-->
Motivasi Menulis
Bisnis Online
Imam Al Azhar bawa pesan toleransi dalam pertemuan dengan Paus

Imam Al Azhar bawa pesan toleransi dalam pertemuan dengan Paus

Imam Al Azhar bawa pesan toleransi dalam pertemuan dengan Paus
Imam Agung Al Azhar Ahmed Mohamed Ahmed Al Tayeb. (ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari)

Kairo (ANTARA News) - Wakil imam agung Al Azhar di Mesir pada Minggu (22/5) mengatakan iman agung Sheikh Ahmed al Tayeb akan membawa pesan toleransi ketika bertemu dengan Paus Fransiskus di Roma. 

Pertemuan Senin akan menjadi pertemuan pertama pemimpin Katolik dunia dengan salah satu ulama paling penting Islam.

Abbas Shuman, wakil imam agung Sheikh Ahmed al Tayeb, mengatakan kepada kantor berita AFP pada Minggu bahwa sikap Paus Fransiskus terhadap muslim mendorong Tayeb untuk menemuinya.

"Jika bukan karena posisi-posisi baik (Paus Fransiskus) pertemuan ini tidak akan terjadi," ungkap Shuman.

Hubungan antara Vatikan dan Al Azhar, salah satu pusat pembelajaran Islam paling bergengsi, memburuk pada 2006, ketika Paus Benediktus menyampaikan pidato yang mengaitkan Nabi Muhammad SAW dengan aksi kekerasan.

Hubungan tersebut terus membaik sejak Fransiskus menjadi paus pada 2013.

Kunjungan Tayeb ditujukan untuk meluruskan citra "Islam sejati dan mengoreksi kesalahpahaman yang diciptakan oleh kelompok-kelompok" di negara-negara Barat, katanya.
"Dia mendorong negara-negara untuk tidak menganggap warga muslim sebagai kelompok-kelompok yang mewakili ancaman," kata Shuman.
"Dan dia mendorong Muslim di dalam masyarakat Barat untuk berbaur dengan masyarakat mereka… ini adalah pesan bagi kedua belah pihak," katanya seperti dikutip kantor berita AFP.

Paus Fransiscus pada April menjadi berita utama ketika kembali dari perjalanan ke pulau tempat krisis migran, Lesbos, dengan tiga keluarga Muslim Suriah yang mendapatkan dukungan Vatikan saat mengajukan permohonan suaka di Italia.


Editor: Maryati
COPYRIGHT © ANTARA 2016
Penduduk Bekasi makin heterogen makin kedepankan toleransi

Penduduk Bekasi makin heterogen makin kedepankan toleransi

Penduduk Bekasi makin heterogen makin kedepankan toleransi
Ilustrasi. Walikota Bekasi terpilih Rahmat Effendi (kiri) berjabatantangan dengan wakilnya Ahmad Syaikhu (kanan) usai dilantik Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan di Gedung DPRD Kota Bekasi, Minggu, (10/3/13). Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Bekasi menetapkan Rahmat Effendi dan Ahmad Syaikhu sebagai Walikota dan Wakil Walikota Bekasi masa jabatan 2013-2018. (FOTO ANTARA/Suwandy)

Bekasi (ANTARA News) - Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi menilai situasi kependudukan di wilayah setempat semakin heterogen sehingga masyarakat diimbau untuk mengedepankan sikap toleransi.

"Komposisi warga semakin beragam, ditambah dengan perbedaan dalam hal kepercayaan, sikap-sikap intoleran sudah sewajarnya dikesampingkan. Sikap toleran atas berbagai perbedaan itu yang semestinya dikedepankan," kata Wali Kota Rahmat Effendi di Bekasi, Rabu.

Hal itu dikatakan Rahmat menyikapi usia Kota Bekasi yang akan menginjak 19 tahun pada 10 Maret 2016.

Dia mengatakan, Kota Bekasi saat ini dihuni sekitar 2,4 juta jiwa yang berlatar belakang multietnis, warga asal Jawa saat ini mendominasi dengan total 33 persen.

Adapun suku Betawi yang merupakan warga asli Kota Bekasi saat ini tinggal tersisa 28 persen dan kemudian disusul oleh suku Sunda sebanyak 18 persen.


Situasi itu terjadi akibat letak kawasan yang bersebelahan dengan ibukota Jakarta sehingga arus urbanisasi di lokasi itu cukup besar.
Wakil Wali Kota Bekasi Ahmad Syaikhu mengatakan, warga Kota Bekasi sudah seharusnya hidup harmonis sesuai visi Ihsan yang berkorelasi dengan nilai-nilai religiusitas.

"Antarwarga yang memiliki perbedaan latar belakang juga kepercayaan, masing-masing pihak jangan sampai memunculkan hal-hal yang bisa memantik perselisihan," katanya.


Dia mengimbau masyarakat untuk menghindari sikap anarkis yang berujung pada pecahnya konflik horisontal dan menghancurkan hasil-hasil pembangunan yang sudah dicapai selama ini.
Editor: B Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2016
 MPR : toleransi kunci kehidupan berbangsa bernegara

MPR : toleransi kunci kehidupan berbangsa bernegara

MPR : toleransi kunci kehidupan berbangsa bernegara
Gedung MPR/DPR Senayan Jakarta. (FOTO ANTARA/Rosa Panggabean)
Sebab dengan dengan toleransi tesebut kita tetap bisa hidup berdampingan secara harmoni dan damai,"
Bangkalan (ANTARA News) - Anggota MPR RI HM Farid Alfauzi menyatakan, toleransi merupakan kunci damai berbangsa dan bernegara yang harus tetap terjaga di negeri ini.

"Sebab dengan dengan toleransi tesebut kita tetap bisa hidup berdampingan secara harmoni dan damai. Sikap toleran itulah yang harus terus dipupuk dan dikembangkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara," katanya saat menyampaikan sosialisasi Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara, di Pondok Pesantren Al-Kholidiyah, Burneh, Kabupaten Bangkalan, Madura, Jawa Timur, Sabtu (20/6).

Dalam rilis yang diterima Antara, Minggu (21/6) sosialisasi yang diikuti berbagai kalangan masyarakat di Bangkalan dengan jumlah peserta sebanyak 200 orang, anggota MPR dari Fraksi Partai Hanura ini memfokuskan pada penyampaian sosialisasi empat pilar kebangsaan dan bernegara yang meliputi Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhineka Tunggal Ika.

Ia mengatakan bahwa, empat pilar dari konsepsi kenegaraan Indonesia tersebut merupakan prasyarat minimal bagi bangsa Indonesia ini untuk bisa berdiri kokoh dan meraih kemajuan berlandaskan karakter kepribadian bangsa Indonesia.

"Setiap warga negara Indonesia harus memiliki keyakinan bahwa keempat pilar itu merupakan prinsip-prinsip moral bangsa Indonesia yang memandu tercapainya perikehidupan bangsa yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur," katanya.

Lebih lanjut Farid mengatakan, dalam kehidupan bernegara dan berbangsa diperlukan adanya usaha untuk melakukan penyadaran, pengembangan, dan pemberdayaan.

Kegiatan sosialisasi sebagaimana digelar di Bangkalan itu, menurutnya sangat penting dilaksanakan oleh semua pihak, baik oleh penyelenggara negara di tingkat pusat maupun daerah, dan demikianj juga dengan segenap warga negara Indonesia harus sama-sama bertanggung-jawab untuk memahami dan melaksanakan nilai-nilai Empat Pilar dalam kehidupan sehari-hari.

Anggota MPR RI asal daerah pemilihan (Dapil) XI Jawa Timur ini juga menyebutkan, bahwa sejak awal berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia, para pendiri negara menyadari bahwa keberadaan masyarakat yang majemuk merupakan kekayaan bangsa yang harus diakui, diterima, dan dihormati.

Namun, katanya, tanpa disadari, ketidakmampuan mengelola kemajemukan dan ketidaksiapan masyarakat menerima kemajemukan tersebut telah mengakibatkan terjadinya berbagai gejolak yang membahayakan persatuan dan kesatuan bangsa.

Farid Alfauzi menyebutkan, di Pulau Madura ini, terdapat banyak suku bangsa yang hidup, bekerja, dan menetap disini. Mereka bisa hidup bersama secara damai. Tidak mempersoalkan perbedaan yang ada pada dirinya. Mereka mau memahami perbedaan yang ada sebagai sebuah kenyataan yang tidak perlu dipertentangkan.
Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2015
Back To Top