Selasa, 17/02/2015 16:41 WIB
Halaman 1 dari 2
Putra sulung presiden Indonesia ke-3 BJ Habibie ini menuturkan, dibandingkan dengan negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura saja, Indonesia masih ketinggalan daya saingnya. Bila tak ada langkah strategis untuk meningkatkan daya saing, maka Indonesia akan semakin ketinggalan.
"Mengapa kita perlu inovasi, karena kita perlu memperbaiki daya saing kita. Menurut World Economic Forum, kita masih kalah dari Singapura dan Malaysia, juga dalam ease of doing business (kemudahan dalam berbisnis)," tutur Ilham di acara Konferensi Pers Let's Innovate, Indonesia di Energy Building, Jakarta, Selasa (17/2/2015).
Ilham mengatakan, salah satu aspek yang menunjukkan Indonesia ketinggalan adalah investasi masyarakat dalam berinovasi dan melakukan penelitian dan pengembangan/litbang (Research and Development/R and D) yang masih sangat minim. Menurutnya, untuk negara berkembang seperti Indonesia setidaknya harus berinvestasi 1% dari Produk Domestik Bruto (PDB) untuk R and D.
Ilham menyebut, Tiongkok berinvestasi 1,4% dari PDB untuk melakukan R and D. Sementara negara maju di Eropa seperti Jerman atau Inggris mengeluarkan 2% dari PDB.
"Kita masih punya penyakit yaitu pelit dalam R and D. Indonesia cuma 0,07%. Ini buruk, harus kita perbaiki. Itu sangat kurang perhatian, kurang kesadaran. Ini pengeluaran semuanya, termasuk swasta," tegasnya.
Dalam kesempatan itu juga, Ilham bekerja sama dengan perusahaan konsultan inovasi asal Jerman yaitu Hyve Jerman untuk mengakselereasi daya saing Indonesia melalui perbaikan inovasi.
Ilham juga mengatakan, inovasi di Indonesia perlu melibatkan partisipasi dari konsumen. Ide atau inovasi harus disesuaikan dengan selera konsumen sehingga produk yang dihasilkan pun bisa punya daya saing tinggi.
"Dengan menggandeng Hyve Jerman, hal ini dimungkinkan karena Hyve memiliki kapabilitas dan komunitas inovasi global," tutur Ilham.
Hyve sendiri, menurut Ilham, punya pengalaman yang luas dalam pengembangan ide dan inovasi. Banyak perusahaan besar menggunakan jasanya seperti Nestle, BMW, dan lainnya.
Sementara itu, CEO Deka Group sebagai mitra lokal Hyve di Indonesia, Irma Maibari menuturkan, pengembangan ide dan inovasi yang maksimal memang harus mencakup semua pihak. Mulai produsen hingga konsumen.
"Saat ini ada missing link di dalam rantai nilai tersebut, yaitu keterlibatan konsumen akhir sebagai pembeli dan penerima manfaat hasil inovasi. Inovasi yang melibatkan konsumen sejak awal, terbukti lebih besar kemungkinan suksesnya," katanya.
(zul/hds)
Labels:
Aviasi
Thanks for reading Putra Habibie Ungkap Alasan Daya Saing RI Kalah dari Malaysia dan Singapura. Please share...!
0 Komentar untuk "Putra Habibie Ungkap Alasan Daya Saing RI Kalah dari Malaysia dan Singapura"