-->
Motivasi Menulis
Bisnis Online
Rupiah Kamis pagi menguat 29 poin

Rupiah Kamis pagi menguat 29 poin

Rupiah Kamis pagi menguat 29 poin
Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Kamis pagi bergerak menguat sebesar 29 poin menjadi Rp13.198 dibandingkan sebelumnya di posisi Rp13.227 per dolar AS. (ANTARA FOTO/Widodo S. Jusuf)
 Nilai tukar rupiah berpeluang menguat lebih tinggi terhadap dolar AS seiring dengan harga minyak mentah yang naik cukup tajam

Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Kamis pagi bergerak menguat sebesar 29 poin menjadi Rp13.198 dibandingkan sebelumnya di posisi Rp13.227 per dolar AS.

"Seperti diharapkan oleh pasar global, notulensi pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) dini hari tadi masih belum menunjukan pertanda suku bunga AS akan naik dalam waktu dekat sehingga menopang mata uang negara berkembang kembali menguat," kata ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta di Jakarta, Kamis.

Di saat yang sama, lanjut dia, rilis data persediaan minyak Amerika Serikat yang turun juga berhasil mendorong harga minyak mentah dunia bergerak naik. Terpantau, harga minyak mentah jenis WTI Crude pada Kamis (7/4) pagi ini, berada di level 38,10 dolar AS per barel, naik 0,93 persen. Sementara minyak mentah jenis Brent Crude di posisi 40,09 dolar AS per barel, menguat 0,63 persen.

"Nilai tukar rupiah berpeluang menguat lebih tinggi terhadap dolar AS seiring dengan harga minyak mentah yang naik cukup tajam," katanya.

Ia menambahkan bahwa cadangan devisa yang diumumkan pada hari ini (7/4) juga diperkirakan naik sehingga berpeluang menambah sentimen penguatan bagi rupiah terhadap dolar AS.

Kepala Riset NH Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada menambahkan bahwa harapan perbaikan ekonomi di dalam negeri yang masih terjaga akan menjaga mata uang rupiah bergerak di area positif.

Ia mengemukakan bahwa lembaga pemeringkat asal Jepang, Rating and Investment Information, Inc. (R&I), kembali mengafirmasi peringkat Indonesia pada level layak investasi, beberapa faktor kunci yang mendukung keputusan itu yakni perekonomian Indonesia yang tetap stabil.

"Indonesia masih dilirik investor asing sebagai tempat investasi yang menjanjikan," katanya.

Editor: Fitri Supratiwi
COPYRIGHT © ANTARA 2016
Kurs rupiah kamis pagi menguat menjadi Rp13.896

Kurs rupiah kamis pagi menguat menjadi Rp13.896

Kurs rupiah kamis pagi menguat menjadi Rp13.896
Petugas menghitung uang dolar AS di Kantor Cabang BNI Melawai, Jakarta, Selasa (15/9). Nilai tukar rupiah terpuruk terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menjelang Federal Open Market Committee (FOMC), Selasa (15/9) menyentuh level Rp 14.408 per dolar AS atau melemah 0,52 persen dibandingkan hari sebelumnya Rp 14.333 per dolar AS. (ANTARA FOTO/Yudhi Mahatma)

Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Kamis pagi bergerak menguat sebesar 68 poin menjadi Rp13.896 dibandingkan posisi sebelumnya di posisi Rp13.964 per dolar AS.

"Harapan fundamental ekonomi nasional yang positif pada tahun ini masih menjadi salah satu penopang mata uang rupiah terhadap mata uang asing, seperti dolar AS," Kepala Riset NH Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada di Jakarta, Kamis.

Kendati demikian, menurut Reza Priyambada, penguatan nilai tukar rupiah saat ini masih cenderung terbatas mengingat harga minyak mentah dunia yang masih berada dalam tren penurunan.

"Penurunan rupiah masih dapat dimungkinkan kembali terjadi jika tidak ada intervensi dari otoritas moneter terhadap rupiah di pasar uang domestik, sentimen negatif eksternal masih cukup kuat," katanya.
Sementara itu, analis LBP Enterprise Lucky Bayu Purnomo menambahkan bahwa pengaruh dari Tiongkok dan Amerika Serikat masih menjadi salah satu penahan laju nilai tukar rupiah untuk bergerak menguat lebih tinggi.

Bayu Purnomo memaparkan bahwa prediksi ekonomi Tiongkok yang masih melambat akibat dana anggaran belanja modalnya yang terkoreksi akan mengganggu pertumbuhannya. Situasi itu, memicu arus modal di negara-negara berkembang akan cenderung keluar sehingga menekan mata uangnya.

Di sisi lain, lanjut dia, harga minyak mentah dunia yang masih akan berada dalam tren penurunan juga dinilai masih membayangi laju perekonomian di negara-negara berkembang lainnya.
Editor: AA Ariwibowo
COPYRIGHT © ANTARA 2016
Back To Top