-->
Motivasi Menulis
Bisnis Online
Presiden khawatir Jawa-Bali krisis listrik pada 2019

Presiden khawatir Jawa-Bali krisis listrik pada 2019

Presiden khawatir Jawa-Bali krisis listrik pada 2019
Presiden Joko Widodo (ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari)
 alau itu enggak ketemu, bisa nantinya di provinsi-provinsi itu keadaannya sama, `byar pet byar pet`
Kemiri, Tangerang (ANTARA News) - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengkhawatirkan Pulau Jawa dan Bali akan mengalami krisis listrik jika pasokan sebesar 21.000 MW tidak segera terpenuhi.

"Kalau kita lihat kebutuhan Jawa-Bali masih 21.000 mega watt kebutuhan yang sangat besar yang harus segera dikejar, harus segera dipercepat pelaksanaannya karena kalau tidak, 2019 akan ada kekurangan listrik di Jawa-Bali," kata Presiden Jokowi dalam "Ground Breaking" PLTU Lontar Extention #4 1x315 MW dan Peresmian Gardu Induk & Transmisi di Wilayah Jakarta Raya dan Banten di Desa Lontar, Kemiri, Tangerang, Banten, Jumat.

Jika proyek itu tidak segera dipenuhi berarti maka akan ada pemadaman bergilir di Jawa dan Bali sehingga pekan lalu dan pekan ini Jokowi akan berkonsentrasi terhadap pembangunan infrastruktur kelistrikan.

"Kalau tidak kita kawal betul, tidak ke lapangan betul, 35 ribu MW bukan target, itu kebutuhan. Kalau itu enggak ketemu, bisa nantinya di provinsi-provinsi itu keadaannya sama, byar pet byar pet," katanya.
Ia menambahkan, peningkatan investasi, industri, pembangunan pabrik baru, akan terkendala jika masalah kelistrikan tidak terselesaikan.

"Sehingga ada yang diselesaikan lewat PPP, investor swasta, 25.900 dikerjakan PLN. Yang PLN ada yang bisa cepat dengan Mobile Power Plant. Ada juga yang seperti ini PLTU, makan waktu sampai 4 tahun," katanya.
Khusus untuk PLTU Lontar yang akan mendukung pasokan listrik Jakarta-Banten, Jokowi meminta penyelesaiannya dipercepat setidaknya lebih cepat 6 bulan dari yang ditargetkan.

Ia mengakui sampai saat ini masih banyak masyarakat yang belum mendapatkan aliran listrik di wilayahnya dan inilah yang mendorong Presiden bertekad segera merampungkan pembangunan proyek infrastruktur kelistrikan.

Dan agar listrik tetap terjangkau untuk semua kalangan, Presiden Jokowi memastikan keluarga miskin dan pelaku usaha mikro akan tetap mendapatkan subsidi.

"(Prioritas) semuanya, itu kebutuhan sudah dihitung, di pemukiman, industri, semuanya. Hitungannya, karena ada pertumbuhan di perumahan, ada juga pertumbuhan di industri manufaktur. Lebih ke situ, keduanya," kata Jokowi.
Editor: Jafar M Sidik
COPYRIGHT © ANTARA 2016
Presiden: perizinan berbelit sebabkan Indonesia krisis listrik

Presiden: perizinan berbelit sebabkan Indonesia krisis listrik

Presiden: perizinan berbelit sebabkan Indonesia krisis listrik
Presiden Joko Widodo (ANTARA FOTO/Widodo S. Jusuf)
 Ngurusnya ada yang sampai 4 tahun, 6 tahun, ngurus izinnya saja. Bayangkan, ini yang harus diselesaikan terlebih dahulu."

Pulau Morotai (ANTARA News) - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyebut perizinan yang berbelit menyebabkan Indonesia krisis listrik bahkan hampir di semua provinsi masalah utama yang paling banyak dihadapi adalah kekurangan listrik.

Presiden Jokowi ketika memberikan sambutan pada peresmian Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Hybrid dan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) di Maluku, Maluku Utara, Papua dan Papua Barat di Desa Daruba, Kecamatan Morotai Selatan, Kabupaten Pulau Morotai, Selasa petang, mengatakan kekurangan listrik tidak hanya terjadi di satu provinsi di Indonesia, tapi hampir terjadi di semua provinsi di Tanah Air. 

Keluhan pertama yang didapat Presiden Joko Widodo ketika mengunjungi suatu kota, kabupaten maupun provinsi adalah tentang listrik, termasuk dari hotel tempat Presiden menginap selalu mengeluhkan kekurangan listrik.

Permasalahan itu, lanjut Presiden, diakibatkan karena proses perizinan pembangunan pembangkit listrik sangat panjang dimana diperlukan 59 perizinan. 
"Ngurusnya ada yang sampai 4 tahun, 6 tahun, ngurus izinnya saja. Bayangkan, ini yang harus diselesaikan terlebih dahulu," ujar Presiden.
Selain perizinan, hal lain yang menghambat pembangunan pembangkit listrik adalah masalah pembebasan lahan. 

"Inilah problem kelistrikan kita," kata Presiden. 

Memang, kata Presiden, perizinan pembangunan pembangkit listrik kini telah dipangkas dari 59 peraturan menjadi 22 peraturan, dan akan diselesaikan selama 255 hari. "Masih kelamaan," kata Presiden.

Untuk itulah Presiden meminta kepada Gubernur, Bupati, Walikota dan jajaran di bawahnya, termasuk Camat agar memberikan kemudahan dalam perizinan.

"Masalah yang berkaitan dengan izin apapun tolong dipercepat. Pangkas yang sulit, beri kemudahan kepada masyarakat kita," ucap Presiden.
Dalam era kompetisi seperti saat ini, Presiden mengatakan bahwa yang lamban akan ditinggal, tentunya dalam proses perizinan seperti ini, maka proses perizinan yang memakan waktu lama tidak akan menarik investor.

"Tidak bisa lagi mengurus izin sampai bertahun-tahun. Zaman IT, ngurus izin dalam hitungan kecepatan jam," kata Presiden. 
Kalau tidak, Indonesia bisa kalah bersaing dengan negara tetangga.

"Negara kita harus memenangkan persaingan itu. Kalau tidak dibenahi jangan berharap memenangkan pertandingan itu," kata Presiden.

Editor: B Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2016
Dapat Warisan Krisis Listrik, Jokowi Percepat Program 35.000 MW

Dapat Warisan Krisis Listrik, Jokowi Percepat Program 35.000 MW

Rista Rama Dhany - detikfinance
 //images.detik.com/content/2015/01/28/1034/modardalam.jpg 

Berdasarkan data Kementerian ESDM, daerah yang krisis listrik saat ini mulai dari Aceh-Sumatera Utara, Sumatera Barat-Riau, Bangka, Sumatera Bagian Selatan, Kalimantan Barat, Sulawesi Utara-Gorontalo, Kalimantan Selatan-Tengah, dan Maluku.

Bahkan, Kalimantan Timur dan Utara serta Papua sudah di ujung krisis listrik. Hanya Jawa-Bali dan Sulawesi Selatan dan Barat yang listriknya masih aman sampai saat ini.

Melihat kondisi tersebut, pemerintahan Jokowi-JK mencanangankan program dalam 5 tahun ke depan harus terbangun pembangkit listrik sebesar 35.000 MW, tapi itu Indonesia akan 'gelap' di malam hari.

Namun, tidak mudah bagi pemerintahan ini mewujudkan hal tersebut, pasalnya berkaca pada pengalaman dahulu, untuk membangun pembangkit listrik butuh waktu yang lama, bahkan untuk perizinan saja diperlukan waktu 2-3 tahun lamanya.

Pada Senin (26/1/2015), pemerintah meresmikan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP). Di mana untuk izin listrik, investor tidak lagi harus berkeliling ke sana-kemari untuk mengurus izin pembangkit listrik. Menteri ESDM Sudirman Said sudah mengalihkan kewenangan penerbitan izin listrik ke PTSP. Diharapkan pengurusan izin bisa semakin cepat.

Tidak hanya itu, Menteri ESDM Sudirman Said kemudian mengumpulkan seluruh stakeholder di sektor kelistrikan mulai dari PT PLN, PT Bukit Asam, PT PGN, PT Pertamina, dan lainnya untuk mencari apa saja hambatan di sektor listrik dan mencari penyelesainnya
Back To Top