-->
Motivasi Menulis
Bisnis Online
Negara Timur Tengah tertarik pesan kapal perang PT PAL

Negara Timur Tengah tertarik pesan kapal perang PT PAL

Negara Timur Tengah tertarik pesan kapal perang PT PAL
Ilustrasi. Pekerja menyelesaikan pembuatan kapal perang Strategic Sealift Vessel (SSV)-1 pesanan Filipina di galangan PT PAL, Surabaya, Jawa Timur, Senin (4/4/16). Kapal SSV kelas Lloyd Register tersebut tengah menjalani penyempurnaan dan akan diserahkan kepada Kementerian Pertahanan Filipina pada Mei 2016. (ANTARA FOTO/Zabur Karuru)
 Mereka memesan seperti yang dipesan oleh Filipina, namun lebih besar dan bisa mengangkut empat helikopter sekaligus. Kalau SSV yang dipesan Filipina hanya bisa mengangkut dua helikopter."

"Mereka sudah mengirimkan pangerannya ke sini, dan hanya tinggal menunggu persetujuan rajanya. Kira-kira mereka akan memesan empat unit kapal perang jenis "Strategic Sealift Vessel" (SSV)," ucap Arifin di Surabaya, Selasa.

Arifin menjelaskan, kapal perang jenis SSV yang merupakan pengembangan dari kapal pengangkut "Landing Platform Dock" (LPD) merupakan kapal perang yang sebelumnya dipesan oleh Kementerian Pertahanan Filipina.

"Mereka memesan seperti yang dipesan oleh Filipina, namun lebih besar dan bisa mengangkut empat helikopter sekaligus. Kalau SSV yang dipesan Filipina hanya bisa mengangkut dua helikopter," katanya.

Arifin mengaku belum bisa menyebut secara pasti negara bersangkutan, karena masih dalam proses negosiasi, serta menghargai negara tersebut untuk tujuan kepastian pemesanan kapal perang.

"Yang pasti negara itu ada di wilayah Timur Tengah, nanti kalau sudah waktunya akan kita umumkan beberapa negara yang tertarik dengan kecanggihan kapal perang Indonesia," katanya.

Sementara itu, saat ini PT PAL Indonesia juga sedang dalam proses pengerjaan dua kapal perang canggih, yakni kapal pesanan pemerintah Filipina dan kapal perang pesanan Kementerian Pertahanan Republik Indonesia.

Kapal pesanan Filipina berjenis SSV, sedangkan pesanan Kementerian Pertahanan Republik Indonesia adalah Kapal Perusak Kawal Rudal (PKR).

Kecanggihan Kapal PKR adalah memiliki panjang 105.11 meter, lebar 14.2 meter, dan kecepatan 28 knot, serta mampu berlayar selama 20 hari pada kecepatan 14 knot.
Selain itu, Kapal PKR Fregate juga memiliki alat perang bawah air lengkap, seperti senjata utama penghancur kapal selam berupa torpedo yang dapat membantu proses peperangan di bawah air, serta mampu melakukan peperangan udara dengan senjata rudal anti pesawat udara.

Sedangkan Kapal SSV didesain dengan panjang 123 meter, lebar 21,8 meter, serta memiliki kecepatan 16 knot dengan ketahanan berlayar selama 30 hari di laut lepas. Dan mampu membawa dua helikopter, serta mengangkut kapal "landing craft utility" (LCU) ditambah sejumlah tank hingga truk militer.
Editor: B Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2016
Negara tidak bisa sendirian lawan terorisme

Negara tidak bisa sendirian lawan terorisme

Negara tidak bisa sendirian lawan terorisme
Dokumentasi terdakwa simpatisan ISIS, Koswara alias Abu Ahmad (kiri), tiba di PN Jakarta Barat untuk sidang pembacaan vonis di Jakarta, Selasa (9/2). Koswara divonis empat tahun penjara dan denda Rp50 juta subsidair dua bulan penjara setelah terbukti melakukan tindak pidana terorisme. (ANTARA FOTO/Akbar Gumay)
 ... ancaman radikal dan terorisme harus ditanggulangi secara serius dengan sinergi pemerintah dan masyarakat... 

Makassar (ANTARA News) - Organisasi pendiri Golkar, Kosgoro, mendukung upaya membendung paham radikal dan tindakan melawan terorisme guna menjaga keutuhan Indonesia.

Ketua Umum Kosgoro, Agung Laksono, dalam seminar peran Kosgoro dalam memperkuat deradikalisasi di Makassar, Jumat, mengatakan, melawan radikalisme dan terorisme tidak bisa hanya dipasrahkan kepada negara semata.

Namun juga harus melibatkan masyarakat dan seluruh pemangku kepentingan sehingga tidak ada celah yang bisa disusupi paham terorisme maupun paham radikalisme. 

 Hal ini karena radikalisme dan terorisme menyusup dalam masyarakat secara rahasia dan tidak selalu dapat di deteksi oleh aparat negara.

"Untuk itu, ancaman radikal dan terorisme harus ditanggulangi secara serius dengan sinergi pemerintah dan masyarakat," katanya.
Dia menyatakan, sebagai organisasi masyarakat yang menjadi penyokong ideologi negara, Kosgoro akan turut serta menjaga marwah Pancasila dari rongrongan ideologi-ideologi penyusup seperti pah radikal dan teroris.

Ketua Pengurus Daerah Kolektif Kosgoro Sulawesi Selatan, Syahrul Limpo, mengatakan, Kosgoro dapat menjadi soft power dalam mencegah paham radikal. Dengan terus mengisi ideologi Pancasila bagi para anggota Kosgoro di berbagai daerah, menghindarkan diri disusupi paham radikal dan teroris.

Ia sepakat penanganan teroris tidak cukup dilakukan melalui hard power atau aparat negara seperti polisi dan TNI. Namun dibutuhkan masyrakat dan pemangku kepentingan lainnya termasuk Partai Politik.

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme, Saud Nasution, mengatakan, dalam pelaksanaan deradikalisasi pihaknya pendekatan sosial dan budaya. Selain itu dengan pelibatan mantan teroris yang telah bertobat untuk mensosialisasikan bahaya radikalisme dan terorisme.

Menteri Pertahanan, Ryamizard Ryacudu mengatakan, gerakan bela negara dibutuhkan untuk melawan radikalisme dan terorisme.
Editor: Ade Marboen
COPYRIGHT © ANTARA 2016
 Negara Asia Pasifik dan IAEA sambut prakarsa Indonesia

Negara Asia Pasifik dan IAEA sambut prakarsa Indonesia


Negara Asia Pasifik dan IAEA sambut prakarsa Indonesia
Badan Energi Atom Internasional (IAEA) (REUTERS/Leonharad Foeger)
 
London (ANTARA News) - Negara-negara Asia Pasifik, Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) dan para donor mendukung prakarsa Indonesia untuk mengembangkan kapasitas di bidang aplikasi teknologi nuklir bagi negara-negara di kawasan Asia Pasifik.

Dukungan tersebut tercermin dalam pertemuan yang membahas Regional Capacity Building Initiative atau RCBI yang diadakan di Wina, Austria, demikian Minister Counsellor KBRI/PTRI Wina, Dody Kusumonegoro kepada Antara London, Rabu.

Pertemuan yang diprakarsai KBRI/PTRI Wina dihadiri 20 delegasi dari negara-negara Asia Pasifik, perwakilan negara di luar kawasan seperti AS, Perancis, dan Inggris, serta pejabat dari IAEA.

RCBI merupakan inisiatif Indonesia, pertama kali diluncurkan pada 28 September lalu sebagai forum terbuka yang inklusif untuk membahas penguatan kerjasama teknis di kawasan.

Forum ini merupakan suatu inovasi baru untuk mempertemukan seluruh pemangku kepentingan dari dalam dan luar kawasan untuk membahas bantuan kerjasama teknis dalam kerangka IAEA.

Melalui forum tersebut diharapkan dapat dimobilisasi sumberdaya di kawasan dan dukungan dari luar kawasan bagi pelaksanaan kerjasama teknis untuk dan oleh kawasan Asia Pasifik.

Pada pembukaan acara, Wakil Duta Besar/Deputi Wakil Tetap RI Febrian Ruddyard, atas nama Duta Besar RI Rachmat Budiman, menyampaikan apresiasi atas sambutan positif negara kawasan terhadap gagasan Indonesia di atas.

Ditekankan RCBI dimaksudkan sebagai forum untuk mengidentifikasi sumberdaya regional dan pemanfaatannya secara maksimal bagi kepentingan kawasan.

Lebih lanjut disampaikan tiap-tiap negara, termasuk Indonesia, memiliki sumberdaya tertentu yang dapat dimanfaatkan untuk membantu peningkatan kapasitas negara lainnya di kawasan.

Indonesia misalnya, memiliki kemampuan di bidang pemuliaan tanaman (mutation breeding) yang sudah mendapatkan penghargaan Outstanding Achievement Award dari IAEA September 2014. Indonesia siap untuk memberikan bantuan teknis kepada negara di kawasan yang memerlukan bantuan teknis di bidang pemuliaan tanaman tersebut.
Editor: B Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2015
'Keyakinan tak bisa dipaksakan oleh negara apalagi oleh kelompok'

'Keyakinan tak bisa dipaksakan oleh negara apalagi oleh kelompok'

Reporter : Mohammad Yudha Prasetya

'Keyakinan tak bisa dipaksakan oleh negara apalagi oleh kelompok'
Seminar HAM dan keagamaan. ©2015 Merdeka.com


Merdeka.com - Keyakinan dalam memeluk agama merupakan hak asasi individu. Karenanya, siapapun termasuk negara tidak dapat mengintervensinya.

Demikian disampaikan Romo Daniel Byantoro dari Gereja Ortodox Indonesia dalam acara Seminar Nasional Hak Asasi Manusia dalam Perspektif Agama dan Kepercayaan di Indonesia, yang diadakan Organization of Ahlulbayt for Social Support and Education (OASE), bersama Badan Perjuangan Kebebasan Beragama dan Berkepercayaan (BPKBB).

Dia menekankan, kebenaran tentang sebuah ajaran itu benar-benar menjadi hak Tuhan, dan tidak pantas diambil alih oleh manusia melalui kelompok-kelompok intoleran penebar kebencian.

"Kita semua mempunyai sifat ilahi dalam tiap sisi hidup kita, sehingga kita semua berpeluang mendapatkan kedamaian. Tentulah kita masing-masing akan menganggap agama kita yang paling benar. Tapi biarkan Tuhan yang akan menentukan, dan bukan sesama manusia yang memutuskan apakah sesuatu keyakinan itu benar atau salah," kata Romo Daniel di Wisma Antara, Jakarta Pusat, Rabu (25/3).

"Keyakinan terhadap Allah itu adalah sesuatu yang tertanam dalam diri manusia, yang merupakan bagian kemanusiaan itu sendiri. Oleh karena itu tidak bisa dipaksakan oleh siapapun, baik oleh pemerintah, apalagi kelompok. Karena hal itu merupakan pilihan sendiri," katanya menambahkan.

Romo Daniel juga menekankan, sejatinya semua agama pasti mengajarkan kasih sayang pada sesama makhluk sebagai manifestasi dari apa yang Tuhan inginkan untuk terwujud di dalam kehidupan semesta ini.

"Menurut keyakinan kami, Allah itu menciptakan manusia karena kasih. Dia ingin menunjukkan kepada manusia kekuasaannya melalui kasih sayang itu sendiri. Ketika cinta itu sudah hilang, manusia itu sudah melupakan dasar kemanusiaan yang paling gawat. Karena kita diciptakan untuk cinta, merawat cinta, dan menyebarkannya kepada sesama makhluk," ujar Romo Daniel.

Dia menjelaskan, jika agama tidak menciptakan cinta dan hanya menyebar kebencian, maka sesungguhnya agama itu telah keluar dari relnya. Menggunakan agama untuk membenci, melukai dan merusak, menurutnya sama saja dengan mencoreng wajah Tuhan dan agama itu sendiri.

"Isa Almasih mengatakan, 'Barangsiapa tidak menentang engkau, dialah sahabatmu'. Jadi kalau begitu kita bisa bersahabat dengan orang yang berbeda keyakinan. Bahkan di dalam kitab ada nasihat, 'Berdoalah untuk musuhmu'. Maka bayangkan jika musuh saja dianjurkan untuk didoakan, apalagi mereka yang sebenarnya bukan ancaman dan bahkan sahabat bagi siapapun," ujar Romo Daniel.

"Di Indonesia ini ada 700 lebih bahasa dan dialek. Kalau kita tidak bisa saling menghargai, mana bisa bangsa ini terbentuk. Dulu sewaktu saya di kampung, saya sering diajak makan oleh seorang ustaz di musala. Nggak apa-apa kok. Tapi sekarang kenapa hal itu sudah nggak bisa? Bahkan, sebagian muslim kini ada yang mengharamkan ucapan Natal. Padahal kan itu tak berarti bisa mengubah iman seseorang," pungkasnya.
Back To Top