-->
Motivasi Menulis
Bisnis Online

Jepang kenang tsunami gelar pameran di Jakarta

Jepang kenang tsunami gelar pameran di Jakarta
Director General The Japan Foundation Jakarta, Ogawa Tadashi, dalam pembukaan pameran “Beautiful Handicrafts of Tohoku, Japan”, di Jakarta, Senin (7/3/2016). (ANTARA News/ Arindra Meodia)

Jakarta (ANTARA News) - Mengenang bencana gempa bumi dan tsunami yang menerjang Tohoku pada 11 Maret 2011, the Japan Foundation menggagas sebuah pameran bertajuk “Beautiful Handicrafts of Tohoku, Japan”. 

"Pameran ini digelar di Japan Foundation Jakarta mulai 7 sampai 19 Maret 2016, mulai pukul 10.00 sampai 18.00 WIB," kata Ogawa Tadashi, Director General The Japan Foundation Jakarta, dalam pembukaan pameran, di Jakarta, Senin.
Wilayah Tohoku yang terkenal akan pegunungan dan pemandangan lautnya yang indah menyimpan kekayaan budaya dan sejarah lokal.

Peralatan sehari-hari yang tak hanya indah namun bersifat fungsional tersebut dibuat dengan teknik kerajinan tradisional tingkat tinggi yang telah ada sejak zaman kuno dan menginspirasi seniman-seniman Jepang yang karya-karyanya terlibat dalam pameran ini untuk mengembangkan dan mewariskan tradisi istimewa tersebut hingga saat ini.

"Tohoku kaya akan kerajinan kayu dari bambu yang digunakan sebagai perabotan sehari-hari. Ini menggunakan teknik jaman Jepang kuno yang memperlihatkan keunikan Jepang," kata Tadashi.

Sebelumnya, pameran tersebut telah diselenggarakan di Thailand, Filipina dan Korea Selatan. Indonesia dipilih menjadi negara selanjutnya karena dirasa memiliki kedekatan dengan Jepang.

"Empat tahun yang lalu ketika gempa di Jepang, sukarelawan asal Indonesia dengan cepat mengunjungi dan menolong Jepang. Masyarakat Jepang merasa sangat berterima kasih. Oleh karena itu Indonesia memiliki tempat yang khusus di hati Jepang," ujar Tadashi.

"Dua negara ini juga menghadapi gempa dan tsunami. Kami ingin membina solidaritas untuk menghadapi bencana alam. Pemeran ini juga membantu masyarakat Jepang untuk mengungkapkan rasa terima kasih," tambah dia.



Editor: Fitri Supratiwi
COPYRIGHT © ANTARA 2016
Sri Astari Rasjid gelar pameran "Yang Terhormat Ibu"

Sri Astari Rasjid gelar pameran "Yang Terhormat Ibu"

Sri Astari Rasjid gelar pameran
ilustrasi Pameran Lukisan Basuki Abdullah Pengunjung mengamati lukisan karya Basuki Abdullah dalam pameran "Rayuan 100 Tahun Basuki Abdullah" di Museum Nasional, Jakarta, Senin (21/9/2015). (ANTARA FOTO/Prasetyo Utomo)
Sleman (ANTARA News) - Seniman Sri Astari Rasjid menggelar pemeran retrospektif "Yang Terhormat Ibu" di Pusat Kebudayaan Koesnadi Hardjasoemantri, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, Sabtu malam.

Pameran sekaligus menandai 30 tahun Sri Astari berkarya tersebut menampilkan 27 karya, dari lukisan, fotografi, patung, dan instalasi.

Pembukaan pameran dihadiri sejumlah tokoh, seperti Surya Paloh, GKR Hemas, Jan Darmadi, Maxi Gunawan, Eros Jarot, Romo Mudji Sutrisno, dan Siti Hediati Hariyadi atau Titi Soeharto.
Ditemui di sela pameran Surya Paloh menyampaikan rasa bangganya kepada sosok Sri Astari.

"Sebagai seniman dan budayawan yang menjadi duta besar, Sri Astari dapat mengemban dengan baik misi khusus memperkenalkan budaya Indonesia di luar negeri.," katanya.
Wakil Ketua DPD RI GKR Hemas, dalam sambutannya, menyampaikan apresiasi atas pameran Yang Terhormat Ibu.

"Pameran tersebut menunjukkan "The Power of Mother" menempatkan ibu sebagai sumber kehidupan. Pentingnya sosok Ibu kental dalam budaya Jawa, misalnya dalam bangunan rumah Jawa," katanya.

Menurut dia, dalam rumah Jawa ada satu ruang senthong yang menjadi tempat bersemayam Dewi Sri (dewi kesuburan).
"Diharapkan Sri Astari sukses dengan tugas barunya sebagai Duta Besar Republik Bulgaria merangkap Republik Albania dan Republik Makedonia," katanya.
Selain itu, Sri Astari diharapkan dapat terus mengisi dinamika budaya dan memberi bentuk baru yang tidak melenceng.

Sementara itu, Sri Astari Rasjid menyampaikan, pameran restrospektif tersebut dibuat untuk menghormati sosok ibu yang memiliki rahim tempat berlangsungnya penciptaan manusia.
"Dalam diri manusia selalu terdapat dua daya atau energi, yaitu maskulin dan feminim. Dua daya tersebut dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan konteks sosio-historis yang berbeda-beda," katanya.

Secara khusus Astari banyak mengambil inspirasi karya-karyanya dari kultur asalnya, yaitu budaya Jawa.

"Saya memandang Jawa sebagai rahim kultural tempat saya lahir dan kemudian menjelajah ke mana saja dan tempat saya berpulang," katanya.
Dalam pameran restrospektif tersebut, selain karya-karya seni rupa dan tari, akan ditampilkan pula pentas puisi Jawa dan pegelaran wayang kulit dengan dalang Ki Seno Nugroho.
Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2016
Back To Top