-->
Motivasi Menulis
Bisnis Online

Budiman: Kematian Jadi Harga Lengsernya Soeharto

, CNN Indonesia
Budiman: Kematian Jadi Harga Lengsernya Soeharto Presiden Soeharto saat menyatakan berhenti sebagai Presiden Republik Indonesia di Jakarta, 21 Mei 1998. (Getty Images/Maya Vidon)
 
Jakarta, CNN Indonesia --

"Penahanan, penculikan dan kematian itu sudah kami hitung semua akan menimpa kami"

Kata-kata tersebut disampaikan mantan Ketua Umum Partai Rakyat Demokratik Budiman Sudjatmiko. Budiman merupakan salah satu aktivis pro demokrasi yang dikejar-kejar militer karena ngotot menuntut Presiden Soeharto lengser. Langkah Budiman saat itu dianggap sebagai aksi nekat karena menentang Presiden yang sudah 30 tahun berkuasa.

Budiman mengatakan semua resiko itu memang menjadi harga untuk memperjuangkan demokrasi ditengah diberlakukannya sistem otoriter oleh Soeharto.

 "Itu harga yang memang harus dibayar untuk memperjuangkan demokrasi di setiap negara otoriter," kata Budiman kepada CNN Indonesia.

Budiman yang kini jadi politikus PDI Perjuangan ini mengaku sudah lama merancang berbagai aksi untuk menurunkan Soeharto dari kursi Presiden RI. Dimulai dari pendirian Perhimpunan Rakyat Demokratik, sebuah organisasi nonpartai yang jadi benih Partai Rakyat Demokratik (PRD) pada tahun 1994.

Organisasi yang dipimpinnya itu kemudian menjadi partai pada April 1996. Tiga bulan setelah PRD berdiri, pecah peristiwa 27 Juli. Budiman dituduh menjadi dalang peristiwa kerusuhan perebutan kantor Partai Demokrasi Indonesia itu. Pasalnya, sebulan sebelum peristiwa itu, Budiman menggelar mimbar bebas menyuarakan demokrasi. (Simak FOKUS: Mengingat Kembali Reformasi)

Karena tuduhan itu, ia dikejar-kejar oleh militer saat itu. Setelah tertangkap dan diadili, ia divonis 13 tahun penjara oleh pemerintah Orde Baru.

Ia masih beruntung hanya di penjara. Budiman masih ingat situasi jelang lengsernya sang jenderal besar pada 21 Mei 1998. Aksi penculikan, penghilangan paksa, bahkan pembunuhan kerap terjadi. Budiman mengatakan saat itu banyak aktivis pro demokrasi yang berjuang bersamanya menjadi korban. Ada yang hilang dan belum kembali sampai sekarang, ada pula yang ditemukan meregang nyawa.

Meski banyak memakan korban, Budiman mengatakan tak perlu ada yang disesali. Menurutnya, korban jiwa merupakan sebuah konsekuensi untuk perjuangan dalam menegakan demokrasi.

"Saya tidak menyesal, demokrasi pasti akan memakan biaya termasuk jiwa," ujarnya. (Baca juga: Detik Ini 17 Tahun yang Lalu Reformasi Dimulai)

Tanggal 21 Mei 1998, saat Soehato menyatakan berhenti dari dari jabatannya sebagai Presiden, Budiman hanya bisa mendengar berita dari mulut ke mulut. Saat itu ia tengah berada di balik jeruji besi penjara Salemba.

Berita turunnya Soeharto didapatnya dari kurir yang rutin datang setiap pekan ke Salemba. Selain melalui kurir, Budiman beserta dengan sejumlah aktifis lainnya di penjara mengetahui kondisi luar saat itu melalui sebuah radio kecil di dalam sel. ‎Radio kecil itu pula yang menjadi pemberi informasi bahwa usaha PRD selama empat tahun tidak berakhir sia-sia. Budiman hanya menjalani masa penahanan sekitar tiga tahun. Presiden Abdurraham Wahid memberinya amnesti sehingga ia dibebaskan dari penjara untuk kembali melanjutkan perjuangan demokrasinya.


(sur)
Labels: Mengingat Kembali Reformasi

Thanks for reading Budiman: Kematian Jadi Harga Lengsernya Soeharto. Please share...!

0 Komentar untuk "Budiman: Kematian Jadi Harga Lengsernya Soeharto"

Back To Top