-->
Motivasi Menulis
Bisnis Online
Investor Jepang ingin lakukan studi kelayakan ulang kereta cepat

Investor Jepang ingin lakukan studi kelayakan ulang kereta cepat

Investor Jepang ingin lakukan studi kelayakan ulang kereta cepat
Ilustrasi (ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga)
Jakarta (ANTARA News) - Direktur Transportasi Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas Bambang Prihartono mengatakan investor Jepang mengajukan kepada pemerintah agar dapat melakukan studi kelayakan ulang untuk proyek kereta cepat Jakarta-Bandung.

Menurut Bambang, permintaan itu diajukan karena Jepang ingin melakukan studi kelayakan (feasibility study) di trase jalur kereta api yang sama seperti yang digunakan oleh investor Tiongkok.

"Memang trasenya beda, dia (Jepang) mau ikut trase yang sama dengan Tiongkok," kata Bambang, di Jakarta, Rabu.
Bambang mengatakan pemerintah belum memberikan sikap atas permintaan investor Jepang tersebut.

Perbedaan trase dari studi kelayakan Jepang dan Tiongkok ini turut menimbulkan perbedaan panjang rel kereta cepat, dan juga biaya investasi yang dibutuhkan.

Sementara, pemerintah menargetkan sudah dapat menentukan mitra antara Jepang atau Tiongkok dalam pembangunan kereta cepat ini pada periode Agustus - September 2015.
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Sofyan Djalil sebelumnya pada 15 Agustus 2015 mengatakan, pemerintah akan menunjuk tim konsultan independen yang beranggotakan pihak dari berbagai negara untuk menguji studi kelayakan dan proposal yang sudah diajukan Jepang dan Tiongkok.
Hasil rekomendasi dari konsultan tersebut akan diserahkan kepada tim penilai dari pemerintah.

Beberapa pertimbangan pemerintah dalam menentukan mitra proyek ini antara lain berdasarkan kebutuhan investasi, penerapan teknologi, penggunaan tingkat kandungan dalam negeri, harga tiket kepada penumpang, dan juga potensi efek ekonomi yang dihasilkan.
Proyek kereta cepat Indonesia yang diwacanakan sekelas "Shinkansen" dengan kecepatan 300 kilometer per jam akan melayani rute Jakarta-Bandung. Namun, dalam dokumen studi kelayakan Jepang, terdapat wacana rute kereta cepat ini juga akan melayani konektivitas ke Cirebon, bahkan hingga Surabaya.

Untuk rute Jakarta-Bandung, kereta cepat akan memangkas waktu tempuh perjalanan dari dua hingga tiga jam menjadi sekitar 37 menit.

Jepang sudah terlebih dahulu melakukan studi kelayakan tahap pertama dan menyerahkan proposal kepada pemerintah. Menurut data Bappenas, dari proposal Jepang diketahui biaya pembangunan rel dan kereta cepat sebesar 6,2 miliar dolar AS.
Sedangkan, Tiongkok melakukan studi kelayakan, setelah Jepang. Dari proposal Tiongkok, kebutuhan investasi untuk pembangunan rel dan kereta cepat sebesar 5,5 miliar dolar AS.

Editor: Heppy Ratna
COPYRIGHT © ANTARA 2015
Investor Jepang Bakal Tambah 3 Pabrik di RI

Investor Jepang Bakal Tambah 3 Pabrik di RI

Dana Aditiasari - detikfinance
Investor Jepang Bakal Tambah 3 Pabrik di RI
Jakarta -Perlambatan ekonomi yang tengah terjadi di Indonesia ternyata tak menyurutkan minat pemilik modal untuk terus menambah investasinya di tanah air.

Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Franky Sibarani mengungkapkan, ada investor asal Jepang yang berencana membangun 3 pabrik baru di Indonesia.

Investor tersebut adalah Yazaki Corporation, sebuah perusahaan asal jepang yang memproduksi wire harnes atau kabel untuk komponen otomotif.

"Dia produksi wire (kabel) untuk perangkat selular dan otomotif. Perusahaannya Yazaki Grup," katanya di Kawasan Industri Terpadu Wilmar, Serang, Jumat (7/8/2015).

Saat ini, Yazaki Grup telah memiliki 7 pabrik yang produknya sebagian besar dipasok untuk kebutuhan komponen kendaraan yang diproduksi di dalam negeri seperti Grup Usaha Astra. Sementara sisanya di ekpor ke sejumlah negara lain di Asia dan Asia Tenggara.

Dari 7 pabrik yang sudah ada di Indonesia tersebut, Yazaki Grup telah mempekerjakan sedikitnya 26.000‎ karyawan.

"Dengan penambahan tiga pabrik ini, tenaga kerja yang bakal terserap diperkirakan sekitar 10.000 karyawan lagi," sambung dia.

Bukan hanya menyerap tenaga kerja lokal, perusahaan asal Jepang ini juga menyerap banyak komponen lokal sebagai bahan baku produk yang dihasilkannya.

"Sembilan puluh persen lokal. Ini patut diapresiasi," ungkap dia.

Untuk merealisasikan rencana investasi tersebut, Yazaki Grup akan menggelontorkan investasi sekitar US$ 120 juta atau Rp 1,56 triliun.
Dengan penambahan investasi ini, Indonesia akan menjadi basis produksi wire harnes yang dihasilkan Yazaki Grup untuk dipasok ke sejumlah negara di Asia Tenggara.

Dipilihnya Indonesia sebagai basis produksi, lanjut Franky, karena Yazaki Grup melihat Indonesia adalah negara yang paling kuat menghadapi gempuran pelemahan ekonomi global yang melanda seluruh dunia.
"Di situ saya lihat Indonesia masih sebagai negara yang menarik menjadi negara tujuan investasi di tengah perlambatan ekonomi global‎. Karena kalau melihat Malaysia dan beberapa negara lain, Indonesia masih lebih baik pertumbuhan ekonominya," tandas dia.
Sekadar informasi, ‎Yazaki Grup saat ini memiliki pabrik di tujuh lokasi di Indonesia yaitu Tangerang, Subang, Kabupaten Semarang, Kota Semarang, Jepara, Mojokerto, dan Pasuruan.


(dna/drk)
Back To Top