-->
Motivasi Menulis
Bisnis Online
Indonesia tawarkan gasifikasi industri petrokimia ke India

Indonesia tawarkan gasifikasi industri petrokimia ke India

Indonesia tawarkan gasifikasi industri petrokimia ke India
Menperin Saleh Husin menerima cendera mata dari Presiden Confederation of Indian Industry (CII) Naushad Forbes usai melakukan pertemuan dengan para pelaku industri dan perwakilan pemerintah India di Kementerian Perindustrian, Jakarta(Kemenperin.go.id)
 "Saya yakin, banyak hal yang bisa ditingkatkan dan dikerjasamakan antara Indonesia dan India.."
"Kami tawarkan gasifikasi menjadi petrokimia. Dia juga tertarik, akan ditindak lanjuti," kata Dirjen Ketahanan dan Pengembangan Akses Industri Internasional Kemenperin Harjanto di Jakarta, Senin.

Harjanto mengatakan pihak CII akan menyampaikan tawaran tersebut kepada para investor untuk melanjutkan pembicaraan dengan direktur jenderal terkait.

Diketahui, Presiden CII Naushad Forbes bersama 15 CEO dan direktur perusahaan dari India bertemu Menteri Perindustrian Saleh Husin bersama jajaran eselon I Kemenperin.

Selain industri petrokimia,dalam pertemuan tersebut, kedua pihak juga membicarakan tentang peningkatan kerja sama kedua negara di bidang industri lainnya.

Kendati belum menyampaikan nilai investasi yang akan ditanam di Indonesia, Naushad meyakini, terdapat banyak sektor yang bisa ditingkatkan kerja samanya.
"Saya yakin, banyak hal yang bisa ditingkatkan dan dikerjasamakan antara Indonesia dan India. Oleh karena itu kami mendiskusikannya," ujar Naushad.
Editor: Risbiani Fardaniah
COPYRIGHT © ANTARA 2016
BKPM: investor Taiwan minati sektor industri petrokimia

BKPM: investor Taiwan minati sektor industri petrokimia

BKPM: investor Taiwan minati sektor industri petrokimia
Kepala BKPM Franky Sibarani (ANTARA FOTO/Widodo S. Jusuf)
 Industri ini tergolong industri subsitusi impor yang memiliki nilai strategis dan menjadi prioritas BKPM sejak tahun lalu

Jakarta (ANTARA News) - Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat minat investasi dari investor asal Taiwan di sektor industri petrokimia dengan produk amonia dan megamethanol, senilai 2,5 miliar dolar AS.

Kepala BKPM Franky Sibarani dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Kamis, mengatakan investor tersebut saat ini masih mencari lokasi yang tepat dengan mempertimbangkan ketersediaan bahan baku gas bumi yang dibutuhkan.

"Nilai investasi yang disampaikan cukup besar. Oleh karena itu, kami akan terus mengawal sampai tuntas realisasinya, termasuk masalah lokasi proyek dengan ketersediaan bahan baku yang dibutuhkan," katanya.

Franky menjelaskan, rencananya akan dibangun dua pabrik masing-masing seluas 100 hektare yang akan dilakukan dalam dua tahap oleh investor tersebut.

Tahap pertama digunakan untuk memproduksi amonia sebesar 600 KMTA (kilo metric ton per annum) dan tahap kedua untuk memproduksi megamethanol 1.800 KMTA.

"Petrokimia ini termasuk salah satu industri yang strategis. Dari bahan amonia dan megamethanol saja dapat menghasilkan banyak produk turunan, seperticonsumer textileindustrial textile, plastik rekayasa, resin, karet dan serat akrilik," katanya.
Menurut Franky, masuknya investasi dari Taiwan tersebut diharapkan dapat mendukung pencapaian realisasi investasi tahun 2016 sebesar Rp594,8 triliun, khususnya sumbangan dari penanaman modal asing yang dipatok sebesar Rp386 triliun atau 65 persen dari total realisasi investasi.

Kepala Bidang investasi Kantor Dagang Ekonomi Indonesia (KDEI) Taipei Mohamad Faizal menyatakan kesiapannya untuk mengawal secara intensif dan memfasilitasi realisasi investasi dari investor Taiwan.

Menurut dia, industri petrokimia diharapkan dapat meningkatkan nilai ekspor Indonesia dan turut merangsang tumbuhnya industri turunan.


Guna menindaklanjuti hal tersebut, saat ini BKPM dan KDEI tengah berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait untuk memfasilitasi keperluan investor.

"Sesuai arahan Kepala BKPM, Kami sudah mengagendakan pertemuan antara perusahaan dengan SKK Migas untuk membicarakan langkah-langkah terkait realisasi pembangunan proyek. Kami akan membantu untuk mengatasi kendala terkait bahan baku yang dibutuhkan," katanya.

Editor: Heppy Ratna
COPYRIGHT © ANTARA 2016
Back To Top