"Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melaporkan ke kami bahwa El-Nino bukan satu-satunya faktor pemicu kekeringan di Indonesia, harus dipertimbangkan faktor lainnya yaitu Dipole Mode dan SST di perairan Indonesia," ungkap Staf Ahli Menteri Pertanian Bidang Lingkungan, Mukti Sujono kepada detikFinance di sela-sela kunjungan Menteri Pertanian Amran Sulaiman, Sidoarjo, Jawa Timur, Kamis (30/7/2015).
Dipole mode merupakan fenomena yang ditandai adanya perbedaan anomali suhu permukaan laut atau sea surface temperature (SST).
"Kesimpulan BMKG, kondisi El-Nino ini diperkirakan akan berlangsung sampai dengan November 2015 dan berpeluang untuk menguat. Daerah yang berpotensi terkena dampak El-Nino meliputi Sumsel, Lampung, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Sulsel dan Sultra," terang Mukti.
Mukti menjelaskan, akibat El-Nino diperkirakan awal musim hujan 2015/2016 di beberapa wilayah mengalami kemunduran antara 10-30 hari dengan mayoritas awal musim hujan (AMH) pada November dan Desember.
"Kami sedang petakan tahun-tahun terakhir fenomena El-Nino khususnya 10 tahun terakhir. Dibanding 1997 yang dikhawatirkan terjadi siklus kekeringan 15 tahunan, karakternya berbeda dengan iklim tahun ini. Tahun 1997 parah, tahun ini relatif terkendali," tambahnya.
Dirjen Tanaman Pangan, Hasil Sembiring mengatakan masih terus memantau laporan dari daerah. "Tanam tahun ini masih bisa sampai tutup tanam pada September minggu ke-3. Produksi tahun ini tergantung dari kondisi hingga 2 bulan ke depan," ujarnya.
"Kami lakukan antisipasi sejak Januari. Ada yang heran, Mentan ngapain bagi-bagi pompa di musim hujan, itu namanya baru antisipasi," tegas Mentan.(rrd/hen)
Labels:
Fenomena Dipole Mode,
Juga Ancam Sawah Petani,
Tak hanya El Nino
Thanks for reading Tak Hanya El Nino, Fenomena Dipole Mode Juga Ancam Sawah Petani. Please share...!
0 Komentar untuk "Tak Hanya El Nino, Fenomena Dipole Mode Juga Ancam Sawah Petani"