Foto: ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan
Bandung - Di tengah penolakan warga, penggenangan Waduk Jatigede rencananya dilakukan Senin, 31 Agustus. Waduk yang diharapkan bisa mengairi lahan pertanian di wilayah utara dan untuk pembangkit listrik, dinilai pengamat terancam meleset dari tujuan.
Hal itu disampaikan Chay Asdak, Pakar Hidrologi dan Lingkungan yang juga merupakan koordinator Prodi Doktor Ilmu Lingkungan dan dosen Fakultas Teknologi Industri Pertanian.
"Peruntukan Jatigede itu di antaranya untuk irigasi lahan-lahan pertanian seperti di Indramayu, Cirebon, Majalengka dan Sumedang," ujar Chay dalam acara Unpad Merespon dengan tema 'Musim Kemarau dapat Kekeringan, Musim Hujan dapat Kebanjiran' di Executive Lounge Kampus Unpad Jalan Dipati Ukur, Jumat (28/8/2015)
Namun masalahnya, fungsi waduk tersebut tidak akan efektif karena lahan-lahan pertanian yang akan dialiri banyak yang telah beralih fungsi.
"Di Pantura, lahan-lahan yang akan dialiri itu telah berubah dari sawah menjadi perumahan. Jatigede yang diagulkan akan meningkatkan pangan dengan kondisi alih tata guna lahan yang masif malah sebaliknya. Jabar tidak akan lagi menjadi daerah lumbung pangan," jelas Chay.
Sementara itu untuk membuka lahan pertanian baru juga tak akan mudah karena harga lahan yang tinggi. "Karena berhadapan dengan alih fungsi lahan, penjualan lahan tidak akan lagi hanya dengan NJOP tapi mengikuti harga pasar," katanya.
Ditambah lagi dengan sedimentasi Sungai Cimanuk yang mencapai 4 juta meter kubik pertahun. "Pasokan listrik akan terganggu dengan laju sedimentasi," katanya.
Usia pakai Jatigede yang diklaim bisa mencapai 50 tahun pun menurut Chay paling hanya bisa setengahnya. "Sepertinya hanya bisa bertahan 25 tahun. Apalagi kita lihat Cina yang saat ini terjadi jalan tol ambruk dan lainnya, itu juga jadi persoalan, harus ada quality control di PU," katanya.
(tya/ern)
Hal itu disampaikan Chay Asdak, Pakar Hidrologi dan Lingkungan yang juga merupakan koordinator Prodi Doktor Ilmu Lingkungan dan dosen Fakultas Teknologi Industri Pertanian.
"Peruntukan Jatigede itu di antaranya untuk irigasi lahan-lahan pertanian seperti di Indramayu, Cirebon, Majalengka dan Sumedang," ujar Chay dalam acara Unpad Merespon dengan tema 'Musim Kemarau dapat Kekeringan, Musim Hujan dapat Kebanjiran' di Executive Lounge Kampus Unpad Jalan Dipati Ukur, Jumat (28/8/2015)
Namun masalahnya, fungsi waduk tersebut tidak akan efektif karena lahan-lahan pertanian yang akan dialiri banyak yang telah beralih fungsi.
"Di Pantura, lahan-lahan yang akan dialiri itu telah berubah dari sawah menjadi perumahan. Jatigede yang diagulkan akan meningkatkan pangan dengan kondisi alih tata guna lahan yang masif malah sebaliknya. Jabar tidak akan lagi menjadi daerah lumbung pangan," jelas Chay.
Sementara itu untuk membuka lahan pertanian baru juga tak akan mudah karena harga lahan yang tinggi. "Karena berhadapan dengan alih fungsi lahan, penjualan lahan tidak akan lagi hanya dengan NJOP tapi mengikuti harga pasar," katanya.
Ditambah lagi dengan sedimentasi Sungai Cimanuk yang mencapai 4 juta meter kubik pertahun. "Pasokan listrik akan terganggu dengan laju sedimentasi," katanya.
Usia pakai Jatigede yang diklaim bisa mencapai 50 tahun pun menurut Chay paling hanya bisa setengahnya. "Sepertinya hanya bisa bertahan 25 tahun. Apalagi kita lihat Cina yang saat ini terjadi jalan tol ambruk dan lainnya, itu juga jadi persoalan, harus ada quality control di PU," katanya.
(tya/ern)
Labels:
Daerah Lumbung Padi,
Pengamat,
Tak akan Efektif Jadikan Jabar,
Waduk Jatigede
Thanks for reading Pengamat: Waduk Jatigede Tak akan Efektif Jadikan Jabar Daerah Lumbung Padi. Please share...!
0 Komentar untuk "Pengamat: Waduk Jatigede Tak akan Efektif Jadikan Jabar Daerah Lumbung Padi"