-->
Motivasi Menulis
Bisnis Online
Pendaki Australia tewas saat turuni puncak Everest

Pendaki Australia tewas saat turuni puncak Everest

Pendaki Australia tewas saat turuni puncak Everest
Gunung Everest (reuters.com)

Kathmandu/Melbourne (ANTARA News) - Seorang perempuan pendaki asal Australia tewas saat turun dari puncak Gunung Everest, kata para pejabat lokal di Kathmandu pada Minggu, kematian kedua di gunung tertinggi di dunia itu dalam beberapa hari terakhir.

Kematian Maria Strydom yang berusia 34 tahun pada Sabtu juga dikonfirmasi oleh Universitas Monash di Melbourne, tempat dia bekerja sebagai dosen.

Para pejabat di Nepal mengatakan upaya sedang dilakukan untuk mengambil tubuhnya dari gunung.

Kematian itu adalah yang kedua di puncak Everest tahun ini dan bisa berdampak pada para pendaki gunung di Nepal, tempat gempa besar tahun lalu menewaskan sedikitnya 18 orang di Base Camp Everest.

Pada Jumat, pendaki Belanda Eric Ary Arnold tewas setelah mencapai puncak Everest 8.850 meter (29.035 kaki).

Strydom adalah bagian dari kelompok yang sama dengan Arnold. Ia mengalami penyakit ketinggian saat turun dari Kamp Empat, yang terletak di ketinggian sekitar 8.000 meter (26.246 kaki), menurut perusahaan yang berkantor di Kathmandu yang mengatur ekspedisinya.

"Kami sedang menunggu pemimpin ekspedisi dan pendaki lainnya dalam kelompok itu untuk tiba ke base camp," kata Pasang Phurba dari Seven Summits Treks.

"Kami kemudian akan membahas (upaya untuk mengambil) jenazahnya. Tidak bisa ditinggalkan di sana seperti itu," katanya kepada Reuters.


Dia juga mengatakan salah satu pendaki India yang menderita penyakit beku diselamatkan dari Kamp Dua, terletak di ketinggian sekitar 6.400 meter (21.000 kaki).

Gempa tahun lalu memaksa ratusan pendaki untuk meninggalkan ekspedisi mereka. Gempa itu, yang terburuk dalam sejarah Nepal, menewaskan 9.000 orang di seluruh penjuru Himalaya. 


Lebih dari 350 pendaki telah mencapai puncak Everest bulan ini dari sisi Nepal gunung itu sementara beberapa orang telah naik dari Tibet.

Di antara mereka adalah Alyssa Azar, 19 tahun, yang pada Sabtu menjadi pendaki termuda Australia ke puncak Everest, dan Lhakpa Sherpa, mencatat rekor baru sebagai pendaki perempuan yang telah mencapai tujuh puncak.
(Uu.G003)
Editor: B Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2016
Dua pendaki Cirebon hilang di Gunung Semeru

Dua pendaki Cirebon hilang di Gunung Semeru

Dua pendaki Cirebon hilang di Gunung Semeru
Gunung Semeru (ANTARA FOTO/Seno)

"Pencarian masih terus dilakukan dan hingga hari ini belum ada tanda-tanda ditemukan. Dua pendaki ini nekat naik ke puncak Semeru (Mahameru)," kata Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah  Lumajang Purwanto di Lumajang.

Kedua orang itu berasal dari rombongan yang terdiri dari enam orang yang diketuai Sukron. Mereka berangkat dari Ranu Pani di Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang, Selasa lalu menuju Ranu Kumbolo.

Rabu, rombongan berangkat dari Ranu Kumbolo ke Pos Kalimati untuk selanjutnya ke Mahameru keesokan harinya.

Kemudian sampai batas vegetasi, dua orang turun ke Kalimati karena sakit dan empat orang melanjutkan perjalanan ke puncak. Pada pukul 08.00 WIB tiba di Watugedhe dan kemudian beristirahat.

Kedua orang melanjutkan perjalanan ke puncak Semeru, namun kabarnya mereka tidak kuat mendaki ke Mahameru dan memutuskan untuk turun.

"Ketua rombongan awalnya menunggu di Watugedhe, namun dua orang tersebut juga tidak turun hingga mereka turun ke Kalimati dan melaporkan kepada komunitas Sahabat Volunter Semeru (saver) tentang hilangnya dua kawannya itu," kata Purwanto.

Hilangnya dua pendaki ini dilaporkan secara resmi kepada petugas di Pos TNBTS wilayah Ranu Pani pada Jumat (20/5). Saat itu juga saver bernama Sukaryo melakukan pencarian ke Mahameru, namun tidak berhasil menemukan mereka.

"Pencarian SAR secara terbuka dilakukan sejak Sabtu (21/5) dengan melibatkan enam orang anggota Tim Reaksi Cepat BPBD Lumajang, 20 personel TNBTS, enam anggota SAR, enam orang porter, masyarakat sekitar, dan bantuan tujuh personel dari Basarnas Jember," kata Purwanto.

Untuk memudahkan proses pencarian, Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) menutup jalur pendakian ke gunung tertinggi di Pulau Jawa itu sejak kemarin pukul 20.00 WIB.

Sesuai dengan rekomendasi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), batas pendakian jalur pendakian Gunung Semeru hanya sampai  Kalimati seiring dengan statusnya yang masih waspada.

Para pendaki sudah menandatangani surat pernyataan di atas materai untuk mendaki hanya sampai Kalimati.

Jalur pendakian ke Semeru dibuka sejak 1 Mei 2016.
Editor: Jafar M Sidik
COPYRIGHT © ANTARA 2016
Tim SAR berhasil evakuasi pendaki yang celaka di Gunung Slamet

Tim SAR berhasil evakuasi pendaki yang celaka di Gunung Slamet


Tim SAR berhasil evakuasi pendaki yang celaka di Gunung Slamet

Gunung Slamet di Jawa Tengah.(ANTARA FOTO/Oky Lukmansyah)
Anggota tim SAR gabungan yang membawa pendaki bernama Irfan Hidayat (19), mahasiswa Universitas Indonesia, tiba di Posko Lapangan PMI Banyumas sekitar pukul 13.40 WIB.

Sesampainya di Posko Lapangan PMI Banyumas yang ada di kawasan Wanawisata Baturraden, tim medis langsung memeriksa korban.

Petugas kemudian membawanya ke Rumah Sakit Tentara (RST) Wijayakusuma Purwokerto, Kabupaten Banyumas, supaya bisa mendapat perawatan lebih lanjut.

Selain mengevakuasi Irfan, tim SAR gabungan menjemput 12 rekan korban yang ikut mendaki Gunung Slamet. Tim medis juga memeriksa kondisi mereka.

Saat ditemui wartawan, salah seorang teman Irfan yang bernama Lutfi mengatakan bahwa mereka baru pertama kali mendaki Gunung Slamet.

"Kami teman sekampung dari Sumatra, 11 orang kuliah di UI dan dua orang kuliah di ITS," kata mahasiswa Universitas Indonesia itu serta menambahkan bahwa mereka berangkat untuk melakukan pendakian pada Sabtu melaui jalur Baturraden.


Kondisi Korban
Petugas medis dari SAR Purbalingga, dr. Trisma Nur Indra, mengatakan bahwa berdasarkan hasil pemeriksaan, laju napas dan kesadaran Irfan masih bagus.

Tim medis menemukan luka di kepala luar namun tidak ditemukan tanda cedera vertikal maupun cedera tulang belakang.

Namun, Trisma mengatakan, hasil pemeriksaan awal tersebut harus dikonfirmasi dengan hasil pemeriksaan laboratorium atau radiologi di rumah sakit.

Ia menduga korban terluka karena terbentur benda tumpul atau batu.

"Saat pemeriksaan awal, tidak ditemukan adanya patahan," katanya.

Kakak Irfan yang menunggu proses evakuasi, Aulia Rahman (23), mengatakan bahwa Irfan bukan anggota Mahasiswa Pecinta Alam (Mapala UI).

Meskipun hobi mendaki gunung, dia mengatakan, Irfan tidak tahu dasar-dasar pendakian.

"Ini merupakan pendakian kedua yang dia lakukan. Sebelumnya dia mendaki Gunung Papandayan," kata Aulia, serta menambahkan Irfan sudah lama merencanakan pendakian ke Gunung Slamet

Dia mengaku mengetahui musibah yang dialami Irfan dari salah seorang teman kos adiknya di Depok, Jawa Barat.

"Teman kos Irfan kasih tahu kemarin sore, sekitar pukul 18.00. Dia bilang kalau Irfan terpeleset hingga jatuh dan mengalami luka di kepala saat hendak turun," kata Aulia, yang setelah mendengar kabar itu langsung menuju Baturraden.

"Orang tua kami juga sedang dalam perjalanan dari Cikarang ke sini," tambah dia.

Editor: Maryati
COPYRIGHT © ANTARA 2016
Pendaki asal Sukabumi ditemukan meninggal di Semeru

Pendaki asal Sukabumi ditemukan meninggal di Semeru


Lumajang (ANTARA News) - Seorang pendaki bernama Dania Agustina Rahman (19) warga Sukabumi, Jawa Barat, ditemukan meninggal dunia di jalur pendakian Gunung Semeru pada Rabu sore karena nekat naik ke puncak Gunung Semeru (Mahameru) berketinggian 3.676 meter dari permukaan laut.

"Saat petugas melakukan pencarian terhadap pendaki yang hilang bernama Daniel Saroha (31), warga Bogor yang juga belum ketemu, petugas mendapati pendaki lain bernama Dania yang meninggal dunia karena tertimpa batu berukuran besar dari puncak Semeru," kata Kepala Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) Ayu Dewi Utari saat dihubungi di Lumajang, Rabu malam.
Editor: Tasrief Tarmizi
COPYRIGHT © ANTARA 2015
Kisah Sugirin pendaki Kopassus, penakluk puncak Soekarno

Kisah Sugirin pendaki Kopassus, penakluk puncak Soekarno

Reporter : Faiq Hidayat | Jumat, 24 April 2015 05:35
Kisah Sugirin pendaki Kopassus, penakluk puncak Soekarno
sugirin. ©2015 merdeka.com/faiq hidayat


Merdeka.com - Sugirin prajurit Komando Pasukan Khusus mendapatkan perintah dari presiden Soekarno untuk mengibarkan bendera putih di puncak Irian Jaya. Sugirin yang bersama tim pendaki berhasil menancapkan merah putih di atas puncak tersebut.

Padahal Puncak Jaya berdiri menjulang dengan ketinggian 5.030 meter di atas permukaan laut. Dulu puncak ini tak pernah bisa didaki.

Tahun 1964, para prajurit Kopassus lah yang pertama kali mengibarkan merah putih di puncak tertinggi tersebut. Misi ini diperintahkan langsung oleh Presiden Soekarno.

Letkol (Purn) Sugirin menceritakan, tim pendaki puncak Soekarno berjumlah 56 orang yang merupakan gabungan dari tim ilmiah dan tim ekspedisi Jepang. Namun dalam perjalanannya, hanya tim Kopassus yang bisa bertahan sampai puncak.

"Saya waktu mau berangkat tidak mempunyai perkiraan ada pikiran apa-apa karena sedang berlatih di Yugoslavia. Saat itu pelatihan combat free fall, ada berita dari Indonesia pada dubes kita di sana. Saya waktu itu juga lagi milad yang ada pak Yugo Sudomo diperintahkan oleh komandan, ini tiga orang yang latihan harus segera pulang karena ada tugas khusus tapi tidak disebutkan tugas apa dan sebagainya," kata Sugirin saat berbincang dengan merdeka.com di Rumahnya, Cimanggis, Kamis (23/4).

Setelah mendapatkan perintah, Sugirin yang saat itu bepangkat Peltu (Pembantu Letnan Satu) langsung menuju bandara di Yugoslavia. Kemudian sesampainya di Indonesia di jemput oleh Jenderal Ahmad Yani.

"Saya atas perintah presiden untuk menjemput menyampaikan perintah penting, kamu (Sugirin) tidak usah menghadap, nanti saya sampaikan mungkin besok atau lusa ada perintah akan datang ke rumah. Sekarang dari sini tak usah menghadap langsung saja ke Bandung," kata Ahmad Yani kepada Sugirin.

Saat itu, Sugirin yang masih prajurit bawahan merasa bingung dengan perintah yang disampaikan oleh Jenderal Ahmad Yani. Sugirin lalu mendapatkan amplop berwarna merah dari Presiden Soekarno yang diantarkan oleh Kolonel Sarwoyo.

"Isi suratnya besok pagi harus menghadap ke Jakarta pada tanggal 12 Desember tahun 1963. Terus penerimaan bendera tanggal 11 Desember 1963," ceritanya.

Apa perintah khusus Soekarno tersebut?

"Ini tugas pokok yang harus dilaksanakan dan harus berhasil. Kemudian Pak Karno pegang pundak saya bilang tugas kamu sebagai misi Indonesia, saya tugaskan untuk kibarkan merah putih di puncak tertinggi Irian Jaya, hasil tidaknya tugas ini terletak pada pundakmu. Sudah saya doakan denganku kamu sampai dan harus," kenangnya.

Kemudian, Sugirin bersama tim pendaki langsung menuju puncak tersebut dengan menaiki pesawat Cessena yang mendarat di Nabire, Papua. Selanjutnya berjalan kaki menuju Kumopa untuk menginap di dalam tenda selama tiga hari.

"Waktu naik ke puncak semua tak kuat karena cuaca dan kondisi jalan. Namun hanya saya yang tersisa kuat menuju kesana. Sampai disana saya langsung menancapkan bendera merah putih. Padahal orang Papua dulu bilangnya puncak Ngga Pulu," ujarnya.

Setelah berhasil mendaki puncak tersebut, dia mengatakan seluruh tim disambut oleh presiden Soekarno. Soekarno memberikan bintang jasa kelas satu karena berhasil menacapkan bendera merah putih di puncak tersebut.

"Maka setelah berhasil itu 156 orang salaman berurutan, semuanya bagitu datang Soekarno pegang kepala saya, saya kira mau mukul dia pegang kumis saya, itu kumis asli apa dari gunung. Kepala saya di kecup kepalanya," tutupnya.

Sugirin tak bisa melupakan momen itu seumur hidupnya. Sebuah kebanggaan bisa melaksanakan perintah presiden Soekarno dan mengibarkan merah putih di puncak tertinggi Irian. Puncak inilah yang kemudian dinamakan Puncak Soekarno.
[eko]
Back To Top