-->
Motivasi Menulis
Bisnis Online
RI sampaikan masalah Selat Malaka di sidang dewan IMO London

RI sampaikan masalah Selat Malaka di sidang dewan IMO London

RI sampaikan masalah Selat Malaka di sidang dewan IMO London
Indonesia Poros Maritim. Suasana aktivitas kapal dan bongkar muat barang di Pelabuhan Tanjung Priuk, Jakarta, Jumat (14/11/2014). Presiden Joko Widodo berencana mengembangkan 24 pelabuhan dalam kurun waktu lima tahun terkait rencana menjadikan Indonesia poros maritim dunia. (ANTARA FOTO/Vitalis Yogi Trisna)
Jakarta (ANTARA News) - Indonesia menyampaikan masalah kerjasama penanganan Selat Malaka, dalam Sidang International Maritime Organisation Council ke116 yang diadakan di markas besar IMO di London dari tanggal 4 sampai 8 Juli.

Dalam sidang dipimpin Sekretaris Jenderal IMO Mr. Kitack Lim , Indonesia menyampaikan intervensi agar IMO menegaskan kembali defenisi piracy dan arm robbery sebagaimana ditetapkan pada UNCLOS 1982 artikel 101 sehingga negara tidak dirugikan.

Atase Perhubungan KBRI London, Simson Sinaga kepada Antara di Jakarta, Kamis menyebutkan dalam sidang Council IMO ke 116, Indonesia melakukan intervensi dan menyampaikan terimakasih kepada Sekjen IMO, Direktur Divisi MEPC dan Chairman Sidang Komite Perlindungan Lingkungan Maritim ke 69 dimana pada sidang MEPC ke 69 di IMO London Presiden RI menyampaikan kebijakan pemerintah tentang pembangunan di sektor Maritim yang disebut pembangunan Poros Maritim.

Dikatakannya beberapa negara anggota IMO sangat tertarik dengan kebijakan yang dilakukan Pemerinah RI serta meminta materi pidato yang disampaikan Presiden RI dan melakukan diskusi mengenai pembangunan dan pengembangan pelabuhan yang dilakukan pemerintah Indonesia untuk dapat diterapkan di negaranya. 

Pada sidang IMO Council, Indonesia menyampaikan perkembangan yang dilakukan pemerintah Indonesia sebagai tindak lanjut pelaksanaan aturan IMO di negara anggota antara lain persiapan yang dilakukan Indonesia sehubungan dengan pelaksanaan Verifikasi Berat Kontainer (VGM) yang diterapkan pada tanggal 1 Juli.

Indonesia terpilih menjadi anggota dewan kategori C terkait dengan bidang lingkungan Maritim di IMO pada pemilihan anggota dewan yang dilaksanakan pada pemilihan bulan November tahun lalu. Posisi Indonesia dimanfaatkan untuk menyampaikan masukan yang terkait dengan kepentingan Indonesia di IMO.

Dikoordinasikan Utusan Khusus Menteri Perhubungan untuk IMO, DR Marsetio, peran serta Kementerian Perhubungan dan Kemeterian serta Biro terkait dengan maritim mengalami kemajuan dan hal tersebut terlihat dari semakin banyaknya Kementerian dan Biro terkait terlibat dalam pembahasan materi yang disidangkan di IMO.

Pada sidang council ke 116, negara anggota mendengarkan laporan disampaikan masing-masing ketua sidang dan pertanggung jawaban keuangan organisasi yang diaudit auditor independent dan peserta sidang memberikan tanggapan, sanggahan dan masukan terhadap laporan 32 sidang yang dilakukan setiap satu tahun. 

Sidang Council dihadiri 39 negara dari 40 negara anggota terpilih sebagai anggota Council dan dari Indonesia dihadiri perwakilan Kemenlu, Kemenko Maritim, Kementerian ESDM, Kementerian Lingkungan Hidup, Sekretariat Negara, dan Biro Klassifikasi Indonesia.

Atase Perhubungan KBRI London, Simson Sinaga mendampingi delegasi dan dengan Basilio Dias Araujo dari Kemenko Maritim menyampaikan intervensi Indonesia antara lain intervensi pada laporan yang disampaikan Chairman Legal Committee terkait dengan submissi yang disampaikan Indonesia mengenai Transboundary Pollution yang mendapat dukungan dari Direktur Maritime Savety Division IMO dan Chairman Legal Committee. 

Indonesia juga menyampaikan intervensi terhadap kesiapan implementasi konvensi Ballast Water Management yang menjadi perdebatan hangat diikuti beberapa negara yang duduk sebagai Council berkepentingan dengan pemilik kapal meminta agar ditetapkan kembali standar penghitungan data tonase kapal yang lebih akurat dan uniform untuk memenuhi persayarat konvensi tersebut dapat dilaksanakan.

Terkait dengan kerjasama penanganan Selat Malaka, Indonesia dengan tegas menyampaikan intervensi agar IMO menegaskan kembali defenisi piracy dan arm robbery sebagaimana yang ditetapkan pada UNCLOS 1982 artikel 101 sehingga negara tidak dirugikan dengan adanya laporan yang dapat menyebabkan resiko tinggi sehingga biaya asuransi akan mahal menjadi penyumbang tingginya biaya logistik.

Indonesia akan lebih banyak bersuara pada sidang IMO berikutnya sehingga akan semakin terpandang di dunia maritime Internasional sejalan dengan Poros Maritim.
Editor: B Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2016
Koarmabar tangkap perompak di Selat Malaka

Koarmabar tangkap perompak di Selat Malaka


Jakarta (ANTARA News) - Komando Armada RI Kawasan Barat (Koarmabar) berhasil menangkap lima orang perompak kapal MV Merlin yang dirampok di perairan Selat Malaka pada 22 Oktober 2015 lalu.

"Tim rekasi cepat Armabar berhasil menangkap lima pelaku perompakan yang beroperasi di Selat Malaka, yang sebelumny merupakan DPO," kata Panglima Armabar (Pangarmabar) Laksamana Muda TNI A Taufiq R, dalam jumpa pers di Mako Armabar, Jakarta Pusat, Kamis.

Kelima pelaku perompakan yang sempat DPO itu, yakni WN alias GB (44), KM alias KR (21), CK alias GL (35), WY (23), dan RM (32). Kelimanya ditangkap di tempat persembunyiannya di Villa Dahlia di Lereng Gunung Salak, Desa Gunung Sari Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor pada Rabu (11/11). Sementara dua orang pelaku lagi masih DPO.

"Setelah berkoordinasi dengan Ketua RT setempat, Denintel Koarmabar melakukan penggerebekan terhadap lima pelaku. Satu orang berinisial CK alias GL sempat melarikan diri melalui jendela, sehingga diberikan tembakan peringatan dan akhirnya dilumpuhkan dengan tembakan di bagian paha kanan," katanya.

Kelima pelaku perompakan yang berhasil ditangkap di Lereng Gunung Salak merupakan hasil pengembangan dari lima orang pelaku yang sudah tertangkap sebelumnya, dimana empat pelaku ditangkap di Kampung Parit Tanjung Balai Karimun, yakni MZ (49), BA (18), WM (20) dan GY (25). Sementara satu orang pelaku berinisial JM (37) ditangkap di Jakarta sebagai penandah spare part kapal hasil perompakan.

Kelima pelaku yang sebelumnya ditangkap telah diproses hukum di Lanal Tanjung Balai Karimun.

"Kita akan kikis habis Selat Malaka dari gangguan kekerasan dan kejahatan. Ini merupakan keberhasilan tim reaksi cepat Koarambar," tegas Pangarmabar.

Taufiq mengatakan, peristiwa yang terjadi di Selat Malaka bukan kategori pembajakan karena tidak melakukan pengancaman dan tidak melukai korbannya.

"Mereka hanya mengambil barang atau spare part tanpa mengancam dan melukai korban. Namun, kegiatan ini sungguh menggiurkan bagi pelaku perompakan lantaran penghasilan yang cukup besar hingga Rp15 juta," katanya.

Modus operandi yang dilakukan oleh pelaku perompakan, yakni ketika kapal lego jangkar, para pelaku langsung naik ke kapal dan mengambil barang yang bisa diambil dengan aman tanpa diketahui pemiliki kapal.

"Mereka melakukan aksinya pada malam hari," kata Taufiq.

Pangarmabar menambahkan, operasi yang digelar ini outputnya adalah kesejahteraan masyarakat dan pelaku bisnis bisa melakukan aktivitas bisnis melautnya di Selat Malaka.

Selain menangkap pelaku, Koarmabar juga berhasil mengamankan barang bukti seperti tiga unit kendaraan mobil, dan uang belasan juta rupiah.

Salah satu pelaku berinisial WN (44) mengaku sudah empat bulan melakukan aksi perompakan terhadap kapal-kapal yang tengah lego jangkar di tengah laut pada malam hari.

"Sudah empat kapal yang telah dirompak. Hasil yang diperolehnya bisa mencapai Rp5 juta hingga Rp6 juta, tergantung barang yang berhasil dibawa," kata WN.
Editor: Desy Saputra
COPYRIGHT © ANTARA 2015
Proyek Pelabuhan Terbesar di Selat Malaka Banyak Dilirik Investor Asing

Proyek Pelabuhan Terbesar di Selat Malaka Banyak Dilirik Investor Asing

Proyek Pelabuhan Terbesar di Selat Malaka Banyak Dilirik Investor AsingWiji Nurhayat - detikfinance
 
Jakarta -Pelabuhan Kuala Tanjung di Sumatera Utara yang digagas PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) I ‎mulai dibangun tahun ini. Di tahap I, Pelindo I mulai membangun multi purpose terminal dengan kapasitas 500.000 Teus.

Pembangunan ditargetkan selesai 2016 dan siap dioperasikan di kuartal I-2017. Pelabuhan ini digadang-gadang bisa menampung 20 juta Teus per tahun, dan bakal yang terbesar di Selat Malaka.

Proyek ini dirancang sejak tahun 2011, Pelabuhan Kuala Tanjung sudah menarik minat investasi investor asing dari berbagai negara seperti China dan Belanda.

"Investor yang berminat banyak, seperti China Port of Tianjin berminat, China Harbour berminat, CCCC (China Communication Construction Company) juga sama. Mereka ingin investasi. Belum lagi Port of Rotterdam," ungkap ‎Direktur Utama PT Pelindo I (Persero) Bambang Eka Cahyana saat rapat dengar pendapat dengan Komisi VI DPR, di Gedung DPR Senayan Jakarta, Rabu (27/05/2015).

Menurut Bambang, antusias yang tinggi dari investor asing disebabkan karena letak Pelabuhan Kuala Tanjung cukup strategis. Pelabuhan Kuala Tanjung terletak tepat di jalur Selat Malaka yang menjadi salah satu jalur pelayaran ‎tersibuk di dunia.

"Jadi Kuala Tanjung prospektif. Di ‎sisi lokasi dia dekat dengan Selat Malaka, hinterland sisi ekonomi cukup bagus," tuturnya.
Adapun beberapa proposal yang diajukan investor asing untuk ikut membangun ‎Pelabuhan Kuala Tanjung. Seperti Port of Rotterdam ingin membangun kawasan industri dan pengelolaan pelabuhan.

"Dia kan developer, dia kembangkan pelabuhan Rotterdam sana dilengkapi kawasan industri. Dia ingin Kuala Tanjung menjadi cerita sukses mereka saat membangun Pelabuhan Rotterdam dan Sohar (Oman)," paparnya.

Lain dengan Port of Rotterdam, investor asing lainnya yaitu China Harbour lebih ingin masuk dan berinvestasi membangun petikemas, CCCC (China) ingin membangun kawasan industrinya sedangkan Port of Tianjin ingin mengembangkan kawasan. Selain itu ada juga investor asal Jepang yaitu Marubeni.

"‎Desain kita tetap pada pedoman yaitu pengembangan kawasan. Jadi ada pelabuhan, kawasan industri hingga 3.000 hektar dan petikemas yang bisa dikembangkan hingga 23.000 hektar," katanya.
Diharapkan bila pelabuhan ini rampung di tahun 2019, pelabuhan ini dapat berperan terutama mengembangkan industri bernilai tambah di Sumatera Utara.

"Sebagian produk di sektar Kuala Tanjung diekspor dalam bentuk barang mentah dan setengah jadi. Kita jumlahkan ekspor CPO dari Sumut dan Riau 20 juta ton setiap tahun. Nah kalau itu diolah menjadi produk turunan sawit yang berjumlah 24, itu berapa juta Teus akan tersedia. Ini yang menarik investor mau masuk," tukasnya.

(wij/hen)
Back To Top