-->
Motivasi Menulis
Bisnis Online
BOM JAKARTA - Misteri GrandMax putih

BOM JAKARTA - Misteri GrandMax putih

BOM JAKARTA - Misteri GrandMax putih
Seorang anggota Komunitas bicaraSurabaya membawa poster bernada kecaman terhadap teroris di depan Gedung Negara Grahadi, Surabaya, Jawa Timur. (ANTARA FOTO/Didik Suhartono)

Jakarta (ANTARA News) - Mobil GrandMax berwarna putih yang terparkir di luar area parkir Gedung Sarinah diduga milik pelaku peledakan di depan Starbuck dan pos polisi di kawasan Jl. Thamrin, Jakarta Pusat.

"Saat ini mobil sedang diselidiki, masih diperiksa dan sekarang sudah diamankan," kata Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Muhammad Iqbal di Jakarta, Jumat.

Mobil bernomor polisi Bandung ini kemungkinan digunakan sebagai alat transportasi oleh para pelaku teror.

Iqbal tidak menjelaskan secara rinci mobil itu dan di bagian mana mobil itu terparkirkan.

Dari keterangan saksi mata di lapangan, para pelaku keluar dari mobil Grand Max putih dengan pelat Bandung itu. Setelah keluar, mereka langsung memasuki pelataran gedung Skyline.

Sementara itu, Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Tito Karnavian menyatakan polisi telah berhasil mengidentifikasi para pelaku teror bom di Jakarta Pusat itu.

"Sebagian pelaku sudah berhasil diidentifikasi serta diketahui identitsnya," kata Tito.

Tito menegaskan polisi memperkuat pengamanan seluruh objek vital dan lokasi keramaian.

Tito menegaskan, kelompok yang menggelar teror di Starbucks adalah kelompok Bahrun Naim yang ingin dilihat eksis karena dia ingin memimpin dan mendirikan Katibah Nusantara, dia ingin menjadi pemimpin untuk kelompok ISIS di Asia Tenggara.

"Seluruh korban tewas masih di RS Polri Kramat Jati," kata Tito.

Lihat juga : infografis kronologi teror bom kawasan Sarinah.
Editor: Jafar M Sidik
COPYRIGHT © ANTARA 
Misteri Keris Kyai Ageng Kopek dan Joko Piturun

Misteri Keris Kyai Ageng Kopek dan Joko Piturun

Ahmad Lutfie | Selasa, 5 Mei 2015 | 03:26 WIB | Dibaca: 1070 | Komentar: 0
 
KH Jazir ASP. (Foto: Dok)
 YOGYA (KRjogja.com) - Dalam Sabdaraja Sri Sultan HB X juga disebutkan tentang penyempurnaan Keris Kanjeng Kyai Ageng Kopek dan Keris Ageng Joko Piturun. So, apa maksudnya?

Menurut Jazir hal itu berkait dengan suksesi Sultan. Jazir mengatakan, Keris Kanjeng Kyai Joko Piturun melambangkan bahwa yang akan menjadi Sultan adalah Putra Mahkota (seorang laki-laki) bukannya Putri Mahkota. "Arti 'Joko' itukan laki-laki, bukan perempuan," kata Jazir.

Kemudian, soal Keris Kanjeng Kyai Ageng Kopek. Hal itu berkaitan dengan ketentuan-ketentuan keislaman yang ada dalam aturan kraton. Menurut Jazir, Keris Kanjeng Kyai Ageng Kopek ini didapat Sultan HB I (Pangeran Mangkubumi) dari Syeh Jumadil Kubro karena Sultan HB I memiliki kemampuan ngudari 'Kalimasada'.

Itu berarti, dengan tidak lagi dipakainya Keris Kanjeng Kyai Ageng Kopek, aturan dalam kraton tidak berkait dengan ketentuan-ketentuan keislaman yang di dalamnya mengatur soal gelar Khalifatullah. Lagi-lagi penyempurnaan kedua keris ini untuk membuka ruang dimungkinkannya Sultan dari kalangan perempuan. "Kedua keris ini mungkin saja diganti keris yang lain," katanya. (M-2)
Misteri Bukit Aneh di Bima, Tim Geologi Duga Batu Heksagonal Candi Kuno yang Runtuh

Misteri Bukit Aneh di Bima, Tim Geologi Duga Batu Heksagonal Candi Kuno yang Runtuh

Nur Khafifah - detikNews

Misteri Bukit Aneh di Bima, Tim Geologi Duga Batu Heksagonal Candi Kuno yang Runtuh
Jakarta - Tim Geologi Ekspedisi NKRI 2015 Koridor Kepulauan Nusa Tenggara menemukan bukit berisi tumpukan batu heksagonal di Tanjung Meriam, Kecamatan Lambu, Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat. Hampir seluruh bukit dipenuhi batu dengan bentuk dan ukuran yang mirip.

Anggota Tim Geologi Subkorwil 4/Bima, Masykur mengatakan, batu berwarna hitam tersebut merupakan jenis batuan beku dengan struktur columnar joint. Columnar joint merupakan struktur batuan yang berupa pilar-pilar/kolom-kolom yang tersusun rapi.

"Itu proses pembekuan magma dari perut bumi. Tapi begitu mendekati permukaan langsung membeku. Proses pembekuannya cepat sekali," kata Masykur saat dikonfirmasi detikcom, Jumat (24/4/2015).

Namun ia juga mengungkap adanya kemungkinan bahwa tumpukan batu yang tersusun rapi itu adalah candi kuno. "Sebenarnya belum ada penelitian apakah itu situs purbakala atau bukan. Kalau dilihat memang seperti candi yang runtuh atau gagal dibuat," ujarnya.

Namun Masykur belum dapat memastikan hal itu. Tim baru melakukan penelitian awal di tempat yang berlokasi tak jauh dari Pulau Komodo ini.

Batu-batu heksagonal yang menancap di bukit Tanjung Meriam itu berdiameter sekitar 25 cm. Sementara panjang batu yang tak tertimbun tanah sekitar 2-3 meter.

Batu ini menancap kuat di tanah. Saat diinjak oleh tim yang berjumlah lebih dari 5 orang, batu tersebut tak goyang sedikitpun.

"Batuan beku itu kuat. Sebarannya pasti menerus jauh ke bawah perut bumi," kata Masykur.
(kff/ndr)
Back To Top