-->
Motivasi Menulis
Bisnis Online
Jet tempur Vietnam hilang di pesisir Laut China Selatan

Jet tempur Vietnam hilang di pesisir Laut China Selatan

 | 3.005 Views
Jet tempur Vietnam hilang di pesisir Laut China Selatan
Pesawat tempur Sukhoi SU-30 (ANTARA FOTO/Sahrul Manda Tikupadang)

Hanoi (ANTARA News) - Jet tempur Vietnam buatan Rusia dinyatakan hilang setelah tidak terlacak radar saat berlatih terbang di sepanjang pesisir Laut China Selatan, sekitar kawasan utama negara tersebut, kata militer pada Selasa.

Pesawat tempur Sukhoi SU-30 MK2 itu terbang di pesisir Nghe An, berdekatan dengan pulau Hainan, China saat akhirnya hilang, sehingga pelatihan terbang jet tempur serupa pun ditunda, kata Letnan Jenderal Senior Vo Van Tuan, yang menjabat wakil kepala staf angkatan bersenjata Vietnam.

"Jet tempur itu belum ditemukan dan masih dalam tahap pencarian," katanya.

Saat ditanya kemungkinan sebab hilangnya jet tempur itu, Tuan mengatakan, "Kami harus menemukannya lebih dulu, baru mengetahui sebab di balik itu."

Kejadian itu menjadi rangkaian kecelakaan melibatkan pesawat tua dalam dua tahun belakangan, khususnya saat negeri itu menyesuaikan strategi militer dan membangun pertahanannya dalam empat dasawarsa ini.

Vietnam tengah memperbaharui pertahanan negerinya demi mengantisipasi kekuatan militer China dan aksinya yang tampak mengancam di Laut China Selatan, kawasan sengketa dua negara komunis tersebut.

Pesawat pengebom SU-30 MK2 itu merupakan satu dari 30 jet tempur yang digunakan Vietnam.

Pasca-pencabutan embargo senjata tempur oleh Amerika Serikat, Vietnam menempatkan jet tempur dalam daftar belanjanya dan jumlahnya diperkirakan bertambah.

Gerakan AS tampaknya dilakukan guna menjadikan Vietnam sebagai sekutu terbarunya di Asia.

Vietnam dikabarkan telah menemui pihak barat dan produsen senjata AS demi meningkatkan pertahanan angkatan udaranya dengan rencana pembelian jet, helikopter, dan pesawat patroli laut, meski pengamat menduga Rusia akan tetap jadi pemasok utama Vietnam.

China sebelumnya mengklaim kepemilikan atas Laut China Selatan, kawasan kaya cadangan energi yang menjadi jalur kapal dagang senilai lima triliun dolar AS tiap tahunnya.

Bukan hanya China, negara lain turut mengklaim kawasan tersebut, di antaranya Brunei, Malaysia, Filipina, Taiwan, dan tentunya Vietnam, demikian Reuters.

(Uu. KR-GNT)

Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2016
Padang jalin kerja sama dengan Ba Ria Vung Tau, Vietnam

Padang jalin kerja sama dengan Ba Ria Vung Tau, Vietnam

Padang jalin kerja sama dengan Ba Ria Vung Tau, Vietnam
Wali Kota Padang Mahyedi Ansharullah (kiri) saat menyalami pejabat pemerintah kota usai sidang paripurna di Gedung DPRD Padang, Sumbar, Selasa (13/5). (ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra)
Padang (ANTARA News) - Pemerintah Kota Padang, Sumatera Barat, menjalin kerja sama dengan Pemerintah Provinsi Ba Ria Vung Tau, Vietnam.

Penandatanganan nota kesepahaman kerja sama antara kedua pemerintah dilakukan di Tugu Perdamaian, Pantai Padang, Selasa.

"Ini merupakan kerja sama pertama antara kota di Indonesia dengan pemerintah provinsi Vietnam meliputi bidang perikanan, perkebunan, pertanian dan industri," kata Wali Kota Padang Mahyeldi Ansharullah usai meneken nota kesepahaman kerja sama. 

"Kerja sama ini akan dikemas agar kedua pihak saling menerima manfaat," ujarnya.
Ia mengatakan bahwa Padang memiliki banyak kesamaan dengan Ba Ria Vung Tau, yang berada di kawasan pantai Vietnam dan berpenduduk sekitar satu juta jiwa.

"Saat ini Vietnam pertumbuhannya cukup pesat dan perusahaan-perusahaan di Asia banyak yang pindah ke Vietnam, sehingga bisa dipelajari kiat dan strateginya, kata dia.

Ketua Komite Rakyat Ba Ria Vung Tau, Le Tuan Quoc, mengatakan Ba Ria Vung Tau merupakan gerbang masuk internasional ke Vietnam.

"Kami ingin melakukan kerja sama pada bidang budaya dan pariwisata dengan Padang," katanya.


Ia berharap kedua pemerintahan dapat menghasilkan kesepakatan yang menguntungkan kedua daerah.

Editor: Maryati
COPYRIGHT © ANTARA 2016
Amerika cabut embargo senjata Vietnam

Amerika cabut embargo senjata Vietnam

 | 673 Views
Amerika  cabut embargo senjata Vietnam
Presiden Amerika Serikat Barack Obama berjabat tangan dengan Presiden Vietnam Tran Dai Quang setelah upacara penyambutan di istana kepresidenan di Hanoi, Vietnam, Senin (23/5/2016). (REUTERS/Carlos Barria)

Hanoi, Vietnam (ANTARA News) - Presiden Amerika Serikat Barack Obama mengumumkan pada Senin bahwa Washington akan mencabut seluruh embargo penjualan senjata mematikan terhadap Vietnam.

Dalam sebuah jamuan makan siang negara yang mewah di Hanoi, Presiden Vietnam, Tran Dai Quang menyambut kunjungan pertama Obama ke negara itu yang bertepatan dengan datangnya musim semi yang hangat setelah musim dingin berlalu.
Obama, Presiden Amerika Serikat ketiga yang mengunjungi Vietnam sejak ikatan kedua negara membaik pada 1995.

Obama mengatakan dalam sebuah konferensi pers gabungan dengan Quang bahwa perselisihan di Laut China Selatan seharusnya diselesaikan dengan cara damai dan bukan karena siapapun "bertindak sok kuat," namun bersikeras bahwa kebijakan terkait embargo persenjataan itu tidak ada hubungannya dengan China.

"Kebijakan untuk mencabut pelarangan itu bukan dikarenakan oleh China atau pertimbangan lainnya, itu berdasarkan keinginan kami untuk menyelesaikan apa yang telah menjadi sebuah proses panjang dalam langkah menuju keadaan normal dengan Vietnam," ujarnya, mengenai kunjungan itu dengan menambahkan bahwa "perasaan dapat berubah dan perdamaian itu memungkinkan".
Dia mengatakan bahwa perdagangan senjata akan bergantung kepada komitmen hak asasi Vietnam, dan akan berdasarkan kepada kasus-demi-kasus.

Meskipun para partai komunis yang menguasai China dan Vietnam secara resmi memiliki ikatan yang dekat, kegiatan yang dilakukan oleh China telah memaksa Vietnam untuk mengubah strategi pertahanan mereka.

(Uu.SYS/A/KR-MBR/C/M007)
Editor: Aditia Maruli
COPYRIGHT © ANTARA 2016
Dubes RI untuk Republik Sosialis Vietnam serahkan surat kepercayaan

Dubes RI untuk Republik Sosialis Vietnam serahkan surat kepercayaan


Jakarta (ANTARA News) - Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh (LBBP) Republik Indonesia untuk Republik Sosialis Vietnam Ibnu Hadi telah menyerahkan surat kepercayaan (Letter of Credence) kepada Presiden Truong Tan Sang dalam sebuah upacara kenegaraan.

KBRI di Hanoi dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Senin 28/3), menyebutkan setelah memasuki kompleks Istana Kepresidenan di Hanoi, dengan didampingi oleh sejumlah pejabat KBRI, Dubes Ibnu Hadi disambut secara militer dan diperdengarkan lagu kebangsaan Indonesia Raya yang dimainkan oleh korps musik istana pada Sabtu (26/3). 

Upacara dilanjutkan dengan pemeriksaan pasukan dan penyerahan surat kepercayaan kepada Presiden Sang.

Dalam pembicaraan seusai diserahkan surat kepercayaan tersebut, Dubes RI menyampaikan salam hangat dari Presiden Joko Widodo kepada Presiden Sang.

Dubes RI mengatakan siap bekerjasama dengan pemerintah dan rakyat Vietnam untuk memajukan dan memperkuat hubungan persahabatan dan kerja sama bilateral kedua negara di berbagai bidang yang telah berlangsung dengan baik selama ini.

Presiden Sang menyambut baik Dubes RI Ibnu Hadi dan menerima salam Presiden RI.

Ia juga menyampaikan bahwa rakyat Vietnam terus mengenang jasa Indonesia dalam memperoleh kemerdekaan.

Vietnam menyatakan dukungannya kepada Indonesia dalam berbagai kesempatan, khususnya ASEAN dan fora internasional lainnya.

Dalam kesempatan tersebut, Presiden Sang juga mengangkat isu maritim, yakni tetap mengupayakan koordinasi yag erat terkait Zona Ekonomi Eksklusif dan Laut China Selatan.

Setelah prosesi penyerahan surat kepercayaan tuntas, Dubes RI kembali menuju Wisma Duta Besar untuk mengadakan ramah tamah dengan seluruh pejabat dan staf KBRI Hanoi.

Dubes Ibnu Hadi merupakan Dubes LBBP RI untuk Republik Sosialis Vietnam yang tiba di Hanoi sejak 24 Februari 2016.

Hubungan diplomatik RI-Vietnam telah berjalan menginjak usia 60 tahun, tepatnya sejak 30 Desember 1955 dan terus meningkat.

Hal ini salah satunya ditandai dengan kesepakatan para pemimpin kedua negara untuk menjalin kemitraan strategis pada tahun 2013, yang menjadikan Vietnam sebagai satu-satunya mitra strategis Indonesia di kawasan ASEAN.

Guna menopang kemitraan strategis tersebut, kedua negara juga telah menandatangani Rencana Aksi Periode 2014-2018 yang salah satu isinya adalah mewujudkan angka perdagangan bilateral sebesar 10 miliar dolar AS pada tahun 2018.
Editor: Aditia Maruli
COPYRIGHT © ANTARA 2016
JK: Vietnam Salip RI di Urutan Produsen Kopi Dunia

JK: Vietnam Salip RI di Urutan Produsen Kopi Dunia

Muhammad Idris - detikfinance
JK: Vietnam Salip RI di Urutan Produsen Kopi Dunia
Foto: Dikhy Sasra



Keprihatinan tersebut diungkapkan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) saat rapat Pengembangan Kopi Berkelanjutan, di Rumah Jabatan Gubernur Lampung, Bandar Lampung, Sabtu (13/2/2016).

"Pertumbuhan konsumsi kopi dunia setiap tahun naik 15%, di pihak lain produksi kopi kita hanya 1%, bahkan dalam 5 tahun terakhir malah stagnan. Dulu Vietnam 630.000 ton, sekarang Vietnam sudah 1,2 juta ton atau dua kali lipat produksi kita," jelas JK.

Menurut JK, produksi kopi tak banyak berubah sejak dikembangkan pada zaman kolonial. Di sisi lain produktifitas kopi per hektar per tahun masih 600-700 kg. Jauh di bawah produktifitas Vietnam sebesar 1,5 ton per hektar, dan Brasil yang di atas 2 ton per hektar per tahun.

"Dulu produksi kopi Vietnam setahun 630.000, sekarang naik dua kali lipat 1,2 juta ton. Kita masih 600.000 ton dari dulu sampai sekarang. Padahal kita yang lebih dulu, kita yang ajari mereka," kata JK.

Sebagai informasi, meski memiliki luas lahan lahan hampir sama dengan Brasil yakni sebesar 1.246.810 hektar, produksi kopi Indonesia pada tahun 2015 hanya 685.000 ton, jauh di bawah Brazil sebesar 3 juta ton, dan Vietnam 1,32 juta ton. Meski memiliki luas lahan besar, produktivitas rendah per hektar membuat besaran produksi kopi Indonesia masih stagnan.

Hadir dalam rapat tersebut, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman, Gubernur Lampung Ridho Fichardo, dan sejumlah pengusaha dan eksportir kopi Lampung.
(ang/ang) 
Back To Top