina juga menjadi saksi akad nikah putrinya.

"Setelah itu saya tidak pernah bertemu dengan beliau lagi," ujar Soekarwo.

Meski demikian, Soekarwo mengatakan dia terus memantau kondisi kesehatan Sulistina saat sakit, termasuk saat Sulistina sedang dirawat di ruang ICU.

"Istri saya juga tanya ke putri ketiga beliau karena teman S2, tentang kondisi kesehatan beliau," kata Soekarwo.

Menurut Soekarwo, Sulistina merupakan sosok wanita yang kuat, sebab peranan Sulistina terhadap perjuangan Bung Tomo sangat dominan.

"Bu Sulistina itu sendiri kan pejuang, karena merupakan perawat di PMI saat perang kemerdekaan," ujar Soekarwo.

Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa menilai Sulistina Sutomo bisa saja diusulkan menjadi pahlawan nasional seperti halnya Bung Tomo. "Bisa saja beliau diusulkan menjadi pahlawan, asalkan ada yang mengusulkan karena itu prosedur standar operasionalnya," katanya.

Sementara itu, putra kandung Almarhumah Sulistina Sutomo, Bambang Sulistomo, menyampaikan bahwa sebelum meninggal dunia, ibunya berpesan agar rakyat Indonesia jangan sampai mengkhianati Merah Putih.

"Ibu berpesan jangan sampai berkhianat pada Merah Putih yang berarti Bangsa Indonesia, sebab saat perjuangan sangat banyak rakyat Indonesia menjadi korban mempertahankan bangsa," ujarnya di sela pemakaman Sulistina Sutomo di TPU Ngagel Surabaya.

Pesan tersebut tak hanya dikatakan sesaat sebelum meninggal dunia, namun selalu disampaikan kepada keluarga setiap saat agar tak berhenti mencintai Tanah Air.

Menurut dia, ucapan dari sang ibu menjadi motivasi dan pelecut bagi keluarga maupun rakyat Indonesia untuk tidak melukai negara, terutama pada era sekarang.

"Ibu selalu bilang ke anak-anaknya seperti itu. Dulu rakyat berkorban tanpa pamrih, jadi jangan khianati apa yang sudah diperjuangkan oleh para pejuang," ucap putra kedua pahlawan nasional Bung Tomo tersebut.

Sulistina Sutomo meninggal dunia di usia 91 tahun pada Rabu dinihari pukul 01.42 WIB setelah beberapa hari dirawat di RSPAD Gatot Subroto Jakarta karena sakit.

Sebelum meninggal, Sulistina sempat menjalani perawatan selama kurang lebih dua minggu karena bermasalah di bagian paru-paru dan berusia lanjut sehingga sistem metabolisme tubuh menurun.
Editor: Aditia Maruli
COPYRIGHT © ANTARA 2016
Berhijrah melalui haji

Berhijrah melalui haji

Setiap tahun, jutaan umat Islam dari seluruh dunia berbondong-bondong berkumpul di Mekkah. Mengikuti jejak Sang Nabi, Muhammad SAW, untuk berkunjung ke Baitullah. Sebuah "ritual" tahunan yang juga tentu saja melibatkan ratusan ribu jamaah asal Indonesia.

Perjalanan seseorang untuk berhaji tidak bisa disebut mudah. Mulai dari penantian panjang di tanah air hingga segala kesulitan yang harus dihadapi di negeri orang, baik dari segi perbedaan cuaca maupun budaya yang jauh dari sama. Dan tak ketinggalan tentunya fakta bahwa haji adalah sebuah aktivitas fisik yang tak ringan.

Kenapa jutaan orang rela menanti sekian lama untuk berhaji? Dr. H. Ali Rokhmad, M.PD, Kabid Bimbingan Ibadah Kementerian Agama menyebut ibadah haji sebagai puncak ritual bagi umat Muslim.

"Sempurna sudah keislaman seseorang bila sudah menjalankan syariah yang satu ini. Bagi masyarakat Indonesia, berhaji merupakan dambaan dan cita-cita setiap Muslim karena panggilan Allah SWT yang syarat dengan ampunan dan pahala surga".

Ali juga mengatakan bahwa di sejumlah daerah tertentu, menunaikan haji tidak hanya sebagai pencapaian puncak spiritual seseorang bahkan dapat menjadi simbol eksistensi dan statifikasi seseorang di tengah komunitas masyarakatnya.

Pemaknaan haji yang tidak sepenuhnya tepat itu mendorong Konsultan Bimbingan Ibadah Daerah Kerja Mekkah untuk mengingatkan kembali ratusan ribu jamaah Indonesia akan konsep hijrah dalam haji. Haji adalah berhijrah. Meninggalkan segala yang buruk demi kehidupan yang lebih baik.

Di hadapan ratusan jamaah kelompok terbang (kloter) 6 Embarkasi Surabaya, tim Bimbingan Ibadah Daerah Kerja Mekkah, di tempat salat Hotel Dar Hadi yang berada di kawasan Aziziyah, Kamis, mengurai kembali satu persatu tak hanya prosesi tapi makna dari setiap prosesi dalam haji.

Mengawali bimbingan terhadap jamaah asal Bangkalan, Madiun dan Surabaya itu adalah KH Ihsanuddin Abdan, Ponpes Awaliyah Alawi Magelang, yang mencoba merinci kembali setiap tahapan yang harus dilalui oleh setiap jamaah untuk mencapai kesempurnaan dalam ibadah, mulai dari mengambil miqat dan niat di tempat pemondokan masing-masing, perjalanan menuju Arafah, Muzdalifah, Mina, hingga Tawaf Ifadlah, Sai, dan Tahallul.

"Karena sudah ahlu Makkah, maka miqat makani nya di maktab masing masing. Jangan lupa niat. Setiap kepala regu dan kepala rombongan harus mengingatkan seluruh jemaah untuk niat," kata KH Ihsan. Ia juga mengingatkan agar setiap jamaah tidak melewatkan kesempatan emas wukuf di Arafah untuk memohon ampunan dan berdoa.

"Selama ini mungkin kita sering berbuat zalim kepada anak istri, keluarga, tetangga, dan lainnya. Saat itu kita mohon ampunan dan yakin kalau Alah mengampuni," ujarnya. Ia meminta agar seluruh jamaah dengan ikhlas mengakui setiap kezaliman dan ketidakberdayaan.

Sementara itu Guru besar Ilmu Quran dan Tafsir UIN Sunan Ampel Surabaya Aswadi menyebut wukuf berarti berhenti. Karena itu ia mengajak jamaah untuk melangitkan harapan kepada Allah agar diberi kemampuan meninggalkan yang tidak benar dan keburukan. Harapan lainnya adalah agar diberi kekuatan istiqamah sehingga bisa melaksanakan nilai-nilai Islam yang diajarkan Rasulullah sepanjang zaman.
"Setelah meminta kemampuan meninggalkan yang tidak benar dan melaksanakan yang baik harapan lainnya adalah supaya setiap kita dapat mengembangkan kebaikan kepada orang lain sehingga mereka yang saat ini sedang mengalami kesulitan mendapat kemudahan dari Allah," ujar Aswadi.
Penceramah lainnya adalah Sunandar Ibnu Nur, dosen UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta yang salah satu pesannya adalah menekankan pentingnya kesadaran untuk berbuat baik sekecil apapun selagi masih ada kesempatan umur. "Sebab, pada hari kiamat, kebaikan sebesar biji sawi bisa menjadi penentu timbangan seseorang dan itu tidak dapat diharapkan dari siapapun," katanya. 

Bagi para jamaah, bimbingan ibadah tersebut adalah sebuah pengingat positif akan keberadaan mereka di Tanah Suci. Setelah mengalami beragam euforia akibat terwujudnya sebuah mimpi atau pengharapan, sebuah ajakan untuk kembali membumikan konsep ibadah tentu adalah sebuah pengingat yang tepat akan keberadaan mereka di Tanah Suci.

Wajar jika proses bimbingan ibadah yang berlangsung hingga sekitar dua jam ini disambut antusias oleh jamaah. Mereka tampak duduk khusyuk mendengarkan ceramah yang disampaikan dan ikut bertanya dalam sesi tanya jawab.

Fauzan Albaz dari Bangkalan menilai bimbingan ibadah ini sangat positif, terutama bagi jamaah yang baru pertama kali menunaikan ibadah haji. "Ini lebih positif, sehingga jamaah yang baru pertama kali berhaji menjadi lebih mantap," ujarnya.
Fauzan berharap, proses bimbingan ini lebih bisa ditingkatkan lagi, karena urusan layanan tahun ini sudah lebih baik. Bahkan menurutnya peningkatannya sangat pesat.

Jamaah lainnya, Susi Diani juga mempunyai penilaian yang sama. Menurutnya, bimbingan manasik yang digelar tim konsultan Daerah Kerja Mekkah ini telah memberinya tambahan wawasan dalam menyongsong puncak penyelenggaraan ibadah haji. "Kami semua para jamaah haji sangat berterima kasih karena betul-betul yang tadinya belum mengerti menjadi tambah mengerti," katanya.
Dalam sepekan terakhir, tim bimbingan ibadah haji bersama para konsultan secara simultan mengadakan kegiatan bimbingan ibadah di beberapa sektor pemondokan jamaah haji. Dalam sehari setidaknya ada tiga jadwal bimbangan, pagi, setelah dhuhur, dan setelah magrib. Tim konsultan yang terdiri dari enam orang pakar itu disebar ke beberapa pemondokan untuk memberikan bimbingan secara terjadwal. Proses bimbingan ini akan terus berjalan mengingat ada lebih dari 100 pemondokan jamaah haji Indonesia di Mekkah.
Editor: Aditia Maruli
COPYRIGHT © ANTARA 2016
Lantamal IV/Tanjungpinang: Selat Malaka aman

Lantamal IV/Tanjungpinang: Selat Malaka aman

Lantamal IV/Tanjungpinang: Selat Malaka aman
(lantamal4.koarmabar.tnial.mil.id)
 Saat ini tidak ada lagi pemberitaan negatif tentang Selat Malaka dan berhasil kita tekan hingga titik nol."
"Tim WFQR Lantamal IV berhasil mengungkap kasus-kasus besar yang berskala internasional yang terjadi di Kepri, termasuk di perairan Selat Malaka," katanya di Tanjungpinang, Kepulauan Riau (Kepri), Minggu.

Menurut dia, keberhasilan tim tersebut mengamankan perairan Selat Malaka dan wilayah lainnya mendapat sambutan positif masyarakat internasional.

Bahkan, ia mengemukakan, banyak wartawan asing yang rutin mewawancarainya terkait berbagai kasus berskala internasional yang berhasil diungkap di kawasan Selat Malaka.

Apalagi, menurut dia, belum lama ini kalangan pers gencar mencari informasi terkait pencurian kapal Tanker MT Ad Matsu berbendera Singapura pada tanggal 7 Agustusp 2016 saat berlayar di kawasan Pulau Aur, Johor, Malaysia.

Selain itu, dikemukakannya, pers juga gencar memberitakan kasus Tanker Vier Harmoni yang dilarikan anak buah kapak (ABK) bersangkutan terkait manajemen internal perusahaan mereka dari perairan Pelabuhan Kuantan, Malaysia membawa bahan bakar minyak (BBM) HSD mencapai 900 kilo liter (KL).

"Ini merupakan target utama buruan WFQR dengan mengerahkan unsur udara helikopter BO-105-NV-409 dan pesawat patroli maritim jenis CN 235-P861, dan baru-baru ini berhasil ditangkap oleh KRI Gilimanuk-531 diperairan Pulau Dato Kalimantan Barat. Kedua kasus tersebut berawal di wilayah perairan Malaysia," ujarnya.

Tim WFQR mempunyai mobilitas tinggi dalam menindaklanjuti setiap informasi. Tim tersebut sudah membuktikan kepada dunia internasional bahwa Selat Malaka dan perairan perbatasan aman bagi pengguna laut, katanya.

Ia menimpali, "Saat ini tidak ada lagi pemberitaan negatif tentang Selat Malaka dan berhasil kita tekan hingga titik nol."

Dalam tiga tahun terakhir tim WFQR dan satuan lainnya di Lantamal IV berhasil mengungkap penjualan solar ilegal, perompakan dan pencurian dengan kekerasan, penyeludupan, pencurian ikan, kejahatan asuransi, dan pencurian barang muatan kapal tenggelam.

Selain itu, diungkapkannya, Lantamal IV juga berhasil menangkap Kapal MV Viking buruan interpol, penangkapan warga asing yang membuat film dokumenter dilakukan di wilayah perairan Selat Malaka tanpa izin, narkoba, pelanggaran wilayah kapal asing, pencemaran laut dilakukan kapal-kapal yang membuang limbah, dan perdagangan manusia.

"Pelaku kejahatan yang ditangkap sebanyak 81 orang. Bahkan, dari deretan kasus-kasus tersebut sebagian besar sudah berkekuatan hukum tetap dan pelaku-pelakunya sudah menjalani hukuman sesuai dengan derajat kesalahan masing-masing yang diputus pengadilan," ujarnya.

Dia mengemukakan keberhasilan itu berkat instruksi pimpimpin TNI AL dan Pangarmabar sebagai pengguna kekuatan memaksimalkan operasi Gugus Tempur Laut Barat (Guspurlabar), Gugus Keamanan Laut Barat (Guskamlabar), Wing Udara-2, Lantamal IV dan jajaran Lanal dibawahnya.

Pengefektifan kekuatan kewilayahan seperti operasi intelijen yang meliputi penyelidikan, pengamanan, dan penggalangan juga memiliki peran yang besar dalam menumpas kejahatan di perairan wilayah Lantamal IV, ujarnya.

"Kami memaksimalkan Puskodal yang kita miliki di dalam memantau pergerakan unsur-unsur operasi Armabar, sehingga keterpaduan dan sistim komando pengendalian berjalan seiring sejalan dan pada akhirnya operasi yang kita laksanakan berjalan efektif dan efesien," tegasnya.

Irawan menjelaskan untuk menyiasati letak geografis Kepri membutuhkan kecepatan, keterpaduan dan koordinasi yang erat antara Lantamal IV, Bakamla, Bea Cukai, Polda Kepri, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Pemda Kepri, Basarnas, HNSI dan komponen lainya.

"Koordinasi sudah berjalan baik, kedepan akan terus kita tingkatkan dengan harapan perairan Kepri kemanan tetap terjamin," katanya.

Indonesia, Singapura dan Malaysia saat ini bekerjasama bertukar informasi dengan perwira penghubung atau International Liaison Officers Information ((ILO/IFC) Angkatan Laut Singapura dan APMM Agensi Penguatkuasaan Maritim Malaysia bila terjadi sesuatu.

"Informasi cepat kita terima dan ditindak lanjuti secara cepat," demikian Laksamana Pertama S. Irawan.
Editor: Priyambodo RH
COPYRIGHT © ANTARA 2016
Back To Top