-->
Motivasi Menulis
Bisnis Online
Rizal Ramli usulkan penerbitan obligasi pembiayaan infrastruktur

Rizal Ramli usulkan penerbitan obligasi pembiayaan infrastruktur

Rizal Ramli usulkan penerbitan obligasi pembiayaan infrastruktur
Rizal Ramli (ANTARA FOTO/Wahyu Putro A)
Jakarta (ANTARA News) - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Rizal Ramli mengusulkan adanya penerbitan obligasi yang khusus dilakukan untuk pembiayaan infrastruktur guna menghimpun dana dalam membangun prasarana dan sarana di berbagai daerah.

"Indonesia perlu menerbitkan bond (obligasi) sekitar 100 miliar dolar AS untuk pembiayaan infrastruktur," kata Rizal Ramli dalam keterangan tertulis, Selasa.

Rizal mengemukakan hal itu saat menjadi pembicara dalam acara Jambore Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) di Bandung, Jawa Barat, 24 Mei.

Menurut dia, penerbitan obligasi tersebut sebenarnya dapat dilakukan setelah melalui revaluasi seluruh aset BUMN. Namun sayangnya, tak semua menteri di Kabinet Kerja mendukung gagasannya, bahkan tak semua BUMN melakukan revaluasi aset.
"Hanya beberapa BUMN menangkap ide ini melakukan revaluasi aset. Asetnya naik Rp800 triliun. Tapi kalau seluruh BUMN melakukan ini, asetnya akan naik Rp2.500 triliun. Sehingga kita menerbitkan financing 100 miliar dolar AS mempercepat pertumbuhan ekonomi," katanya.

Ia berpendapat bahwa bila gagasan ini dijalankan akan membangkitkan kepercayaan investor yang akan berebutan masuk ke Indonesia, dan dana hasil pembelian obligasi tersebut dialokasikan untuk membangun infrastruktur di seluruh Indonesia dan sisanya untuk menggerakkan sektor riil. 
Editor: Aditia Maruli
COPYRIGHT © ANTARA 2016
Rizal Ramli memprediksi blok Masela serap 380.000 tenaga kerja

Rizal Ramli memprediksi blok Masela serap 380.000 tenaga kerja

Rizal Ramli memprediksi blok Masela serap 380.000 tenaga kerja
Menko Maritim dan Sumber Daya Rizal Ramli (ANTARA FOTO/Wahyu Putro A)
Jakarta (ANTARA News) - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Rizal Ramli mengatakan proyek pengelolaan gas Blok Masela diprediksi akan menyerap 380.000 tenaga kerja dengan skema kilang darat terintegrasi.

"Tadi dijelaskan, kira-kira berapa orang tenaga kerja yang bisa diciptakan kalau ini bisa menjadi industri terintegrasi. Diperkirakan itu sekitar totalnya 380 ribu orang di berbagai bidang," katanya dalam jumpa pers di Jakarta, Selasa.

Untuk mengantisipasi tingginya serapan tenaga kerja itu, maka pemerintah menyiapkan tenaga kerja terampil untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

"Tentu ada kualifikasinya. Sebagian disiapkan dengan balai latihan Kerja (BLK) yang ada, sebagian disiapkan dengan universitas dan politeknik," katanya.
Rizal akan berkunjung ke Bintulu, Kalimantan, untuk melihat industri petrokimia terintegrasi yang nantinya bisa diterapkan di Masela.

Menurut dia, Presiden Jokowi tidak ingin pola industri terintegrasi yang tertutup seperti kota terpisah.

"Presiden maunya fully integrated (terintegrasi sepenuhnya) yang juga bisa dinikmati rakyat," imbuhnya.

Rizal melanjutkan, setelah melihat industri petrokimia terintegrasi itu, pihaknya akan mengundang semua kementerian/lembaga terkait untuk merancang proyek pengelolaannya hanya fokus di ekspor LNG atau tidak.

Namun, mantan Menko Perekonomian era Presiden Abdurrahman Wahid itu menilai pengelolaan gas di darat akan lebih menguntungkan serta mengubah paradigma lama pengelolaan sumber daya alam nasional.

"Biasanya itu sedot ekspor, sedot ikan lalu ekspor, sedot gas diekspor LNG. Kita enggak mau lagi model pengelolaan sumber daya alam seperti itu. Kita ingin nilai tambahnya lebih besar. Untuk itu harus bangun tidak hanya industri untuk LNG, tapi sebagaian untuk bangun industri pupuk dan petrokimia," jelasnya.

Ia kembali mengungkapkan bahwa dengan hanya mengekspor LNG, Indonesia hanya akan mendapat keuntungan 2,5 miliar dolar AS per tahun.

"Tapi kalau kita ekspor juga produk petrokimia, satu tahunnya dapat 6,5 miliar dolar AS. Belum lagi dampak berlipat tidak langsungnya seperti rakyat di situ bikin restoran, sewa taksi atau sepeda motor. Itu totalnya barangkali hampir 8 miliar dolar AS," pungkas Rizal.

Editor: AA Ariwibowo
COPYRIGHT © ANTARA 2016
Rizal Ramli bagikan kartu asuransi nelayan banyuwangi

Rizal Ramli bagikan kartu asuransi nelayan banyuwangi

Rizal Ramli bagikan kartu asuransi nelayan banyuwangi
Menko Rizal Ramli (ANTARA FOTO/HO/Humas Menko Maritim)

Menko Rizal sebagaimana dikutip siaran pers Humas Pemkab Banyuwangi, Jawa Timur, mengatakan di Indonesia jumlah nelayan beserta keluarganya sebanyak 16 juta jiwa. Sebagian di antara mereka merupakan kelompok masyarakat miskin.

Karenanya, kata dia, pemberian kartu asuransi bagi nelayan ini merupakan langkah penting yang dilakukan pemerintah bagi nelayan, sebab selama ini perlindungan atas risiko yang dihadapi para nelayan selama bekerja belum tersentuh.


"Ini adalah bentuk kehadiran pemerintah untuk rakyatnya. Profesi nelayan memiliki risiko kerja yang sangat tinggi. Oleh karena itu, perlindungan kerja ini akan sangat bermanfaat bagi mereka," kata Menko.
Asuransi untuk nelayan ini ditangani oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan. Perlindungan yang diberikan kepada para nelayan mencakup dua program BPJS Ketenagakerjaan, yaitu Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) dan Jaminan Kematian (JKm).

JKK memberi jaminan biaya pengobatan apabila nelayan mengalami musibah kecelakaan kerja sampai sembuh tanpa ada limit biaya. Sedangkan JKm berupa santunan kematian sebesar Rp36 juta bagi keluarga, apabila nelayan mengalami kecelakaan kerja sampai meninggal dunia plus beasiswa bagi anak nelayan yang masih berumur di bawah 24 tahun.

Sementara itu, nelayan Banyuwangi yang mendapatkan asuransi ini sebanyak 1.000 orang. Selama enam bulan di awal preminya dibayarkan BPJS, selanjutnya nelayan diharapkan bisa melanjutkan pembayaran premi secara mandiri sebesar Rp16.800 setiap bulannya.

"Biayanya cukup ringan, namun manfaatnya sangat besar," ujar Rizal.

Sementara itu, Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas siap menyukseskan program asuransi bagi nelayan yang diluncurkan oleh pemerintah pusat. Ini sejalan dengan program pemberian asuransi bagi tenaga kerja informal yang telah dilaksanakan oleh Pemkab Banyuwangi sebelum datangnya era BPJS.

"Melihat manfaatnya yang sangat besar, kami akan membantu untuk mensosialisasikan agar nelayan semakin banyak yang mengikuti program ini. Pekerja di sektor nonformal di Banyuwangi juga telah kami asuransikan selama empat tahun terakhir. Ini untuk menjamin kesejahteraan mereka," kata Anas.
Sejumlah pekerja nonformal di Banywuangi telah diikutkan program BPJS Ketenagakerjaan, mulai dari penambang belerang, petugas kebersihan kota, hingga pemanen gula kelapa.

Selain itu, untuk mendukung produktivitas nelayan, Pemkab Banyuwangi juga memiliki program pemberian bantuan alat bagi nelayan. Mulai dari alat penangkapan ikan seperti jaring, hingga alat bantu penangkapan GPS, radio komunikasi, dan rumpon.

"Pemkab juga ajeg memberi bantuan kapal jukung berbahan fiber kurang dari 3 Gross Tonage kepada kelompok nelayan. Tahun 2014 ada delapan kapal, 2015 delapan kapal, dan tahun 2016 ini enam kapal," ujar Anas.

Selain itu, untuk menjaga kelestarian ekosistem pantai, pemda juga mengembangkan kawasan konservasi pantai. Saat ini sudah ada 10 daerah konservasi pantai, antara lain Pantai Cemara dan Pantai Bangsring.

Dalam kesempatan tersebut, Menko Rizal juga menyerahkan secara simbolis bantuan alat tangkap ikan kepada sejumlah nelayan. Menko juga menyerahkan penyaluran dana Kredit Usaha Rakyat (KUR) dari BNI, BRI, dan Bank Mandiri kepada peserta, keluarga peserta dan eks-peserta BPJS Ketenagakerjaan yang memiliki usaha produktif.
Editor: Tasrief Tarmizi
COPYRIGHT © ANTARA 2016
Rizal Ramli minta Google kembangkan aplikasi bantu nelayan

Rizal Ramli minta Google kembangkan aplikasi bantu nelayan

Pewarta: 
Rizal Ramli minta Google kembangkan aplikasi bantu nelayan
Menko Maritim dan Sumber Daya Rizal Ramli (ANTARA FOTO/Wahyu Putro A)
 "Nelayan kita susah, mereka susah tidak bisa komunikasi di laut kecuali mereka beli telepon satelit. Itu kan mahal banget

Jakarta (ANTARA News) - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Rizal Ramli meminta kepada Google agar mengembangkan aplikasi seluler untuk membantu para nelayan Indonesia.

"Kami minta secara khusus agar mengembangkan aplikasi yang bermanfaat buat nelayan," katanya setelah menerima CEO Project Loon Google Mike Cassidy di kantornya di Jakarta, Selasa.

Mantan Menko Perekonomian era Presiden Abdurrahman Wahid itu meminta perusahaan jasa dan produk internet tersebut mengembangkan aplikasi cuaca, area tangkapan hingga pasar ikan yang bisa diakses nelayan.

Pengembangan aplikasi untuk nelayan itu, diharapkan juga dapat didukung dengan implementasi proyek balon internet yang akan diujicobakan Google di Indonesia, yakni "Project Loon".

"Nelayan kita susah, mereka susah tidak bisa komunikasi di laut kecuali mereka beli telepon satelit. Itu kan mahal banget," katanya.

Dengan dikembangkannya "Project Loon" sebagaimana aplikasi seluler pendukungnya, Rizal berharap nelayan nantinya bisa mendapatkan info tentang cuaca, info area tangkapan serta dapat menjual hasil tangkapannya secara langsung.

"Jadi akan meningkatkan trade (perdagangan)," ujarnya.


Proyek balon internet yang rencananya akan diujicobakan selama satu tahun di kawasan timur Indonesia itu, lanjut Rizal, dipastikan akan dimulai tahun ini.

"Google minta akan coba proyek ini satu tahun. Setelah setahun, kita akan diskusikan dengan operator Indonesia. Wilayahnya kita fokus di kawasan Indonesia timur," katanya menegaskan.

Editor: AA Ariwibowo
COPYRIGHT © ANTARA 2016
Rizal Ramli pertanyakan mundurnya target proyek pelabuhan Kalibaru

Rizal Ramli pertanyakan mundurnya target proyek pelabuhan Kalibaru

Rizal Ramli pertanyakan mundurnya target proyek pelabuhan Kalibaru
Menko Maritim dan Sumber Daya Rizal Ramli (ANTARA FOTO/Wahyu Putro A)

Jakarta (ANTARA News) - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Rizal Ramli mempertanyakan target proyek pembangunan Container Terminal 1 New Priok atau Pelabuhan Kalibaru yang mundur dari seharusnya Januari 2016 menjadi Juni 2016.

"Yang saya ketahui, ini jadwalnya mundur terus. Dikhawatirkan terjadi cost off run, anggarannya berubah terus. Juga terjadi loan overpricing di mana ongkosnya semakin tinggi, tolong dijelaskan," katanya di Kantor PT Pelindo II Jakarta, Kamis.
Di depan jajaran Pelindo II dan anak perusahaannya PT Pengembang Pelabuhan Indonesia (PPI), Rizal mengungkapkan adanya kebutuhan terminal tambahan untuk menambah kapasitas di Pelabuhan Tanjung Priok.

"Pelabuhan yang sekarang memang terlalu padat. Kapasitasnya di atas kemampuannya. Memang butuh Kalibaru," ujarnya.

Menanggapi permintaan Rizal, dalam kesempatan yang sama, Direktur Utama PPI Retno Soelistiyanti menjelaskan mundurnya target penyelesaian konstruksi karena waktu pengurusan perizinan yang molor hingga sembilan bulan.

"Kalau belum diperoleh izinnya, tidak bisa bangun," katanya.


Selain waktu perizinan yang panjang, menurut Retno, juga ada masalah sosial lantaran konstruksi akses jalan harus melewati lahan hunian warga.

"Proyek ini juga bersinggungan dengan proyek pemerintah lainnya, misalnya jalan common gate (area pemeriksaan karantina dan bea cukai) yang harus disesuaikan dengan proyek Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat," katanya.

Retno mengungkapkan, pihaknya hanya meminta penyesuaian target proyek ke Juni 2016 untuk beberapa hal di lapangan.

"Sudah trial (ujicoba), jalan siap, listrik juga sudah siap, tapi untuk operasi keseluruhan kan common gate harus siap semua," ujarnya.

Terkait anggaran, Retno menegaskan tidak ada pembengkakan investasi.

"Kita pakai dolar AS dan rupiah, ditotal masih sekitar Rp10 triliun - Rp11 triliun," katanya.


Mendengar penjelasan Retno, Rizal menginstruksikan agar jajaran Kemenko Kemaritiman segera berkoordinasi dengan Kementerian PUPR untuk mempercepat pembangunan "common gate" yang terkendala tersebut. 

(T.A062//H015)
Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2016
Back To Top