-->
Motivasi Menulis
Bisnis Online
PHRI dorong penyempurnaan infrastruktur wisata DIY

PHRI dorong penyempurnaan infrastruktur wisata DIY

PHRI dorong penyempurnaan infrastruktur wisata DIY
Jl. Malioboro Yogyakarta Pengendara kendaraan melintas di Jl. Malioboro, Yogyakarta, Senin (15/9). Jalan Malioboro merupakan nama salah satu kawasan jalan dari tiga jalan di Kota Yogyakarta yang membentang dari Tugu Yogyakarta hingga ke perempatan Kantor Pos Yogyakarta yang dan terdapat beberapa obyek bersejarah antara lain Gedung Agung, Pasar Beringharjo dan Benteng Vredeburg. (ANTARA FOTO/Noveradika) ()

Yogyakarta (ANTARA News) - Pengurus Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesi Daerah Istimewa Yogyakarta mendorong penyempurnaan pembangunan infrastruktur wisata daerah ini untuk mendongkrak lama tinggal wisatawan.

"Dengan banyak pilihan destinasi yang menarik disertai infrastruktur yang baik, lama tinggal wisatawan juga akan terdongkrak," kata Sekretaris Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) DIY Deddy Pranowo Eryono, di Yogyakarta, Rabu.
Menurut dia, apabila infrastruktur serta daya tarik wisata berhasil menambah lama tinggal wisatawan, maka secara bersamaan akan mendukung tingkat keterisian kamar hotel di DIY.

Mengacu data rata-rata lama tinggal wisatawan pada masing-masing hotel, menurut dia, wisatawan yang berkunjung ke Yogyakarta sebagian besar hanya tinggal sehari.

"Bahkan banyak juga yang datang pagi, sorenya langsung pulang," kata Deddy lagi.

Pada sisi lain, ia mengatakan pula, hingga saat ini tingkat okupansi rata-rata hotel di DIY terus mengalami penurunan.

Selain dipicu terus bertambah jumlah hotel baru, rendahnya okupansi juga berkaitan dengan daya tarik wisata yang masih monoton dan belum aksesibel secara menyeluruh.

"Banyak pembangunan hotel mengakibatkan okupansi rendah namun merata," katanya pula.

Menurut dia, saat ini pembangunan infrastruktur jalan khususnya untuk akses menuju objek wisata alam di Yogyakarta masih belum optimal.

"Wisatawan mancanegara maupun domestik yang mengurungkan niat untuk mengunjungi objek wisata tertentu banyak disebabkan infrastruktur akses wisata yang masih belum memadai," kata dia.

Kepala Dinas Pariwisata DIY Aris Rianta mengatakan selama 2015 lama tinggal wisatawan nusantara memang masih rendah dengan rata-rata 1,85 hari dan wisatawan mancanegara 2,07 hari.

Realisasi lama tinggal wisatawan itu seluruhnya di bawah target yang telah ditentukan sebelumnya.

Selain persoalan infrastruktur akses wisata yang saat ini terus ditingkatkan oleh Pemprov DIY, peningkatan lama tinggal wisatawan sesungguhnya juga dapat diupayakan dengan meningkatkan event-event wisata.

Dispar DIY, kata dia, telah mendorong para pelaku usaha di bidang pariwisata terus mengembangkan inovasi dan kreativitas untuk meningkatkan kunjungan wisata.

"Dengan inovasi dan kreativitas, maka akan bermunculan banyak event dan destinasi baru," kata dia lagi.
Editor: AA Ariwibowo
COPYRIGHT © ANTARA 2016
PHRI Yogyakarta dorong hotel sajikan masakan tradisional

PHRI Yogyakarta dorong hotel sajikan masakan tradisional


PHRI Yogyakarta dorong hotel sajikan masakan tradisional
Gerai gudeg khas Yogyakarta di Jl Wijilan, Yogyakarta. (FOTO ANTARA/Noveradika)
 
Yogyakarta (ANTARA News) - Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Daerah Istimewa Yogyakarta mendorong pemilik bisnis perhotelan mengutamakan penyajian masakan tradisional sebagai menu utama dengan menggandeng usaha kuliner lokal.

"Kami mendorong untuk memasukkan menu masakan tradisional sebagai opsi utama bagi pengunjung," kata Sekretaris PHRI Daerah Istimewa Yogyakarta Deddy Pranowo Eryono di Yogyakarta, Senin.

Ia mengatakan makanan tradisional akan lestari dan perekonomian masyarakat setempat akan terangkat jika para pengelola hotel menyajikan makanan tradisional dengan menggandeng pengusaha makanan khas lokal.

Daya tarik hotel, ia menambahkan, juga akan meningkat dengan penyajian makanan-makanan tradisional.

"Para pengunjung hotel yang berasal dari luar daerah atau bahkan mancanegara tentunya datang untuk mencari tempat singgah yang bernuansa khas Yogyakarta, termasuk menu makanannya," kata dia.

Saat ini, menurut dia, rata-rata hotel tak berbintang dan hotel bintang satu sudah menyajikan makanan tradisional khas di Yogyakarta.

"Hotel-hotel bintang satu rata-rata sudah mengalokasikan sekitar 80 persen untuk kuliner lokal," kata dia.

Namun, dia menjelaskan, penekanan penyajian makanan tradisional sebagai menu utama tidak bisa dilakukan pada hotel hotel bintang lima yang terikat standar hotel internasional.

"Hotel bintang lima telah memiliki standar internasional secara terpusat, namun demikian kami tetap akan mengimbau untuk memasukkan masakan tradisional sebagai opsi makanan," katanya.


Editor: Maryati
COPYRIGHT © ANTARA 2015
Back To Top