-->
Motivasi Menulis
Bisnis Online
Tips menulis dari Dewi Lestari

Tips menulis dari Dewi Lestari

Tips menulis dari Dewi Lestari
Dewi Lestari dalam "15 Tahun Supernova: Bintang Jatuh Hingga Embun Pagi" di Galeri Indonesia Kaya, Jakarta, Minggu (28/2/2016) (Image Dynamics)
 Harus berani memulai,"

Jakarta (ANTARA News) - Dewi Lestari, pembuat novel heksalogi "Supernova", berbagi tips untuk para pemula yang ingin mengikuti jejaknya sebagai penulis. 

 Perempuan yang akrab dipanggil Dee itu menganalogikan ingin menulis dengan berenang. "Harus berani memulai," kata Dewi di Jakarta, Minggu. 

Menulis pun sebaiknya dilakukan tanpa beban, jangan sampai punya ekspektasi berlebihan seperti harus jadi buku terlaris. 

Selain itu, Dewi juga menyamakan proses menulis seperti berolahraga. Tidak ada hasil instan. 

"Tidak ada yang langsung berotot dalam sehari," ujarnya. 

Menulis adalah sebuah perjalanan panjang tapi bisa jadi profesi yang digeluti dalam jangka waktu panjang. 

"Ini profesi langgeng, saya bisa nulis selama pikiran masih berfungsi," kata anggota trio Rida Sita Dewi era 90-an itu. 

Tahun ini Dee mempersembahkan buku keenam "Inteligensi Embun Pagi" sebagai pamungkas dari buku-buku Supernova sebelumnya, yakni "Ksatria, Puteri, dan Bintang Jatuh" (2001), "Akar" (2004), "Petir" (2004)," Partikel" (2012), dan "Gelombang" (2014).
Editor: Tasrief Tarmizi
COPYRIGHT © ANTARA 2016
Selesaikan Novel Supernova, Dewi Lestari ngungsi ke hotel

Selesaikan Novel Supernova, Dewi Lestari ngungsi ke hotel

Selesaikan Novel Supernova, Dewi Lestari ngungsi ke hotel
Dewi "Dee" Lestari merilis seri terakhir novel "Supernova: Inteligensi Embun Pagi" di Jakarta, Jumat (26/02/2016). (ANTARA News/Monalisa)


Buku keenam dari novel fiksi ilmiah itu telah dinanti para pembaca setia Supernova karena menjadi seri pamungkas yang menghadirkan semua tokoh-tokoh dari buku-buku sebelumnya yakni Ksatria, Puteri, dan Bintang Jatuh (2001), Akar (2004), Petir (2004), Partikel (2012), dan Gelombang (2014).

Sang penulis yang akrab disapa Dee itu mengaku dalam proses penulisan "Supernova: Inteligensi Embun Pagi" membutuhkan berbagai macam "jurus" karena merupakan akhir dari seri Supernova yang menjawab berbagai misteri di seri sebelumnya.

"Saat mengerjakan tiga bab terakhir saya sampai mengungsi ke hotel sendirian karena pengerjaannya sangat intensif. Saya butuh kondisi yang tidak diganggu, tidak diajak ngobrol, tidak ada distraksi. Akhirnya, saya izin ke suami saya, saya harus butuh satu hari menyelesaikan buntut ceritanya," kata Dewi, di Jakarta, Jumat.

Dalam wawancara khusus dengan sejumlah media itu, Dewi mengungkapkan cara lainnya dalam mengerjakan 

Sebelumnya saat mengerjakan Inteligensi Embun Pagi, termasuk mencari kafe yang paling nyaman untuk mengetik.

"Saya sempat mengerjakan di rumah saja tetapi di sekitar rumah saya sedang ada pembangunan, akhirnya saya putuskan nulis di kafe, hal yang sudah sangat jarang saya lakukan lagi," ujar ibu dua anak itu.

"Saya sempat coba-coba beberapa kafe untuk menulis sampai ketemu kafe yang sudah sreg banget, hanya sepuluh menit dari rumah. Tantangannya kafe itu tutup jam 3 sore, jadi saya harus sudah 'wrapped up' sebelum tutup dan itu justru memacu saya, begitu sampai di sana langsung pasang headphone dan mengetik. Saya juga belajar lagi menulis sambil mendengarkan musik," jelas Dewi.

Saking seringnya ke kafe tersebut, Dewi bahkan kerap diberi tempat khusus untuk menulis oleh pengelola kafe jika sedang banyak pengunjung.

"Saya sudah seperti penghuni tetap, lalu saya dikasih tempat di kantornya atau di gudang kalau lagi ramai," ungkap Dewi.

Pada saat mengerjakan novel Perahu Kertas, penulis yang juga dikenal sebagai anggota trio penyanyi Rida Sita Dewi itu bahkan sampai tinggal di sebuah kost selama dua bulan.

"Tapi kalau sekarang tidak memungkinkan karena saya sudah punya dua anak, harus urus rumah. Sekarang bagaimana bisa seimbang antara urusan kerjaan sama pribadi," kata istri dari Reza Gunawan itu.

Inteligensi Embun Pagi dikerjakan Dewi selama hampir setahun (sembilan bulan untuk proses penulisan).
Editor: Suryanto
COPYRIGHT © ANTARA 2016
Back To Top