-->
Motivasi Menulis
Bisnis Online
Pemerintah komitmen stabilkan harga jelang Ramadan

Pemerintah komitmen stabilkan harga jelang Ramadan

Pewarta: 
Pemerintah komitmen stabilkan harga jelang Ramadan
Wapres Jusuf Kalla (ANTARA FOTO/Widodo S. Jusuf)

Jakarta (ANTARA News) - Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan pemerintah berkomitmen untuk menjaga kestabilan harga kebutuhan pokok menjelang dan selama bulan puasa Ramadan hingga Hari Raya Idul Fitri 2016.

"Kenaikan harga menjelang Lebaran akan selalu terjadi, setiap tahun begitu karena masyarakat bersama-sama punya kebutuhan mendadak," kata JK di Istana Wapres, Jakarta, Jumat.

Meskipun demikian, Wapres menegaskan pemerintah akan menjaga kelancaran pasokan untuk tetap menjaga kestabilan harga.

"Harga tergantung supply (pasokan), jadi supply-nya kita tambah lagi, kalau tidak bisa dalam negeri ya impor," kata dia.

Menurut JK, impor yang diperkirakan naik menjelang Ramadan ini adalah daging, sementara itu pasokan bahan makanan dari dalam negeri, seperti beras, telur, dan bawang merah masih aman.

Berdasarkan laporan biro-biro Antara, harga kebutuhan pokok telah naik di hampir semua daerah di Indonesia sejak akhir April lalu, antara lain di Ternate, Sumatera Barat, Riau dan Kepulauan Riau, Kalimantan Timur, Madura, hingga Banten.

Menyikapi situasi tersebut, Dinas Perdagangan di beberapa daerah juga telah melakukan operasi pasar untuk menjaga kestabilan harga.
Editor: Tasrief Tarmizi
COPYRIGHT © ANTARA 2016
Pemerintah ingin Bulog agresif stabilkan harga, cegah kemiskinan

Pemerintah ingin Bulog agresif stabilkan harga, cegah kemiskinan

Pewarta: 
Pemerintah ingin Bulog agresif stabilkan harga, cegah kemiskinan
Persediaan Beras Menipis. Pekerja memikul beras yang baru tiba dari Sulawesi Selatan di Gudang Bulog Tondo Palu, Sulawesi Tengah, Selasa (22/12). Bulog Divre Sulteng terpaksa mengadakan beras dari luar daerah sebanyak 6.000 ton untuk menambah stok beras setempat yang semakin menipis, dan pengadaan dari luar itu dilakukan karena harga beras produksi lokal di atas Harga Eceran Tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah sebesar Rp7.300 per kilogram. (ANTARA FOTO/Basri Marzuki)

Yogyakarta (ANTARA News) - Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian menginginkan Perum Badan Urusan Logistik dapat lebih agresif dalam upaya stabilisasi harga beras guna mencegah peningkatan jumlah kemiskinan.

"Karena setiap kenaikan 5 persen harga beras, ada sekitar satu juta masyarakat yang masuk katagori miskin," kata Deputi Pangan dan Pertanian Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Musdalifah Machmud di Yogyakarta, Selasa.

Dalam seminar nasional "Desain Kebijakan Perberasan Dalam Rangka Mendorong Peningkatan Produksi Padi, Daya Saing Usaha Tani Padi dan Kesejahteran Petani", Musdalifah mengatakan Badan Urusan Logistik (Bulog) harus siap sedia melakukan operasi pasar (OP) ketika menghadapi gejolak harga beras di masyarakat.

Sementra itu, menurut dia, sekitar 30 persen pendapatan masyarakat miskin di Indonesia adalah untuk membeli beras, sehingga dengan persentase tersebut kenaikan harga beras mencapai Rp1.000 per kilogram saja, mereka bisa dikatakan terpuruk.

Begitu juga ketika harga beli beras di kalangan petani rendah, menurut dia, Bulog juga harus segera hadir dengan membeli seluruh beras petani dengan harga pembelian pemerintah (HPP) Rp7.300 per kilogram. "Di sisi lain petani yang juga kami katagorikan masyarakat rentan juga tidak boleh merugi," kata dia.

Untuk meningkatkan daya saing serta kemampuan peran Bulog tersebut, menurut Musdalifah, pemerintah telah menyiapkan penjaminan kredit khusus serta subsidi untuk Bulog. "Untuk meningkatkan kemampuan beli maka akan ada penjaminan khusus untuk Bulog," kata dia.

Selain beras, menurut Musdalifah, tugas Bulog juga akan diperluas untuk melakukan stabilisasi harga jagung dan kedelai. Sebelumnya peemrintah akan memperluas peran Bulog untuk menangani gejolak 11 komoditas selain beras, namun akhirnya dikerucutkan hanya tiga komoditas tersebut.

"Kami utamakan tiga komoditas dulu karena kami harus mempertimbangkan jumlah sumberdaya manusia (SDM) dan kapasitasnya," kata dia.

Sementara itu, Kepala Bulog Divisi Regional DIY Sugit Tedjo Mulyono mengaku selalu siap membeli beras atau gabah petani meski saat ini panen belum merata.

"Sepanjang ada yang panen dan mau menjual dengan harga pembelian pemerintah (HPP) Rp3.700 per kilogram kami akan siap membeli," kata dia.

Di sisi lain, kata Sugit, pihaknya juga telah berulang kali meminta seluruh elemen masyarakat melalui media apabila menemukan gejolak harga beras di wilayahnya agar segera dilaporkan ke Kantor Bulog DIY. "Siapapun bisa melaporkan maka kami akan datang menggelar OP beras," kata dia.
Editor: B Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2016
Pemerintah terus upayakan stabilkan harga

Pemerintah terus upayakan stabilkan harga

Pemerintah terus upayakan stabilkan harga
Menko Perekonomian, Darmin Nasution (ANTARA FOTO/Yudhi Mahatma)


"Perbaikan sudah berjalan, meskipun itu baru kita lakukan," kata Darmin di Jakarta, Senin.

Darmin mengatakan ada persoalan yang membuat harga bahan pangan relatif tinggi, sehingga menjadi faktor dominan penyumbang inflasi pada Januari sebesar 0,51 persen, salah satunya karena fenomena cuaca atau iklim El Nino.

Namun, ia mengatakan upaya perbaikan sedang dilakukan pemerintah, salah satunya dengan melakukan operasi pasar, agar harga-harga tidak melambung tinggi dan terkendali dalam beberapa bulan mendatang.

"Ini ada pengaruh iklim, ada El Nino, tapi juga ada persoalan yang kita belum settle betul. Sekarang sudah kita selesaikan, misalnya kita putuskan Bulog untuk menyalurkan jagung dengan harga rendah. Itu bisa memengaruhi harga lainnya seperti telur dan ayam," kata Darmin.

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) meminta pemerintah untuk menjaga harga kebutuhan pangan yang tinggi sejak awal tahun 2016, agar laju inflasi pada Februari lebih rendah dari tingkat inflasi pada Januari.

"Pesan kita, komoditas bahan makanan bisa dikendalikan mulai sekarang, sehingga inflasi Februari bisa terkendali," kata Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Sasmito Hadi Wibowo.
Menurut dia, harus ada upaya agar bahan komoditas pangan tidak lagi melambung tinggi, meskipun berdasarkan tren terdahulu, laju inflasi pada Februari biasanya lebih rendah dari tingkat inflasi pada Januari.

"Misalnya, untuk bahan makanan seperti ayam atau telur, itu membutuhkan waktu untuk produksi, kecuali yang sudah ada stoknya. Itu harus dijaga, kalau kepepet memang mesti impor, daripada harga melambung tidak karuan," ujar Sasmito.
Kenaikan harga beberapa komoditas pangan seperti daging ayam ras, telur ayam ras, bawang merah dan beras telah memberikan kontribusi pada laju inflasi Januari 2016 yang tercatat sebesar 0,51 persen.

Sementara, Perum Bulog mulai hari ini hingga Maret mendatang melakukan penyaluran jagung sebanyak 600 ribu ton di sentra-sentra peternakan ayam untuk meredam kenaikan harga bahan baku pakan ternak tersebut, beberapa waktu terakhir. 
Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2016
Back To Top