Pewarta: Mukhlis

Ilustrasi.
Sejumlah penduduk asli Tenganan berada di kawasan Desa Tradisional
Tenganan Pegeringsingan, Kab. Karangasem, Bali, Kamis (14/5/15). Desa
Tenganan merupakan salah satu desa tertua dalam budaya Bali yang tetap
mempertahankan cara kehidupan tradisonal di tengah arus globalisasi.
(ANTARA FOTO/Fikri Yusuf)
Langsa, Aceh (ANTARA News) - Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD)
RI Sudirman menyatakan pelaksanaan syariat Islam bukan menjadi
penghambat pembangunan sektor pariwisata di Provinsi Aceh.
"Aceh melaksanakan syariat Islam, tapi bukan sebagai batu sandungan dalam mengembangkan potensi pariwista yang ada," katanya dalam pertemuan dengan Kepala Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata Kota Langsa serta sejumlah pegiat kesenian dan kebudayaan di Langsa, Selasa sore.
Dikatakan, pelaksanaan syariat Islam di Aceh bisa bersinergi dengan
laju pertumbuhan pariwisata, terlebih saat ini Pemerintah Aceh sedang
menggalakkan program tahun kunjungan di Aceh.
Karenanya, pemeran sosok Haji Uma dalam serial drama komedi yang
populer di Aceh itu berharap kepada semua pemangku kepentingan dan
masyarakat agar bisa bersatu mewujudkan program destinasi wisata di
propinsi paling ujung pulau sumatera itu.
Menurutnya, sektor pariwisata merupakan penyumbang pendapatan
negara terbesar. Untuk itu, dengan terbitnya Undang-undang Nomor 10
tahun 2009 tentang Kepariwisataan, Sudirman mendorong pembangunan sektor
pariwisata di seluruh kabupaten/kota di Aceh.
"Ini masa reses, kami hadir untuk melakukan monitoring terkait UU
Kepariwisataan. Semoga Aceh bisa membangun destinasi wisata dan
memberikan hasil positif terhadap pendatan asli daerah," tutur anggota
Komite III DPD RI tersebut.
Ditambahkan, jika potensi wisata di Aceh dikelola dengan baik pasti
akan berdampak pada meningkatnya perekonomian masyarakat di sekitar
lokasi objek wisata dan akan bergeliatnya industri kreatif.
Pun demikian, ia menekankan pentingnya keselarasan antara rencana pembangunan wisata daerah dengan pusat.
Selain itu, lanjut dia, infrastruktur pendukung juga harus
dibangun, di samping pengembangan produk wisata dan keterlibatan
masyarakat.
Tak kalah pentingnya menurut Haji Uma adalah jaminan kenyamanan dan keamanan bagi wisatawan yang berkunjung ke Aceh.
Ayah Yusniar dalam serial komedi "Umpang Breuh" itu juga mengatakan
masih ada beberapa kelemahan dalam menangani pariwisata di Aceh.
Misalnya, sambung dia, masih terjadi pengkerdilan terhadap dinas
dan minimnya anggaran yang tersedia. Selanjutnya, dia menilai
bercampurnya bidang kepariwisataa dalam suatu dinas juga merupakan
kendala lain yang harus segera diambil langkah konkrit oleh pemerintah
daerah.
"Bidangnya bercampur, bersatu dalam suatu dinas yang akhirnya
gemuk. Padahal kementeriannya berbeda," imbuh dia dalam pertemuan santai
penuh nuansa kekeluargaan itu.
Sudirman juga mengutarakan pentingnya "blue print project" dalam pembangunan destinasi wisata di Aceh.
Terlebih, kata dia, saat ini DPD RI sedang membahas Rancangan Undang-undang Perlindungan Kebudayaan dan Bahasa Daerah.
Dalam kesempatan itu, senator asal Aceh itu berjanji akan
memperjuangkan aspirasi masyarakat Aceh umumnya dan Kota Langsa
khususnya, terkait dengan pembangunan kepariwisataan.
"Segenap kemampuan pemikiran dan tenaga saya siap berjuang untuk kemasalahatan masyarakat Aceh," kata Sudirman.
Sementara itu, Kepala Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan
Pariwisata Kota Langsa Syafrizal menyampaikan sejumlah program yang
telah dan akan dilaksanakan pihaknya terkait dengan pencanangan Langsa
destinasi wisata tahun 2017.
Dibawah kepemimpinan Wali Kota Usman Abdullah, kata Syafrizal,
pengembangan sektor pariwisata di daerahnya mulai berdenyut.
Dimana, telah dibangun jalan setapak di kawasan hutan mangrove di
Kuala Langsa dengan panjang 250 meter dan akan kembali dibangun sehingga
mencapai 1 kilometer.
"Pembangunan jalan setapak itu menyedot perhatian banyak
pengunjung. Kami masih terus akan membangun sampai 1 Km panjangnya,"
sebut Syafrizal.
Sedangkan untuk objek wisata lainnya terdapat ruang terbuka hijau atau lebih populer disebut hutan kota.
Di kawasan itu, terang Syafrizal, telah dibangun beberapa fasilitas
seperti mushalla, danau buatan, penakaran rusa dan juga infrastruktur
penunjang seperti jalan sehingga memudahkan akses menuju lokasi objek
wisata itu.
Ditempat itu pula digelar acara Sapta Pesona yang merupakan
pemerintah pusat melalui Kementerian Pariwista dan Ekonomi Kreatif di
era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, serta sejumlah even lainnya yang
terkait dengan kepariwisataan dan kebudayaan.
Untuk menarik minat wisatawan, Syafrizal juga menyampaikan telah
merenovasi gedung bersejarah peninggalan Kolonial Belanda yang berada di
Jantung Kota Langsa sebagai gedung museum daerah.
"Balai Juang yang merupakan saksi sejarah pemerintahan kolonial
telah dipugar menjadi museum daerah yang kini masih dalam tahap
pengerjaan dan pengumpulan benda-benda bersejarah yang akan diletakkan
di museum itu," papar dia.
Masih menurut Syafrizal, bidang kebudayaan juga terus digalakkan
seperti dialog budaya, penggalian potensi seni generasi muda, festival
piasan raya dan lainnya.
"Tahun 20016 akan dilaksanakan Festival Budaya Melayu Raya, di
mana, Langsa merupakan pusat peradaban tiga perkauman yakni Melayu
(Tamiang), Aceh dan Gayo," jelasnya.
Editor: B Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2015