-->
Motivasi Menulis
Bisnis Online
Dewan Pers gandeng KPK latih wartawan

Dewan Pers gandeng KPK latih wartawan

Dewan Pers gandeng KPK latih wartawan

 | 2.413 Views
Dewan Pers gandeng KPK latih wartawan
Ketua Dewan Pers Yosep Adi Prasetyo atau Stanley (Istimewa)
 Sekaligus membantu tugas KPK dalam mengungkap korupsi."

Jayapura (ANTARA News) - Ketua Dewan Pers Yosef Adi Prasetyo mengatakan Dewan Pers akan mengandeng Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk melatih wartawan dalam mengungkap kasus korupsi.

"Sekaligus membantu tugas KPK dalam mengungkap korupsi," kata Adi Prasetyo kepada wartawan di sela sela pelatihan sehari yang dilaksanakan Dewan Pers di Jayapura, Selasa.

Dikatakan, selain mengandeng KPK, Dewan Pers secara rutin melakukan pelatihan kepada wartawan khususnya tentang peliputan korupsi.

Pelatihan yang diberikan Dewan Pers itu bertujuan memberikan pengetahuan dan keterampilan terkait korupsi sehingga tidak digugat secara hukum.

"Selama pelatihan diberikan dasar-dasar sehingga nantinya wartawan memiliki keterampilan dan pengetahuan untuk mengembangkan liputan korupsi," kata Stenly, panggilan akrab Adi Prasetyo.
Dewan Pers juga mengajak wartawan untuk bekerja sama dengan jaringan yang ada.

Dewan pers akan memberikan bantuan kepada wartawan yang dalam melaksanakan tugas peliputan untuk mengungkap korupsi mengalami hambatan.

"Bantuan itu diberikan kepada media yang berbadan hukum jelas dan anggotanya berkompeten," katanya.

Pelatihan peliputan khusus korupsi yang dilaksanakan Dewan Pers di Jayapura diikuti sekitar 30 wartawan. Pelatihan sehari itu menghadirkan narasumber Bagir Manan dan Leo Batubara.
Editor: B Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2016
Dewan Pers tuntaskan delapan kasus pembunuhan wartawan

Dewan Pers tuntaskan delapan kasus pembunuhan wartawan

 | 2.813 Views
Dewan Pers tuntaskan delapan kasus pembunuhan wartawan
Yosep Adi Prasetyo atau Stanley (Istimewa)
 Kita upayakan untuk selesaikan masalah ini, di mana wibawa Indonesia sebagai tuan rumah Hari Kebebasan Pers Dunia jika hal ini belum tuntas."

Jakarta (ANTARA News) - Dewan Pers berusaha untuk menuntaskan delapan kasus pembunuhan dan kekerasan terhadap wartawan sebelum Hari Kebebasan Pers Dunia yang diselenggarakan ahun depan.

"Kita upayakan untuk selesaikan masalah ini, di mana wibawa Indonesia sebagai tuan rumah Hari Kebebasan Pers Dunia jika hal ini belum tuntas," kata Ketua Dewan Pers periode 2016-2019 Yosep Adi Prasetyo di Jakarta, Minggu.

Untuk menyelesaikan kasus-kasus itu, mereka akan membuat permohonan audiensi dengan Kepala Polisi RI dan jajarannya.

"Kita juga akan berkoordinasi dengan Kemlu dan Kominfo untuk membahas masalah ini," kata dia.

Menurut dia, kasus pembunuhan delapan wartawan karena berita di Indonesia yang belum tuntas terus dipertanyakan UNESCO.

Salah satu kasus pembunuhan wartawan yang terlama adalah pembunuhan wartawan harian Bernas Yogyakarta, Fuad Muhammad Syafrudin atau Udin pada 1996.

"Masa sudah belasan tahun tidak bisa menangkap pembunuhnya, kalau mereka menyerah, ya ucapkan saja, biar masyarakat menerimanya," kata dia.

Yosep mengatakan kasus kekerasan terhadap wartawan hingga kini masih terjadi, oleh sebab itu Dewan Pers ingin memperpanjang nota kesepahaman dengan Polri agar hal tersebut dapat diminimalisir.

Selain itu Dewan Pers juga akan menjajaki nota kesepahaman dengan TNI.
Mengenai isi nota kesepahaman tersebut, dia mengatakan Dewan Pers sedang mengkaji kembali. 

Editor: B Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2016
Dewan Pers tegaskan jangan salah gunakan pers

Dewan Pers tegaskan jangan salah gunakan pers

 | 2.478 Views
Dewan Pers tegaskan jangan salah gunakan pers
Ketua Dewan Pers, Prof. Dr. H. Bagir Manan, S.H. (ANTARANews/Ferliansyah)
 Saya imbau agar jangan ada yang iseng menggunakan pers untuk kepentingan-kepentingan yang tidak sehat. Karena pers sendiri, bisa dimanfaatkan sebagai unsur politik dan bisa juga non-politik," 

Pontianak (ANTARA News) - Ketua Dewan Pers, Bagir Manan mengingatkan kepada semua pihak terutama pemilik dan pelaku media agar tidak menggunakan pers untuk kepentingan negatif. 

"Saya imbau agar jangan ada yang iseng menggunakan pers untuk kepentingan-kepentingan yang tidak sehat. Karena pers sendiri, bisa dimanfaatkan sebagai unsur politik dan bisa juga non-politik," kata Bagir Manan saat menjadi pembicara pada Seminar Literasi Media yang digelar Dewan Pers di Singkawang, Kalbar, Selasa.
Menurutnya, banyak hal yang bisa mempengaruhi kinerja pers. Sehingga dapat menghasilkan produk-produk pers yang tidak selalu bermutu baik, berisi hal-hal yang bisa tidak memuaskan semua pihak, dan sebagainya.

Dia menambahkan, ada beberapa faktor yang dapat mengakibatkan kinerja wartawan menjadi kurang baik. Misalnya, kebutuhan wartawan. Tidak punya waktu untuk mempersiapkan wartawan dengan baik, lalu wartawan harus belajar sambil bekerja.

"Ada lagi, pers sebagai bagian dari usaha ekonomi. Kadang-kadang itu juga bisa mempengaruhi cara kerja pers, selanjutnya, pers juga tidak luput dari politik," katanya. 
Pada umumnya, kata Bagir, pers-pers besar yang sudah punya tradisi, secara garis besar mereka sudah memenuhi skala standar pers.

Wali Kota Singkawang, Awang Ishak membuka Seminar Literasi Media yang digelar Dewan Pers, di Hotel Dangau, Selasa.

"Literasi itukan pengertian untuk menyebarkan pengetahuan. Bahwa pers itu tidak hanya diketahui oleh pers itu sendiri, tapi masyarakat juga harus paham tentang pers," kata Bagir Manan lagi. 
Menurutnya, masyarakat adalah sasaran sebagai obyek maupun konsumen dari berita. "Kalau masyarakat tidak paham kan susah," kata mantan Ketua MA itu. 
Kemudian, pers juga menurutnya bukan sesuatu yang kebal dari kesalahan. "Pers bisa salah, dan dapat merugikan orang lain karena kesalahannya," ujarnya.

Ketua Dewan Pers menyebutkan, jika pers sangat berkembang sejak zaman Reformasi. Berkembangnya luar biasa cepatnya. Sehingga, kadang-kadang dirinya untuk mendukung pers pun tidak sanggup.
Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2016
Dewan Pers berikan Anugerah Adinegoro

Dewan Pers berikan Anugerah Adinegoro



Kategori Foto Jurnalistik diraih oleh pewarta foto Tribun Sumatera Selatan Abriansyah Liberto yang berjudul "Tinjau Titik Api". Foto tersebut disiarkan pada 6 September 2015.

Didie Sri Widiyanto dari Harian Kompas meraih Adinegoro untuk Kategoi Karikatur untuk "Inikah Kartini-Kartini Kita Sekarang?" yang dimuat pada 22 April 2015.

Kategori Jurnalistik Radio diraih oleh Hermawan Arifianto dari Kantor Berita Radio dalan berita "Menelusuri Sejarah Kelam Pembantaian Dukun Slamet" pada 25 Maret 2015.

Trans 7, melalui Indrayati Laksmi, mendapatkan penghargaan untuk "Tantangan Menuju Rampi" pada 23 Februari 2015.

Tim Pendidikan dan Kebudayaan Kompas meraih Kategori Berita Kedalaman lewat "Kecukupan Guru Masih Semu, Beban Para Guru di Daerah Tertinggal".

Subkhan Jusuf Hakim dari Tempo keluar sebagai pemenang kategori Inovasi Infotainment melalui tulisan "Jagoan Lokal Tak Kalah" yang terbit pada 26 Juli 2015.

Inovasi Siber diraih oleh Republika, atas nama Andi Nurroni, melalui artikel "Salim Kancil, Buta Huruf yang Menjadi Martir Lingkungan" yang disiarkan pada 30 September 2015.

Tokoh yang menjadi juri Anugerah Adinegoro tahun ini antara lain adalah Oscar Motuloh dan Enny Nuraheni untuk foto, Arswendo Atmowiloto pada televisi dan Marah Sakti Siregar untuk berita kedalaman.

Atmakusumah Astraatmadja dan Saur Hutabarat menjadi juri untuk kategori tajuk rencana.

Selain itu, ada Errol Jonathans dan Awanda Erna untuk juri radio serta Budiono Darsono dan Onno W Purbo untuk kategori inovasi siber.

Amalia Maulana dan Farid Iskandar menjadi juri Adinegoro kategori inovasi infotainment.
COPYRIGHT © ANTARA 2016
Dewan Pers Larang Televisi Siarkan Langsung Penggerebekan Teroris

Dewan Pers Larang Televisi Siarkan Langsung Penggerebekan Teroris


TRIBUNNEWS/HERUDIN Petugas membawa salah satu jenazah terduga teroris dari lokasi penyergapan di Kampung Sawah, Ciputat, Tangerang Selatan, Rabu (1/1/2014). Densus 88 antiteror Mabes Polri menembak mati enam orang terduga teroris saat penyergapan ini. 
 
 
"Kami (Dewan Pers) merekomendasikan agar peristiwa penggerebekan teroris tak disiarkan langsung, apalagi durasi waktunya panjang," ujar Jimmy dalam diskusi yang digelar Kejaksaan Agung di kawasan Anyer, Cilegon, Banten, Sabtu (7/11/2015).

Dewan Pers, kata Jimmy, sering kali menemukan stasiun televisi mengadakan siaran langsung saat penggerebekan terduga teroris di Indonesia.

Bahkan, kamera yang digunakan sering kali tidak hanya menyorot dari satu sudut pandang saja, melainkan dari berbagai arah.

Alasan Dewan Pers melarang hal itu, kata Jimmy, adalah ketepatan dan efektivitas tugas aparat penegak hukum.

Siaran langsung semacam itu, lanjut Jimmy, bisa mengurangi efektivitas sekaligus ketepatan aparat penegak hukum dalam mensasar terduga teroris.

"Misalnya kamera menyorot Densus 88 tengah masuk ke dalam rumah dari samping, kan teman teroris di tempat lain bisa menelpon. Hei, itu Densus dari arah samping. Si teroris bisa mengatur strategi lain," ujar Jimmy.

Jika demikian, bukan lagi ketepatan dan efektivitas aparat penegak hukum lagi yang terganggu, melainkan juga keselamatan jiwa aparat penegak hukum.

"Di Mumbai, India pernah terjadi yang serupa ini. Polisi dipimpin salah satu jenderalnya menggerebek hotel yang diduga jadi tempat persembunyian. Karena ada empat kamera televisi yang menyorot, teman si teroris di gedung sebelah menembak jenderalnya karena dia lihat posisi si jenderal dari televisi," ujar Jimmy.

Jimmy mengatakan, keberadaan media televisi yang menyiarkan penggerebekan teroris secara langsung itu juga perlu menjadi kajian kepolisian. Jangan sampai kepolisian menjadi pihak yang mengizinkan aktivitas peliputan yang berbahaya tersebut.
Penulis: Fabian Januarius Kuwado
Editor : Sabrina Asril
Back To Top