-->
Motivasi Menulis
Bisnis Online
Resmikan Smelter Nikel di Morowali, Jokowi: Setop Ekspor Bahan Mentah

Resmikan Smelter Nikel di Morowali, Jokowi: Setop Ekspor Bahan Mentah

Moksa Hutasoit - detikfinance
Resmikan Smelter Nikel di Morowali, Jokowi: Setop Ekspor Bahan Mentah
Morowali‎ -Presiden Joko Widodo (Jokowi) meresmikan smelter nikel milik PT Sulawesi Mining Investment di Morowali, Sulawesi Tenggara. Jokowi kembali menegaskan, jangan ada lagi bahan mentah yang langsung dikirim ke luar negeri.

"Ini stop (ekspor bahan mentah), nggak boleh. Harus ada nilai tambah untuk daerah dan untuk lingkungan daerah," kata Jokowi dalam kata sambutannya, Jumat (29/5/2015).

Jokowi kemudian membandingkan keuntungan yang didapat dari pengiriman bahan setengah jadi.‎ Jika masih berbentuk bahan mentah dari nikel, harganya hanya US$ 30 per metrik ton.

"Kemudian sekarang dibikin setengah jadi, nikel jadi harganya US$ 1.300 per metrik ton. Nilai tambah yang ditambah ini besar sekali," jelas Jokowi. Bahkan jika yang dikirim barang jadi keuntungan yang didapat bisa semakin berkali lipat.

"Inilah ke depan yang ingin dikerjakan kalau sebuah daerah, ada industri seperti ini larinya kemana-mana karena perputaran uang sangat besar, bisa dalam bentuk yang kecil-kecil dari daerah pasok sayur ke lingkungan industri, pasok telur, ayam, bisa masok jadi subkontraktor di sini, semuanya bisa uang beredar semakin besar, tidak hanya tergantung pada APBD," jelasnya panjang lebar.

Sementara itu Menperin Saleh Husin mengatakan, pembangunan smelter atau pengolahan nikel di Morowali ini bisa jadi contoh realisasi hilirisasi pertambangan. Selain mendongkrak nilai tambah dan menyedot investasi asing, hilirisasi juga menciptakan lapangan kerja baru.

"Saat ini, jumlah tenaga kerja langsung di smelter Morowali sebanyak 5.000 orang. Tahun 2017 nanti, setelah unit produksi beroperasi maka tenaga kerjanya mencapai 12.000 orang," kata Saleh yang ikut menemani Jokowi.


Saleh menjelaskan investasi smelter nikel tahap 1 ini sebesar US$ 635,57 juta. Kapasitas produksi 300.000 ton per tahun dan didukung oleh PLTU dengan kapasitas 2x65 MW.

Perusahaan ini juga akan melanjutkan ekspansi dengan pabrik tahap ke-2 dengan kapasitas 600.000 ton dengan dukungan PLTU sebesar 2x150 MW yang diperkirakan akan selesai pada Desember 2015 dengan nilai investasi sebesar US$ 1,04 miliar.

Pada saat ini nilai investasi secara keseluruhan mencapai US$ 2 miliar dengan penyerapan tenaga kerja sejumlah 5.000 tenaga kerja. Selanjutnya, pabrik tahap ke-3 yang rencananya memiliki kapasitas 300.000 ton dengan dukungan PLTU 300 MW dapat diselesaikan pada akhir tahun 2017, dengan nilai investasi sebesar US$ 820 juta.

"Sehingga secara total, keseluruhan kapasitas industri Nikel Pig Iron di Kabupaten Morowali akan mencapai 1,2 juta ton per tahun, yang didukung PLTU sebesar 730 MW," terangnya.


(mok/ang)
Pemerintah Happy Banyak Smelter Beroperasi Tahun Ini

Pemerintah Happy Banyak Smelter Beroperasi Tahun Ini

Pemerintah Happy Banyak Smelter Beroperasi Tahun Ini
Jakarta -Tahun ini pemerintah memastikan akan ada 6 fasilitas pengolahan dan pemurnian atau smelter yang beroperasi, terutama dari smelter nikel.

"Jadi saya melaporkan 2015 ini ada 6 tambahan yang selesai untuk nikel, di samping 2 yang sudah ada jadi total 8 smelter nikel beroperasi," ungkap Dirjen Mineral dan Batubara (Minerba), Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) R. Sukhyar saat ditemui di Gedung Menko Perekonomian, Kawasan Lapangan Banteng, Jakarta, Senin (30/3/2015).

6 smelter tambahan yang siap beroperasi tahun ini adalah:
  1. Antam Komala yang akan menambah produksi veronikel sebesar 10.000 ton dan akan beroperasi awal Oktober 2015,
  2. Bintang Delapan yang akan memproduksi 300.000 Nickel Pig Iron (NPI), operasi di awal April 2015,
  3. GB Industri Nikel produksi nikel murni sebanyak 6.000 ton, operasi awal April 2015,
  4. Mining Nusantara dengan produksi NPI sebanyak 21.000 ton,
  5. Macika Mineral Industry dengan produksi 53.000 ton NPI,
  6. Karyatama Konawe Utara dengan produski NPI sebesar 50.000 ton.
"Yang sudah ada dua itu adalah Indofero dan Cahaya Modern. Tambahan yang 6 itu Bintang Delapan sebenarnya tanggal 2 April 2015 ini akan diresmikan. Kapasitasitas 300.000 NPI itu salah satu varian smelting bijih nikel," kata Sukhyar.

Sukhyar juga mengatakan, tahun depan, masih ada tambahan 12 smelter nikel yang siap beroperasi. Jadi hitungannya dari 2015 hingga 2016 ada 18 smelter nikel yang siap beroperasi, dari 35 proposal smelter nikel yang diajukan ke pemerintah. Hal itu yang membuat Menteri Koordinator bidang Perekonomian Sofyan Djalil senang.

"Kalau laporan atau respon Menko saya kira happy dengan kemajuan terutama nikel. Yang lain perlu menunggu waktu menjadi nilai tambah terwujud," tuturnya.

Sementara itu progres pembangunan smelter pengolahan bijih tambang lainnya masih dalam progres. Seperti smelter bauksit Harita yang kemajuan pembangunannya baru 49%, Aneka Tambang belum ada kemajuan. Indo Kapuas sudah 20% serta Bintan Alumina sudah mendirikan infrastruktur namun konstruksinya belum jalan. Sementara hal yang sama juga terjadi pada smelter progres pembangunan smelter pasir besi seperti Silo Sumber Suryadharma Lima, Mega Top, menyusul Yuan Mining, Adhiguna, Quantum, dan Sumber Mas,

Dengan capaian ini, pemerintah optimis nilai ekspor produk tambang akan meningkat dan puncaknya terjadi pada 2016. Di 2013 ekspor produk tambang dalam bentuk ore mencapai US$ 15,1 miliar sedangkan di tahun 2016 meningkat menjadi US$ 17 miliar karena ore telah diolah menjadi produk jadi di smelter.

"Jadi gini ini perlu diketauhi juga kita produksi produk nikel baik NPI maupun produk murni produksinya berlebihan menghantam Indonesia juga. sekarang kita lagi berbunga-bunga. Sekarang lagi bagus jangan sekarang dimatikan mereka. Itu kan tidak mudah mengundang investasi di kita," jelas Sukhyar.(wij/rrd)
Back To Top