-->
Motivasi Menulis
Bisnis Online
Prancis selidiki kemungkinan komplotan pembantu pelaku serangan Nice

Prancis selidiki kemungkinan komplotan pembantu pelaku serangan Nice

Prancis selidiki kemungkinan komplotan pembantu pelaku serangan Nice
Salinan kartu tanda penduduk Mohamed Lahouaiej Bouhlel, pelaku teror truk beramunisi di kota Nice, Prancis, Kamis malam (14/7/2016). (AFP)
 Yang kita dapati sekarang adalah seseorang yang tidak tercatat dalam info intelijen ..."
Nice, Prancis (ANTARA News) - Otoritas Prancis berupaya menyelidiki kemungkinan adanya komplotan pembantu pria keturunan Tunisia, yang menjadi pelaku memacu truknya ke kerumunan massa di tengah perayaan Hari Bastille dan menewaskan 84 korban jiwa.

Serangkaian serangan sempat terjadi Brussels empat bulan silam, sehingga mengejutkan Eropa bagian Barat, yang sudah dilanda kekhawatiran tantangan keamanan menyusul imigrasi besar-besaran, yang seolah membuka perbatasan dan kantung kalangan radikal ISIS.


Pelaku serangan, Mohamed Lahouaiej Bouhlel (31), ditembak mati oleh petugas keamanan di tempat. Ia diketahui memiliki catatan kriminal ringan, yakni aksi emosional di jalan dengan melemparkan papan kayu kepada pengguna jalan lain dan dikenai hukuman percobaan tiga bulan.

Namun, polisi Prancis sebelumnya mencatat, Bouhlel tidak tercantum sebagai orang yang dicurigai memiliki hubungan dengan kalangan militan.

Penyelidikan "akan berusaha menentukan apakah ia mendapat bantuan dari komplotannya," kata jaksa antiteror Paris Francois Molins.

Ia menimpali, "Penyelidikan juga akan mencari tahu apakah ia memiliki ikatan dengan organisasi teroris yang kerap mengatasnamakan Islam."

"Meski belum ada pihak yang mengklaim bertanggung jawab atas serangan kemarin, hal semacam ini sangat berkesesuaian dengan seruan untuk membunuh khas organisasi semacam itu," ujar Molins.

Saat ini mantan istri yang melahirkan tiga anak Bouhlel telah diamankan polisi, sementara petugas juga menemukan satu pucuk senjata api dan berbagai senjata mainan di truknya.


Sementara itu, Perdana Menteri Prancis Manuel Valls justru mengatakan dalam wawancara berita malam bahwa Bouhlel "dengan cara apapun" terkait dengan kelompok Islam radikal.

"Ya, itu adalah aksi teroris dan kami harus memeriksa apa kaitannya dengan organisasi teroris," ujarnya.

Tak hanya Valls, Presiden Francois Hollande juga menyebutnya sebagai serangan teror, namun hingga Jumat petang petugas keamanan setempat masih belum bisa menemukan bukti langsung keterkaitan Bouhlel dengan kalangan kelompok radikal.

Menteri Dalam Negeri Prancis Bernard Cazeneuve saat dimintai konfirmasi keterkaitan motif penyerangan dengan aksi mengatasnamakan Islam, ia mengatakan: "Tidak. Yang kita dapati sekarang adalah seseorang yang tidak tercatat dalam info intelijen memiliki aktivitas terkait kelompok jihad."

Sementara itu sumber dekat Washington mengatakan serangan tersebut dilakukan oleh pelaku tunggal yang terinspirasi namun tidak berkaitan langsung dengan ISIS, demikian Reuters.
Editor: Priyambodo RH
COPYRIGHT © ANTARA 2016
Prancis berkabung tiga hari pasca-serangan Nice

Prancis berkabung tiga hari pasca-serangan Nice

 | 1.909 Views
Prancis berkabung tiga hari pasca-serangan Nice
Ilustrasi--Menteri Pendidikan Prancis Najat Vallaud-Belkacem (kiri), Presiden Prancis Francois Hollande (tengah) dan Perdana Menteri Prancis Manuel Valls berdiri di antara mahasiswa saat mereka mengheningkan cipta selama satu menit di Universitas Sorbonne di Paris untuk menngingat korban serangan Paris hari Jumat, Prancis, Senin (16/11). (REUTERS/Guillaume Horcajuelo/Pool )

Paris (ANTARA News) - Prancis menetapkan hari berkabung nasional selama tiga hari mulai Sabtu setelah sedikitnya 84 orang tewas dilindas truk saat menyaksikan pesta kembang api pada Hari Bastille, kata Perdana Menteri.

Perdana Menteri Prancis Manuel Valls juga mengatakan kepada wartawan bahwa pemerintah ingin memperpanjang keadaan darurat, yang sudah diberlakukan sejak serangan Paris pada 13 November tahun lalu, hingga Oktober.

Bendera akan dikibarkan setengah tiang mulai Jumat, dan undang-undang yang memperbesar wewenang polisi akan diajukan ke parlemen pekan depan, kata Valls.


"Waktu sudah berubah, dan Prancis harus hidup dengan terorisme, dan kita harus menghadapi ini bersama dan menunjukkan ketenangan kolektif bersama kita," katanya seperti dilansir kantor berita AFP.

"Prancis adalah negara hebat dan memiliki demokrasi hebat dan kita tidak akan membiarkan kestabilan goyah," imbuhnya.

"Kami ingin menyatukan bangsa Prancis. Satu-satunya respons terhormat (atas serangan tersebut) adalah  Prancis terus menerapkan semangat 14 Juli, Prancis yang bersatu dengan nilai-nilainya," katanya.

Baca Juga : Saksi ceritakan peristiwa Nice

Hari Bastille adalah libur nasional Prancis untuk menandai awal dari Revolusi Prancis pada 1789. Hari itu dirayakan dengan parade militer dan pertunjukan kembang api di seluruh negeri. (mr)
Editor: Maryati
COPYRIGHT © ANTARA 2016
Pasca-Brexit: Jerman masih bersabar, Prancis ingin Inggris segera keluar

Pasca-Brexit: Jerman masih bersabar, Prancis ingin Inggris segera keluar

Pasca-Brexit: Jerman masih bersabar, Prancis ingin Inggris segera keluar
Kanselir Jerman Angela Merkel (REUTERS/Francois Lenoir)
 Inggris akan tetap menjadi mitra dekat dengan mana kita sudah terikat secara ekonomi

Berlin/Hermanswerder, Jerman (ANTARA News) - Kanselir Jerman Angela Merkel Sabut waktu setempat menyerukan negosiasi pikiran jernih dengan "mitra dekatnya" Inggris menyangkut pemisahan Inggris dari Uni Eropa.

Sebelumnya enam negara pendiri Uni Eropa menyatakan Inggris harus segera keluar dari blok itu setelah rakyat Inggris memilih keluar dari blok beranggotakan 28 negara itu. Namun, Merkel justru menyampaikan nada yang lebih rekonsiliatif.

"Negosiasi mesti ditempuh dengan cara-cara bisnis, iklim yang baik," kata Merkel setelah bertemu dengan partai konservatif asalnya di Hermannswerder, sebelah barat Berlin.

"Inggris akan tetap menjadi mitra dekat dengan mana kita sudah terikat secara ekonomi," kata dia seraya mengatakan Inggris tak perlu terburu-buru memenuhi Pasal 50 Perjanjian Uni Eropa.

"Itu semestinya tidak lama, memang benar, namun saya sekarang tidak ini bertarung untuk jangka waktu pendek," kata Merkel yang pendiriannya berbeda dari para menteri luar negeri Jerman, Prancis, Italia, Belanda, Belgia dan Luxembourg, yang akan bertemu di utara ibu kota Jerman.
Sebaliknya Presiden Parlemen Eropa Martin Schulz menekan Inggris dengan menyerukan percepatan proses keluar dari Uni Eropad pada KTT Uni Eropa Selasa pekan depan.

"Kami perkirakan pemerintah Inggris menyampaikan sekarang. KTT Selasa nanti adalah momen yang tepat untuk melakukannya," kata Schulz kepada koran Jerman Bild am Sonntag.

Sebaliknya Sekjen PBB Ban Ki-moon yang sudah bertemu dengan Presiden Prancis Francois Hollande di Paris kemarin, menyerukan negosiasi yang pragmatis begitu Pasal 50 itu dipenuhi.

"Pesan saya jelas, ketika kita bekerjasama maka kita akan lebih kuat. Saya harap rakyat Inggris akan mampu mengatasi tantangan-tantangan yang menanti mereka," kata Ban seperti disiarkan media Prancis Journal du Dimanche.

Matthew Elliott, kepala eksekutif kampanye Pilih Leave (tinggalkan Uni Eropa), menyatakan Inggris harus memulai negosiasi informal menyangkut pasca-Brexit dengan Uni Eropa sebelum memenuhi Pasal 50 Perjanjian Lisbon.

Sementara itu Prancis menekan Inggris supaya secepatnya keluar dari Uni Eropa ketika Menteri Luar Negeri Jean-Marc Ayrault menyatakan negosiasi harus secepatnya dilakukan dan bahwa negara-negara anggota Uni Eropa lainnya memerlukan dorongan segar untuk proyek Eropa.

"Kita harus memberikan kesadaran baru untuk Eropa karena kalau tidak populisme akan mengisi kekosongan itu," kata dia seraya menyatakan Uni Eropa tidak bisa menunggu Cameron sampai mundur Oktober nanti sebelum proses keluar dari UE dimulai.

Ayrault meminta Uni Eropa menekan Cameron pada KTT Selasa pekan depan agar segera bertindak.

Menteri Luar Negeri Luxembourg Jean Asselborn berkata kepada Reuters, "Saya yakin Anda bisa menghancurkan Uni Eropa dengan referendum. Kita harus berkomunikasi lebih baik ketimbang yang sudah dilakukan Uni Eropa, dan kita harus bekerja lebih keras menyangkut masalah-masalah semacam migrasi yang gagal kita tangani."

Baik Ayrault maupun Asselborn memperingatkan Inggris untuk tidak bermain-main dalam proses keluar mereka dari Uni Eropa.

"Adalah demi kepentingan Inggris dan kepentingan Eropa untuk tidak melewati masa yang tidak menentu yang menciptakan konsekuensi-konsekuensi keuangan dan itu menciptakan konsekuensi-konsekuensi ekonomi dan politik," kata Asselborn seperti dikutip Reuters.

Editor: Jafar M Sidik
COPYRIGHT © ANTARA 2016
Presiden Jokowi bahas tiga isu dengan Prancis

Presiden Jokowi bahas tiga isu dengan Prancis

Presiden Jokowi bahas tiga isu dengan Prancis
Presiden Joko Widodo (ANTARA FOTO/Widodo S Jusuf)
Jakarta (ANTARA News) - Presiden Joko Widodo (Jokowi) membahas tiga isu strategis dalam pertemuan bilateral dengan Presiden Republik Prancis Francois Hollande, Jumat, di Shima Kanko Hotel the Classic, Shima Jepang.

Pada kesempatan itu, Presiden Jokowi menyampaikan tiga isu bilateral yakni Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (I-EU CEPA), ekspor kayu Indonesia ke Uni Eropa (UE), dan rencana pajak sawit.

Presiden Jokowi menyambut baik selesainya scoping paper I-EU CEPA yang sebelumnya sempat berhenti selama beberapa tahun.

"Saya berharap agar negosiasi formal I-EU CEPA dapat dimulai tahun ini. Negosiasi I-EU CEPA dimaksudkan untuk menjadikan ekonomi Indonesia lebih terbuka dan kompetitif," ujar Presiden Jokowi.

Terkait ekspor kayu legal Indonesia ke UE, Presiden Jokowi mengatakan, Indonesia mengharapkan lisensi FLEGHT (Forest Law Enforcement Governance) dapat segera diberlakukan.

Di samping itu, Indonesia juga mengharapkan dukungan Pemerintah Prancis agar pembahasan mengenai rencana pajak sawit tidak dilanjutkan oleh Parlemen Prancis. "Sehingga ekspor sawit Indonesia ke Prancis dapat terus dilanjut," ujar Presiden Jokowi.

Presiden Hollande menilai bahwa pendekatan "win-win" dinilai merupakan pendekatan terbaik untuk menyelesaikan ketiga isu tersebut.
Selain itu, kedua presiden sepakat untuk meningkatkan kerja sama melawan terorisme.

"Kami sangat mengapresiasi pendekatan Presiden Jokowi yang mengedepankan pendekatan komprehensif berupa soft power dan hardpower," kata Presiden Hollande.
Editor: Fitri Supratiwi
COPYRIGHT © ANTARA 2016
Temui 100 keluarga korban MS804, Prancis turut berduka

Temui 100 keluarga korban MS804, Prancis turut berduka

 | 2.272 Views
Temui 100 keluarga korban MS804, Prancis turut berduka
Sebuah pesawat Egyptair bersiap untuk mendarat di Bandara Kairo, Mesir, Kamis (19/5/2016). (REUTERS/Amr Abdallah Dalsh )
 Ini adalah momen yang sulit, momen yang menyakitkan

Alexandria, Mesir (ANTARA News) - Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Marc Ayrault mengatakan bahwa dia dan para pejabat lain --perwakilan Paris Aeroport, kejaksaan, maskapai Mesir EgyptAir, dan duta besar Mesir di Paris-- telah bertemu dengan 100 keluarga dari para penumpang EgyptAir MS804 untuk mengungkapkan duka cita mendalam mereka kepada para keluarga korban.

Jean-Marc Ayrault juga menyatakan semua teori mengenai penyebab jatuhnya pesawat itu akan dikaji tim penyelidik.

"Semua hipotesis tengah diuji, tidak satu pun yang menguatkan," kata dia seperti dikutip laman CBS News.

Kepada para keluarga korban dia berkata, "Atas nama Prancis, sekali lagi, saya menyampaikan solidaritas saya, serta juga duka cita kami untuk semua pihak yang menghadapi kenyataan bahwa orang yang dicintainya atau bahkan seluruh keluarga, telah tenggelam di laut."
"Ini adalah momen yang sulit, momen yang menyakitkan. Sekali lagi saya ingin bilang kepada Anda semua bahwa kami bersama Anda semua," kata Jean-Marc Ayrault.

Editor: Jafar M Sidik
COPYRIGHT © ANTARA 2016
Back To Top