-->
Motivasi Menulis
Bisnis Online
Umat Hindu laksanakan Tapa Brata Penyepian

Umat Hindu laksanakan Tapa Brata Penyepian

Umat Hindu laksanakan Tapa Brata Penyepian
Seorang memantau situasi pantai saat pelaksanaan Hari Raya Nyepi di Pantai Kuta, Bali, Senin (31/3). (ANTARA FOTO/Wira Suryantala)

Denpasar (ANTARA News) - Pulau Bali yang biasanya ramai dengan berbagai kegiatan wisata senyap saat umat Hindu  hening melaksanakan Tapa Brata Penyepian menyambut Tahun Baru Saka 1938 pada Rabu, ketika gerhana matahari total meliputi beberapa bagian wilayah Indonesia.

Umat Hindu melaksanakan tapa brata dengan mengurung diri, pantang melakukan beberapa hal, dan melakukan introspeksi diri selama 24 jam sejak pukul 06.00 pagi ini sampai pukul 06.00  besok.

Selama Tapa Brata Penyepian, mereka melakukan apa yang disebut amati karya(tidak bekerja dan melakukan aktivitas), amati geni (tidak menyalakan api), amati lelungan (tidak bepergian) dan amati lelanguan (tidak mengumbar hawa nafsu, tanpa hiburan/bersenang-senang).

Karena Hari Suci Nyepi bertepatan dengan gerhana matahari total, Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Forum Kerukunan Antarumat Beragama (FKAUB) telah bersepakat bahwa umat Islam yang ada di Bali  tetap dapat melaksanakan shalat gerhana di masjid dan mushala terdekat menurut Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Provinsi Bali Prof Dr I Gusti Ngurah Sudiana.


Ketua Umum MUI Kota Denpasar Saefudin menambahkan pengurus masjid dan mushala sudah berkoordinasi dengan petugas keamanan desa adat atau pecalang di sekitarnya agar warga bisa melaksanakan shalat gerhana antara pukul 07.30 hingga pukul 09.00 waktu setempat.

Menurut kesepakatan, pengurus masjid dan mushala tidak menggunakan pengeras suara saat shalat dan mereka yang hendak melaksanakan shalat wajib mengenakan busana khas ibadah dan berjalan kaki dari rumah ke masjid terdekat.

Kompleks perumahan Perum-Perumnas Monang-Maning Denpasar, kawasan pemukiman yang dihuni sekitar 2.500 kepala keluarga dari berbagai etnis, menunjukkan toleransi terhadap pelaksanaan Tapa Brata Penyepian umat Hindu.

Jalan dan gang-gangnya sepi, hanya ada beberapa pecalang yang berjaga di ujung gang dan perempatan jalan.

Pemandangan serupa terjadi di hampir seluruh pelosok pedesaan di Pulau Dewata. 

Wisatawan mancanegara yang sedang berlibur di Bali pun hanya diperkenankan melakukan aktivitas di dalam kawasan hotel tempatnya menginap.
Ketua PHDI Bali mengatakan, majelis lintas agama sebelumnya telah mengeluarkan seruan bersama untuk mendukung pelaksanaan Hari Suci Nyepi tahun baru saka 1938, yang telah disosialisasikan ke 1.480 desa adat (pekraman) dan berbagai komunitas di Pulau Dewata.

Prajuru desa pekraman dan pecalang bertanggungjawab mengamankan rangkaian pelaksanaan Nyepi di wilayah masing-masing berkoordinasi dengan aparat keamanan terkait.

Berdasarkan pada keputusan Direktorat Jenderal Perhubungan Kementerian Perhubungan dan Surat Edaran Gubernur Bali, Bandara Ngurah Rai dan seluruh pintu masuk ke Pulau Dewata juga ditutup saat Nyepi.

Editor: Maryati
COPYRIGHT © ANTARA 2016
Umat Hindu Sumsel doa bersama minta hujan

Umat Hindu Sumsel doa bersama minta hujan


Umat Hindu Sumsel doa bersama minta hujan
Sejumlah pengendara melintas diatas jembatan ampera yang tertutup kabut asap, Palembang, Sumsel. Ratusan orang umat Hindu Sumatera Selatan menggelar doa bersama memohon supaya diturunkan hujan, karena dalam beberapa bulan terakhir ini wilayah Sumsel dilanda kekeringan dan kabut asap supaya segera berakhir. (ANTARA FOTO/Nova Wahyudi)
 
Palembang (ANTARA News) - Ratusan orang umat Hindu Sumatera Selatan menggelar doa bersama memohon kepada Sang Pencipta supaya diturunkan hujan, karena dalam beberapa bulan terakhir ini wilayah Sumsel dilanda kekeringan dan kabut asap supaya segera berakhir.

Ratusan orang umat Hindu menggelar doa bersama di Pura Agung Sriwijaya Palembang, Kamis.

Sekretaris Persatuan Hindu Darma Indonesia Sumsel, Ketut Musnadi mengatakan, doa bersama itu tujuannya agar bencana kabut asap yang tengah melanda wilayah Sumatera Selatan segera berakhir.

Para peserta doa bersama itu terdiri atas tokoh umat, tokoh adat serta tujuh orang pemangku adat berasal dari Bali.

Di lokasi Pura tersebut nuansa khas Bali terasa sangat kental, sekitar 250 orang umat Hindu baik pria maupun wanita hadir dalam persembahyangan itu.

Menurut Ketut Musnadi, para umat Hindu yang mengikuti doa bersama itu dikumpulkan dari seluruh kabupaten/kota di Sumatera Selatan.

Suasana hening terasa manakala umat Hindu ini memulai persembahyangan, yang terdengar hanya suara lonceng diiringi doa-doa yang dipimpin oleh pemangku Wayan Jaya, seraya melakukan ritual membawa air suci mengelilingi altar sebagai pertanda memohon Sang Kuasa menurunkan hujan.

Pembimbing masyarakat Hindu Sumsel, Gede Riasa Astawa menuntun para umat untuk mencapai tujuan yang sangat diharapkan, yaitu supaya diturunkan hujan di wilayah Sumatera Selatan.

Menurut umat Hindu, diyakini hari ini merupakan hari yang baik untuk melakukan persembahyangan dan berdoa bersama.

Untuk itu, hal serupa juga dilakukan di 10 Pura yang ada di kabupaten/kota di Sumsel, dengan harapan pertolongan-Nya supaya diturunkan hujan, sehingga kabut asap yang terjadi sekarang ini segera berakhir, kata Gede Riasa.
Editor: Fitri Supratiwi
COPYRIGHT © ANTARA 2015
Back To Top