-->
Motivasi Menulis
Bisnis Online
Tiongkok pimpin komitmen investasi energi terbarukan

Tiongkok pimpin komitmen investasi energi terbarukan

Tiongkok pimpin komitmen investasi energi terbarukan
Ilustrasi--Pekerja memasang panel surya di Desa Charanka, distrik Patan, Gujarat, India, Sabtu (14/4). Sumbangan India, Tiongkok, Brasil dan negara-negara yang sedang tumbuh lainnya mencapai 55 persen dari total rencana investasi energi terbarukan. (FOTO ANTARA/REUTERS/Amit Dave)
Frankfurt (ANTARA News) - Tiongkok membantu mendorong rencana investasi energi hijau mencapai rekor tertinggi pada 2015, mengimbangi penurunan tajam di Jerman menurut laporan Frankfurt School of Finance, yang mendapat dukungan dari badan Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Laporan itu menyebutkan bahwa pembangkit bertenaga surya dan angin, khususnya di negara-negara berkembang, menggerakkan pengeluaran yang lebih tinggi dan tahun lalu untuk pertama kalinya energi terbarukan meliputi 50 persen rencana kelistrikan baru.

"Istilah 'produk niche' tidak lagi berlaku untuk energi terbarukan," kata Ulf Moslener, profesor pendanaan energi berkelanjutan di Frankfurt School of Finance yang merupakan salah satu penulis laporan itu.
"Investasi menjadi lebih murah, karena menurunnya biaya peralatan, yang juga akan memampukan pertumbuhan lebih lanjut, khususnya dalam momentum baru dari tujuan pertemuan iklim Paris," katanya seperti dikutip kantor berita Reuters.
Komitmen rencana investasi energi terbarukan tahun lalu total mencapai 286 miliar dolar AS, naik lima persen dari 273 miliar dolar AS tahun 2014 menurut studi tahunan yang disiapkan Frankfurt School-United Nations Environment Programme (UNEP) Collaborating Centre dan Bloomberg New Energy Finance.

Komitmen rencana investasi untuk tenaga surya meliputi 148 miliar dolar AS, naik 12 persem dari tahun sebelumnya dipicu ledakan penggunaan tenaga surya di Jepang.

Sementara untuk tenaga angin tercatat 107 miliar dolar AS atau naik sembilan persen dengan dukungan proyek-proyek lepas pantai.

Namun komitmen investasi biomassa tercatat hanya lima miliar dolar AS, turun 46 persen.

Studi itu mengecualikan proyek-proyek pembangkit hidrologis besar karena kepedulian terhadap lingkungan.

Tiongkok menyumbang 103 miliar dolar AS dari total komitmen rencana investasi energi terbarukan disusul Eropa dengan 49 miliar dolar AS, Amerika Serikat dengan 44,1 miliar dolar AS dan Asia, kecuali Tiongkok dan India, dengan 48 miliar dolar AS.
Tiongkok memperkirakan emisi gas rumah kacanya mencapai puncak "sekitar 2030" sebagai bagian dari komitmennya terhadap kesepakatan global untuk mengatasi pemanasan global yang ditandatangani di Paris tahun lalu.

Tiongkok, India dan Brasil dan negara-negara yang sedang tumbuh lainnya bersama-sama melampaui negara maju dengan sumbangan komitmen investasi energi terbarukan sampai 156 miliar dolar AS atau 55 persen dari total komitmen investasi.
Rencana pengeluaran di Jerman, pemimpin proyek-proyek, teknologi dan riset energi terbarukan, turun 46 persen menjadi 8,5 miliar dolar AS dalam penurunan tertajam mereka dalam 12 tahun.

Faktor di balik penurunan itu meliputi ongkos yang lebih rendah, keterbatasan ketersediaan lahan dan perubahan regulasi yang ditujukan untuk memasukkan energi terbarukan ke remunerasi berbasis pasar dan jauh dari tarif tetap.

Editor: Maryati
COPYRIGHT © ANTARA 2016

LEN dan Anliantec Taiwan kembangkan energi terbarukan

LEN dan Anliantec Taiwan kembangkan energi terbarukan

Pewarta: 
LEN dan Anliantec Taiwan kembangkan energi terbarukan
Dokumen foto pekerja menyelesaikan produksi panel surya di pabrik produksi PT LEN Industri, Bandung, Jawa Barat. (ANTARA/Novrian Arbi)
 Kesepakatan ini untuk pengembangan energi terbarukan, terutama energi surya."

Bandung (ANTARA News) - PT Len Industri (Persero) bersama Anliantec Technology Company Ltd.  Taiwan bekerja sama permodalan dan proyek pengembangan energi terbarukan (renewable energy).

"Kera sama itu meliputi pengembangan, pembangunan, investasi, keuangan dan fasilitas manufaktur produk tenaga surya dan proyek IPP (Independent Power Producer) di Indonesia," kata Manager Komunikasi PT Len Industri (Persero), Donny Gunawan, di Bandung, Sabtu.

Penandatanganan kerja sama dengan perusahaan Taiwan itu dilakukan Direktur Teknologi & Produkse Len, Darman Mappangaran dan General Manager Analiatec, Cedric Jaeg, di sela-sela Bali Clean Energy Forum (BCEF) 2016, Rabu (11/2).

Ia mengemukakan, Len Industri juga bekerja sama dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), PT Medco, Universitas Gajah Mada (UGM) dan Pemerintah Daerah Istimewa (DI) Yogyakarta. Bentuk kerjasama tersebut dalam hal pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dan Teknologi Energi Surya.

"Kesepakatan ini untuk pengembangan energi terbarukan, terutama energi surya. Selain itu, juga menjadikan Yogyakarta sebagai Center of Excellence (COE) PLTS melalui fasilitas dan kebijakan pemerintah," kata Donny.
Selain itu, PT Len Industri hari ini juga menjalin kerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Sumba Barat tentang Investasi Infrastruktur Pembangkit Listrik Tenaga Surya di wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT) itu.

Penandatanganan dilakukan oleh Bupati Sumba Barat, Paulus Sekayu Karugu Limu, dan Direktur Utama Len, Abraham Mose.

Kerjasama dengan pemkab itu meliputi survei lokasi, pengumpulan data, studi kelayakan, membuat Detail Engineering Design (DED) dan menyusun Rencana Anggaran Biaya (RAB) sebelum membangun infrastruktur Pembangkit Listrik Tenaga Surya di Kabupaten Sumba Barat.
Editor: Priyambodo RH
COPYRIGHT © ANTARA 2016
Tiongkok ingin investasi Rp29,1 triliun energi terbarukan

Tiongkok ingin investasi Rp29,1 triliun energi terbarukan

Tiongkok ingin investasi Rp29,1 triliun energi terbarukan
Kepala BKPM Franky Sibarani (ANTARA FOTO/Widodo S. Jusuf)

Jakarta (ANTARA News) - Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mengidentifikasi minat investasi Tiongkok di sektor energi terbarukan senilai 2,16 miliar dolar AS (sekitar Rp29,1 triliun, kurs Rp13.500 per dolar AS) dalam kunjungan ke negeri tirai bambu itu sejak 14 Januari lalu.

Nilai tersebut diperoleh dari empat perusahaan yang berminat untuk menanamkan modalnya di Indonesia melalui pengolahan dari batubara menjadi methanol dengan investasi sebesar 1,5 miliar dolar AS; fasilitas pengolahan sampah menjadi energi sebesar 150 juta dolar AS; serta dua perusahaan produksi panel solar dengan nilai investasi masing-masing 150 juta dolar AS dan 360 juta dolar AS.

"Mereka sudah melakukan komunikasi dengan mitra lokal di Indonesia, kami akan mendorong minat investasi tersebut agar segera direalisasikan," kata Kepala BKPM Franky Sibarani dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Minggu.

Menurut Franky, pihaknya melalui tim Marketing Officer Tiongkok akan melakukan komunikasi intensif dengan investor terkait untuk mendorong investor agar memanfaatkan layanan izin investasi tiga jam.

"Dari nilai minat investasi yang disampaikan, mereka dapat memanfaatkan layanan izin investasi tiga jam sehingga dapat segera mulai melakukan proses konstruksi," jelasnya.

Para investor itu juga telah merencanakan proyek bersama dengan nilai rencana investasi sebesar 1,5 miliar dolar AS yang akan memproduksi 1,1 juta ton methanol per tahun.

Produk methanol yang dihasilkan juga akan dibeli oleh PT Pertamina (sebagai off-taker) dan rencananya fase konstruksi tahap pertama dimulai pada kuartal ketiga 2016.

Investor yang berminat untuk membangun produksi panel solar juga berencana untuk membangun proyek percontohan terlebih dahulu sebelum kemudian membangun fasilitas untuk produksi komersial.
Perusahaan berencana membangun komponen solar panel yaitu Silicon Wafers dan Polycrystalline Silicon, teknologi pembuatan komponen tersebut tidak banyak dimiliki oleh perusahaan di Tiongkok. 
Editor: Aditia Maruli
COPYRIGHT © ANTARA 2016
Pemerintah siapkan PLN khusus energi terbarukan

Pemerintah siapkan PLN khusus energi terbarukan

Pemerintah siapkan PLN khusus energi terbarukan
Presiden Joko Widodo (tengah) berbincang dengan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Sudirman Said (kiri) dan Direktur PT. Len Industri (Persero) Ahraham Mose (kanan), saat meninjau Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) yang diresmikan di desa Oelpuah Kabupaten Kupang, NTT, Minggu (27/12). (ANTARA FOTO/Kornelis Kaha)

Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah sedang menyiapkan badan usaha seperti PLN yang khusus digunakan untuk mengembangkan penerapan energi baru dan terbarukan (EBT) di berbagai daerah di Tanah Air.

"Pemerintah akan membangun badan usaha khusus yang menangani EBT, jadi semacam PLN khusus untuk EBT," kata Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said setelah rapat terbatas tentang kelistrikan di kantor Wakil Presiden, Jakarta, Kamis.

Menurut Sudirman Said, bentuk badan tersebut masih dikaji karena bisa saja berbentuk anak perusahaan dari PLN agar investor tidak ragu.

Dengan terbentuknya badan usaha khusus EBT itu, ujar dia, maka juga akan diimplementasikan terkait dengan subsidi harga keekonomian untuk penggunaan jenis energi terbarukan tersebut.

Dia mengemukakan, prioritas terhadap percepatan pengembangan EBT bakal lebih berkontribusi kepada ketersediaan energi dalam jangka panjang, ketahanan energi, dan kemandirian energi.

"PLN khusus EBT akan menjembatani adanya keterbatasan dari PLN konvensional dari sisi anggaran untuk pengembangan energi di hulu dan sumber daya yang lebih fokus dalam mendorong target pemerintah," katanya.
Seperti diketahui, UU No 30/2007 tentang Energi dan Peraturan Pemerintah No 79/2014 tentang Kebijakan Energi Nasional (KEN) menekankan kebutuhan untuk mempercepat pengembangan EBT.

KEN telah menargekan porsi EBT dalam bauran energi nasional pada 2025 hingga sebesar 23 persen, atau hampir empat kali lipat dari target yang berhasil dicapai saat ini.

Sejumlah terobosan yang telah dilakukan pemerintah dalam mengembangkan EBT antara lain membentuk dan mengelola Dana Ketahanan Energi, pembangunan Center of Excellence untuk energi bersih di Indonesia, dan program EBT untuk listrik desa di daerah terpencil.
Dalam mencapai target 25 persen EBT dari program 35.000 megawatt (MW), telah dibanguna antara lain Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) di Samas (Yogyakarta), Sidrap (Sulawesi Selatan), pembangkit listrik tenaga panas bumi di Sarulla (Sumatera Utara) dan pembangkit listrik biomassa di Surabaya.

Selain itu, target EBT juga hendak dicapai dengan pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) sebesar 5.000 MW untuk seluruh Indonesia.

Editor: Unggul Tri Ratomo
COPYRIGHT © ANTARA 2016
COP Paris dorong penggunaan energi terbarukan

COP Paris dorong penggunaan energi terbarukan

COP Paris dorong penggunaan energi terbarukan
KTT Perubahan Iklim Antrean delegasi Konferensi Tingkat Tinggi Perubahan Iklim (Conference of Parties/COP) ke-21 dari berbagai negara di konter tiket transportasi gratis di area Paris Le Borguet, Paris, Prancis, Minggu (29/11). Pemerintah Prancis bersama United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) menggratiskan transportasi publik khusus bagi seluruh delegasi dari 1--13 Desember 2015 saat konferensi berlangsung. (Antara Foto/Virna Puspa Setyorini) ()


Pertemuan para pihak untuk peluncuran inisiatif kolektif untuk mempromosikan energi efisien, terbarukan itu akan digelar pada Senin (7/12) di arena KTT Iklim di Le Bourget, Paris.

Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi Kementerian ESDM, Rida Mulyana mengatakan bahwa Indonesia juga berkomitmen mengembangkan energi penggunaan sebesar 23 persen pada 2025.

"Banyak yang menyebut terlalu ambisius karena saat ini kita baru memanfaatkan 5 persen energi dari sumber terbarukan," katanya.

Ia mengatakan bahwa Indonesia masih bergantung pada energi fosil meski sumber emisi tertinggi bukan berasal dari energi namun pembukaan hutan dan lahan.
Meningkatkan penggunaan energi terbarukan menurut dia akan membantu mengurangi terlepasnya emisi karbon ke bumi, sekaligus menahan peningkatan suhu bumi.

Namun, target proyek pembangunan listrik yang telah disampaikan ESDM sebesar 35 ribu MW pada 2019, sekitar 20 ribu MW berasal dari pembangkit batubara.

"Karena perangkat yang tersedia saat ini masih memungkinkan untuk mengembangkan batubara, energi terbarukan masih perlu waktu," ucapnya.

Namun pemerintah menurut dia membuka pintu investasi untuk energi terbarukan yang berasal dari panas bumi, matahari, angin, gelombang hingga tenaga air.
Lebih lanjut ia menambahkan bahwa pertemuan pada Senin tersebut dilatar belakangi sektor energi yang menyumbang sekitar dua pertiga untuk emisi global, sehingga menjadi prioritas untuk menjaga kenaikan suhu global di bawah dua derajat Celsius.

Dunia saat ini berinvestasi 9 miliar dolar AS per tahun untuk akses energi dan membutuhkan sekitar 50 miliar dolar AS untuk mencapai akses energi global.
Editor: AA Ariwibowo
COPYRIGHT © ANTARA 2015
Back To Top