-->
Motivasi Menulis
Bisnis Online
Menkopolhukam minta maaf untuk musibah mudik Lebaran

Menkopolhukam minta maaf untuk musibah mudik Lebaran

Menkopolhukam minta maaf untuk musibah mudik Lebaran
Antrean kendaraan mengular di tol Pejagan ke arah pintu keluar Brebes Timur, Brebes, Jawa Tengah. (ANTARA FOTO/Rosa Panggabean)
Jakarta (ANTARA News) - Menteri Koordinasi Politik, Hukum dan Keamanan Luhut Panjaitan meminta maaf atas terjadinya musibah mudik yang merenggut korban jiwa saat kemacetan panjang di Brebes, Jawa Tengah.

"Menko Polhukam Luhut Pandjaitan minta maaf kepada masyarakat atas jatuhnya korban jiwa selama tanggal 3-5 Juli lalu," demikian kicauan akun twitter Kementerian Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan @polhukamRI, Minggu.
Sebelumnya, Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo atas nama pemerintah juga menyatakan permintaan maaf terkait layanan mudik tahun ini, terutama setelah musibah kemacetan panjang di Brebes yang merenggut korban jiwa.
"Terjadinya musibah sebagian warga masyarakat pada saat kemacetan di Pantura daerah Kabupaten Brebes, Saya Mendagri atas nama pemerintah juga menyampaikan permohonan maaf," katanya.

Mendagri mengatakan, selama ini pemerintah telah berupaya maksimal memberikan pelayanan ke masyarakat saat mudik, namun menyatakan pemerintah akan mengevaluasinya.

Kemacetan panjang di pintu tol Brebes telah merenggut korban jiwa. Badan Penanggulangan Bencana Daerah Brebes telah mengumumkan 17 orang yang meninggal dunia saat mudik lebaran 2016.
Editor: Jafar M Sidik
COPYRIGHT © ANTARA 2016
Hasyim Muzadi tak setuju presiden minta maaf atas nama negara

Hasyim Muzadi tak setuju presiden minta maaf atas nama negara

Hasyim Muzadi tak setuju presiden minta maaf atas nama negara
Dokumentasi korban kasus pelanggaran HAM 1965-1966, bagian Jaringan Solidaritas Korban untuk Keadilan, saat mengantar surat ke Sekretariat Negara saat aksi Kamisan ke-368, di depan Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (2/10). Pada aksi tersebut mereka memperingati 49 tahun tragedi 1965 dan mendesak pengungkapan kebenaran tragedi 1965 serta pemenuhan hak korban. (ANTARA FOTO/Fanny Octavianus)
 ... pasti membebani presiden, baik secara politik, keamanan maupun ekonomi, bahkan bisa terjadi kegoncangan...

Jakarta (ANTARA News) - Anggota Dewan Pertimbangan Presiden, Hasyim Muzadi, tidak ikut, apalagi menyetujui apa yang terjadi dan menjadi arah simposium korban tragedi 1965 untuk mendesak Presiden Joko Widodo meminta maaf pada para korban tragedi 1965 itu atas nama negara. 

"Desakan tersebut pasti membebani presiden, baik secara politik, keamanan maupun ekonomi, bahkan bisa terjadi kegoncangan," kata Muzadi, dalam keterangan tertulisnya, di Jakarta, Selasa.

Mantan ketua umum PB NU ini menyebutkan, sejak kampanye Jokowi beberapa waktu lau, dia pernah menyampaikan kepada Jokowi di rumahnya, di Solo, bahwa untuk membangun Indonesia baru bisa dirasakan kalau masa jabatannya 10 tahun alias dua periode penuh.

"Oleh karena itu, saya bersedia secara tulus mengantar umroh ke Mekkah waktu minggu tenang agar hilang anggapan bahwa Pak Jokowi adalah Kristen, atheis, dan lain-lain. Tuduhan itu tidak benar. Saat ini nama pemerintah mulai naik, bahkan ekonomi sedikit membaik. Jadi sangat tidak layak untuk direcoki," katanya.

Menurut pengasuh Pondok Pesantren Al-Hikam ini, kalau yang dimaksud adalah "negara yang meminta maaf" kepada korban 65, tentu salah alamat karena negara tidak pernah salah apa-apa.

"Yang bisa salah adalah rezim pemerintahan dalam masa pemerintahannya. Mengapa kejadian zaman pemerintahan Pak Harto harus Pak Jokowi yang meminta maaf?" katanya.

Dia menambahkan bahwa negara bersifat permanen, sedangkan rezim bersifat temporer. Negara Indonesia sampai hari ini sudah berganti tujuh rezim pemerintahan.

"Kalau dikembalikan ke zaman Pak Harto, sekarang ini sudah banyak yang wafat, juga demikian korban tragedi 1965, lalu siapa meminta maaf siapa?" kata Muzadi.

Tuntutan permintaan maaf ini hanya dilakukan melalui pendekatan HAM saja, sedangkan korban tragedi 1965 langsung atau tidak langsung berkaitan dengan peristiwa G-30-S/PKI.

"Kenapa tidak dilakukan secara seimbang antara HAM dan pemberontakan? Kalau seimbang baru diketahui pelanggaran HAM sebagai ekses," ucap dia.

Ia menjelaskan, HAM yang masuk di Indonesia sekarang secara konstitusional berdasarkan UUD 45 (pasca amandemen) tercantum tidak boleh melanggar Pancasila, melanggar agama, serta etika lokal.

"Namun, dalam pelaksanaannya masih berdasarkan tahun '48 yang lahir di negara Eropa Barat yang sekuler dan bebas nilai sehingga di Indonesia sering membentur tata nilai ke-Indonesia-an, karena HAM tersebut belum di Pancasila-kan," kata dia. 

"Pada akhirnya, Komnas HAM kita masih kalah dengan LSM HAM yang dipandu dan dibiayai gerakan HAM internasional tersebut," jelasnya.

Dalam pandangannya, desakan ke presiden untuk minta maaf atas nama negara, belum tentu menguntungkan kelompok Neo-Komunis, karena mayoritas bangsa terutama kaum muslimin dan umat beragama lain akan berbalik mendesak posisi kaum neo-komunis dan pelbagai aktivitas demokrasi.

"Padahal, saat ini tokoh-tokoh Neo-Komunis telah bebas menjabat dimana-mana tanpa ada yang meneliti. Kalau terjadi konflik malah akan terjadi penelitian. Lalu siapa yang untung? Tentu gerakan global yang akan menambah perpecahan di Indonesia," tutur dia.

Selain itu, tambah dia, sebagaimana pemberontakan PKI pada 1948, PKI setelah itu dengan mulusnya mengikuti Pemilu 1955, hal ini menunjukkan kemampuan luar biasa dalam membalikkan opini publik.

"Nanti kita lihat apakah dan bagaimana reaksi ormas-ormas termasuk ormas Islam? Karena ormas kecil hingga yang besar tentu telah kerasukan faham/tokoh Neokom sebagai bagian kondisioning," kata dia. 
Editor: Ade Marboen
COPYRIGHT © ANTARA 2016
Israel minta maaf karena diplomatnya gunakan bendera Singapura untuk taplak

Israel minta maaf karena diplomatnya gunakan bendera Singapura untuk taplak


Media setempat memberitakan Kementerian Negeri Singapura telah memanggil duta besar Israel setelah adanya laporan polisi tentang insiden pada Minggu lalu, dan identitas si diplomat juga telah terungkap.

"Kedutaan Besar Israel di Singapura terkejut mengetahui perilaku tercela yang ditampilkan oleh salah satu anggota staf junior kami dan secara tulus memohon maaf," ujar pihak kedutaan Israel dalam pernyataan pers, seperti dikutip AFP.

Pernyataan tersebut juga mengungkapkan bahwa direktur jenderal kementerian luar negeri Israel telah menginstruksikan prosedur disiplin ketat yang akan diterapkan untuk menangani para diplomat yang melanggar aturan.

Dalam pernyataan tertulis disebutkan bahwa tindakan disiplin itu mencerminkan betapa seriusnya Israel memandang insiden ini, mengingat kedekatan hubungan Israel-Singapura sebelumnya.

Kementerian Luar Negeri Singapura mengatakan bahwa penyalahgunaan bendera Singapura merupakan pelanggaran serius, namun pemerintah menyambut baik permintaan maaf Israel dengan jaminan bahwa diplomat yang bersangkutan akan mendapat sanksi.

"Semua orang, termasuk diplomat dan warga negara asing di Singapura, harus menghormati dan mematuhi hukum serta aturan di negara kami," tutur pihak Kementerian Luar Negeri Singapura.

Baik pernyataan dari Israel maupun Singapura tidak memberikan detail terjadinya insiden tersebut, namun media setempat melaporkan bahwa bendera Singapura itu digunakan sebagai taplak meja selama pesta yang diadakan di kondominium si diplomat di Singapura.

Seorang netizen yang mengirim foto bendera yang disalahgunakan itu mengaku sangat terkejut melihat sekelompok orang kaukasia "menggunakan bendera Singapura kita sebagai alas meja!"

(Uu.Y013)

Editor: Heppy Ratna
COPYRIGHT © ANTARA 2015
MES Bali minta maaf terkait wisata syariah

MES Bali minta maaf terkait wisata syariah


MES Bali minta maaf terkait wisata syariah
Sejumlah pengunjuk rasa meneriakkan yel-yel saat berlangsungnya diskusi tentang desa syariah di Kantor Bank Indonesia Wilayah III Bali-Nusra di Denpasar, Kamis (26/11). Para pengunjukrasa yang tergabung dari Aliansi Hindu Muda tersebut menyatakan menolak segala bentuk sistem syariah termasuk wisata syariah di Pulau Dewata. (ANTARA FOTO/Wira Suryantala) 
 
Denpasar (ANTARA News) - Ketua Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) Bali, Dadang Hermawan meminta maaf kepada masyarakat di Pulau Dewata terkait wacana pengembangan wisata syariah di daerah setempat.

"Kami mohon maaf kepada masyarakat Bali atas hal yang kurang berkenan dan semoga tidak menimbulkan polemik," katanya ditemui usai klarifikasi bersama sejumlah pihak di Denpasar, Kamis.

Ia mengharapkan pertemuannya dengan Sulinggih atau pemuka agama Hindu, anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) serta sejumlah pelaku pariwisata dan budaya di Kantor Otoritas Jasa Keuangan (OJK) itu tidak menimbulkan permasalahan lagi di masyarakat.

"Kita sudah damai dan tidak terjadi lagi hal seperti itu ke depan," ucap direktur salah satu perguruan tinggi swasta di Denpasar itu.
Pihaknya kemudian menyatakan akan ikut bahu membahu bersama komponen masyarakat lain membangun Bali di masa depan dengan berdasarkan potensi pariwisata yang saat ini ada.

Sementara itu Anggota DPD RI, Arya Wedakarna mengapresiasi klarifikasi yang diadakan oleh MES Bali tersebut terkait desa wisata syariah yang telah menimbulkan polemik luar biasa sejak beberapa hari terakhir di masyarakat itu.

"Kami sudah dengar permohonan maaf dari MES Bali dan sudah ada penjajakan dan kerja sama mutual di masa depan," katanya.

DPR, PHRI, dan Majelis Utama Desa Pakraman (MUDP), kata dia, sudah berkomitmen menyatakan bahwa masalah tersebut telah selesai yang dilaksanakan secara musyawarah mufakat.

Sebelumnya pada Senin (16/11) atau 10 hari yang lalu saat pelantikan pengurus MES Bali, Ketua MES Pusat, Muliaman D Hadad yang juga Ketua Dewan Komisioner OJK saat itu, terlontar wacana untuk mengembangkan potensi wisata syariah di Bali oleh pengurus baru organisasi tersebut.

Wacana itupun menimbulkan polemik luar biasa dari komponen masyarakat Bali termasuk Gubernur Bali Made Mangku Pastika yang menolak adanya wacana tersebut.
Editor: Unggul Tri Ratomo
COPYRIGHT © ANTARA 2015
Soal Sampurasun, AMS Hanya Ingin Tokoh FPI Rizieq Shihab Minta Maaf

Soal Sampurasun, AMS Hanya Ingin Tokoh FPI Rizieq Shihab Minta Maaf

Avitia Nurmatari - detikNews
Soal Sampurasun, AMS Hanya Ingin Tokoh FPI Rizieq Shihab Minta Maaf Foto: Rengga Sancaya

Laporan ini terkait ucapan Rizieq soal sampurasun disebut campur racun yang tersebar di YouTube. Pihak FPI sendiri sudah menegaskan ucapan itu mengalami pengeditan. Sampurasun adalah salam dalam bahasa Sunda.

"Pada intinya kita, Angkatan Muda Siliwangi, sebagai organisasi masyarakat yang concern dalam melestarikan nilai-nilai budaya, merasa sangat tersinggung dengan ucapan Habib Rizieq tersebut," terang Denda, Kamis (26/11/2015).

"Kami AMS beserta Aliansi Masyarakat Sunda menggugat menuntut: 1. Habib Rizieq meminta maaf secara terbuka kepada seluruh Masyarakat Sunda, 2. Sebelum adanya permintaan maaf kami akan melakukan proses hukum seperti yang kami lakukan saat ini," tambah dia.

Laporan itu dilakukan pada Selasa (24/11) ke Polda Jabar. Pihak kepolisian sendiri masih memproses kasus ini.

Sedang dari pihak FPI yakni Wakil Sekretaris DPP FPI Bidang Dakwah Habib Salim Alatas yang akrab disapa Habib Selon menyampaikan tidak ada maksud dari Habib Rizieq melakukan penghinaan. Rizieq hanya menyampaikan dakwah.
(dra/dra)
Back To Top