Andri Haryanto - detikNews
Jakarta - Direktorat Tindak Pidana
Ekonomi dan Khusus (Tipid Eksus) Bareskrim Polri mulai menyelidiki
kejahatan pencucian uang dengan pokok perkara dugaan korupsi di
penjualan kondensat bagian negara oleh PT TPPI.
Direktur Tipid Eksus Brigjen Victor Edy Simanjuntak mengatakan, Pusat Pelaporan dan Analisa Transaksi Keuangan (PPATK) membentuk tim khusus guna menelusuri jaring laba-laba kemana aliran uang hasil penjualan kondensat bagian negara. Polri pun mewakilkan penyidiknya di PPATK guna berkoordinasi terkait masalah dugaan korupsi kondensat bagian negara tersebut.
"Mudah-mudah dalam waktu dekat ada hasil baik dari PPATK," kata Victor di Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Senin (25/5/2015).
Dari hasil temuan PPATK, Bareskrim akan menindaklanjutinya dengan melakukan penyelidikan apakah transaksi mencurigakan yang terpantau adalah terkait penjualan kondensat murni atau bukan.
"Penyidik yang nanti mengembangkan, kenapa ada uang ke sini, kalau tidak jelas mengalir ke situ kita akan tentukan pencucian uangnya," ujar Victor.
Kalau ada dana mengalir ke satu tempat, yang mengalirkan dana itu perintah siapa," imbuhnya.
Hasil perhitungan sementara BPK terkait kerugian negara dari penjualan kondensat bagian negara oleh TPPI, negara ditaksir merugi sebesar US$ 139 juta.
Sementara pihak TPPI, jelas Victor, menunggak pembayaran hasil penjualan kondensat negara sebesar US$ 140 juta.
"Kondesnat yang diambil TPPI seharusnya bayar ke negara, sementara dia menunggak US$ 140 juta, masalahnya sekarang tunggakan dia ini di luar keuntungan. Menurut BPK kalau semua hasil jual kondensat diberikan ke negara, mereka masih untung US$ 800 juta, lalu kenapa mereka tidak bayarkan US$ 140 juta?" pungkas Victor.
(ahy/idh)
Direktur Tipid Eksus Brigjen Victor Edy Simanjuntak mengatakan, Pusat Pelaporan dan Analisa Transaksi Keuangan (PPATK) membentuk tim khusus guna menelusuri jaring laba-laba kemana aliran uang hasil penjualan kondensat bagian negara. Polri pun mewakilkan penyidiknya di PPATK guna berkoordinasi terkait masalah dugaan korupsi kondensat bagian negara tersebut.
"Mudah-mudah dalam waktu dekat ada hasil baik dari PPATK," kata Victor di Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Senin (25/5/2015).
Dari hasil temuan PPATK, Bareskrim akan menindaklanjutinya dengan melakukan penyelidikan apakah transaksi mencurigakan yang terpantau adalah terkait penjualan kondensat murni atau bukan.
"Penyidik yang nanti mengembangkan, kenapa ada uang ke sini, kalau tidak jelas mengalir ke situ kita akan tentukan pencucian uangnya," ujar Victor.
Kalau ada dana mengalir ke satu tempat, yang mengalirkan dana itu perintah siapa," imbuhnya.
Hasil perhitungan sementara BPK terkait kerugian negara dari penjualan kondensat bagian negara oleh TPPI, negara ditaksir merugi sebesar US$ 139 juta.
Sementara pihak TPPI, jelas Victor, menunggak pembayaran hasil penjualan kondensat negara sebesar US$ 140 juta.
"Kondesnat yang diambil TPPI seharusnya bayar ke negara, sementara dia menunggak US$ 140 juta, masalahnya sekarang tunggakan dia ini di luar keuntungan. Menurut BPK kalau semua hasil jual kondensat diberikan ke negara, mereka masih untung US$ 800 juta, lalu kenapa mereka tidak bayarkan US$ 140 juta?" pungkas Victor.
(ahy/idh)
Labels:
Bareskrim,
Kasus Kondensat SKK Migas
Thanks for reading Bareskrim Mulai Usut Kejahatan Cuci Uang Kasus Kondensat SKK Migas . Please share...!
0 Komentar untuk "Bareskrim Mulai Usut Kejahatan Cuci Uang Kasus Kondensat SKK Migas "