-->
Motivasi Menulis
Bisnis Online
Referendum Brexit membuat cemas bursa saham seantero jagat

Referendum Brexit membuat cemas bursa saham seantero jagat

Referendum Brexit membuat cemas bursa saham seantero jagat
Bursa saham Hong Kong, Hang Seng (Reuters)

Hong Kong (ANTARA News) - Harga saham di berbagai bursa efek Asia naik hari ini setelah investor mengalihkan portofolio modalnya ke asset-asset safe-haven(tempat pelarian modal yang aman) seperti yen Jepang dan surat utang negara, menjelang referendum masa depan Inggris Raya di Uni Eropa (Brexit).

Nilai kurs pound sterling terhadap dolar AS melesat ke level tertinggi dalam enam bulan terakhir atau total kenaikan mengesankan enam persen sejak pekan lalu setelah investor mengambil posisi "short" (menjual pada harga tertentu demi membelinya lagi dalam posisi lebih rendah) menjelang referendum Brexit hari ini.

Dua jajak pendapat sebelum referendum yang diterbitkan beberapa jam sebelum pemungutan suara untuk masa depan Inggris di Uni Eropa itu, kubu 'Remain' (Inggris tetap di dalam Uni Eropa) mengungguli kubu "Leave" (keluar dari Uni Eropa).

Akibatnya perdagangan efek di bursa Asia berlangsung tidak menentu, bergerak tipis dan berhati-hati.

Indeks MSCI yang menjadi benchmark saham-saham Asia Pasifik di luar Jepang, naik 0,2 persen. Sedangkan kebanyakan pasar saham Asia bergerak datar sampai sedikit negatif. Di antara yang mengalami tekanan paling dalam adalah Bursa Efek Indonesia, sedangkan Nikkei Jepang memetik insentif.

Angus Nicholson, analis pasar pada IG di Melbourne, mengatakan pasar masih sangat gugup, sedangkan pergerakan tajam pasar kemungkinan terjadi pada 24 ke depan.

Berbagai indikator volatilitas pasar meninggi menjelang referendum. Indeks volatilitas bursa saham Hong Kong melonjak sekitar 25 dari 18 pada akhir Desember silam, sedangkan indeks VIX sepertinya akan mencapai level tertinggi tahun ini.

Kebanyakan investor masih dalam posisi menunggu menjelang referendum, namun begitu pemungutan suara referendum Brexit digelar akan menjadi tak tertahankan. Mereka sudah menyiapkan dana besar untuk mengambil posisi yang dianggap mereka tepat.

Sebuah jajak pendapat yang diadakan pengelola dana Bank of America Merill Lynch pekan lalu menyimpulkan bahwa dana tunai yang disiapkan investor telah mencatat level tertinggi sejak November 2001.

Beberapa investor seperti George Soros memperkirakan nilai pound sterling akan amblas sampai 15 persen dari level saat ini  begitu Inggris menyatakan keluar dari Uni Eropa.

Kamis ini, pound sterling berada pada level 1,4796 dolar AS setelah mencatat level tertinggi selama 2016 pada 1,4847 dolar AS. Sebaliknya permintaan terhadap yen masih mengekor kepada dolar AS dengan hanya beringsut 0,2 persen pada 104,60 yen, sedangkan euro bergerak naik 0,6 persen pada 118,64 yen, demikian Reuters.

Editor: Jafar M Sidik
COPYRIGHT © ANTARA 2016
Referendum Brexit super panas, anggota parlemen dibunuh

Referendum Brexit super panas, anggota parlemen dibunuh

Referendum Brexit super panas, anggota parlemen dibunuh
Perdana Menteri Inggris David Cameron berjuang keras membujuk rakyat Inggris untuk mendukung Inggris tetap dalam Uni Eropa (Reuters)
 Dia memiliki pandangan politik yang sangat kuat dan saya yakin dia dibunuh karena pandangannya itu

London (ANTARA News) - Lawmaker Jo Cox, yang ditembak dan ditikam sepekan sebelum referendum keanggotaan Inggris dalam Uni Eropa, meninggal dunia karena pandangan politiknya dan korban dari kampanye politik pro Uni Eropa, kata suaminya seperti dikutip Reuters.

Perdana Menteri David Cameron sudah meminta para pemilih untuk mendukung Inggris tetap bersama Uni Eropa, dua hari sebelum referendum yang akan mengubah masa depan wajah Eropa dilakukan.

Cox, ibu berusia 41 tahun yang memiliki dua anak kecil, adalah pendukung fanatik keanggotaan Uni Eropa. Pembunuhannya menguncang Inggris Raya dan telah mengubah secara drastis nada kampanye pro dan anti Uni Eropa yang membelah warga Inggris.

"Dia memiliki pandangan politik yang sangat kuat dan saya yakin dia dibunuh karena pandangannya itu," kata suaminya Brendan Cox. "Dia mati karena mereka dan dia pasti berdiri bersama mereka yang mati seperti selama dia lakukan dalam hidupnya."
Menurut suaminya itu, Cox mengkhawatirkan budaya politik Inggris di mana orang-orang mengambil posisi yang lebih ekstrem, selain memprihatinkan politik global.
Dia memperihatinkan nada debat yang fokus kepada imigrasi dan mengenai nada mendramatisir kesedihan dan ketakutan, sambung Brendan Cox.
Inggris Raya akan menggelar referendum mengenai apakah mereka keluar dari Uni Eropa di tengah peringatan dari para pemimpin, investor dan perusahaan dunia karena jika keluar maka pengaruh Inggris akan terkikis dan menciptakan gejolak pasar, demikian Reuters.

   
Editor: Jafar M Sidik
COPYRIGHT © ANTARA 2016
Back To Top