Prins David Saut - detikNews
Kathmandu, - Tim Indonesia Peduli Nepal telah berada di lokasi pendirian rumah sakit darurat berupa tenda di Satungal, Nepal. Tanpa komando, tokoh masyarakat setempat langsung berkumpul dan menyatakan siap membantu.
Peristiwa ini terjadi di kawasan perbukitan Himalaya dengan ketinggian kurang lebih 3.000 mdpl, Satungal, Nepal, Selasa (5/5/2015). Sedikitnya ratusan warga di Satungal berkumpul di sebuah lapangan terbuka bekas ladang.
Di lapangan itu, empat unit truk yang membawa logistik dan kemah langsung disambut penduduk Nepal tersebut. Tak ada yang memerintahkan mereka, namun tiba-tiba mereka berbaris dan melakukan estafet ketika menurunkan barang-barang logistik tersebut.
"Aawunu hosh ra uni haru lai madad garnu hosh!" kata salah satu penduduk Satungal yang berarti 'Ayo kumpul, bantu mereka untuk kita'.
Setelah teriakan itu digemakan, puluhan pria Nepal mendekati truk logistik dan berbaris membentuk garis estafet. Dua Tenda untuk rumah sakit langsung berdiri setelah diturunkan di lapangan tak lama dari 60 menit.
Beberapa pria Nepal turut membantu menarik tali tenda dan sejumlah wanita Nepal duduk di pinggir lapangan untuk mengamati aksi gotong royong Indonesia-Nepal tersebut.
"Pengelolaan bencana harus melibatkan semua, disaster is everyone business. Dan bila masyarakat dilibatkan dari awal dia akan memiliki dan memperkuat ketangguhan (resilience)," kata Disaster Resource Partnership Indonesia, Victor Rambat.
Menurut Victor, gotong royong yang harusnya menjadi ciri khas bangsa Indonesia namun juga dilakukan bangsa Nepal terjadi karena semangat kemanusiaan. Walau berbeda bahasa antara bangsa pelaut dan bangsa pegunungan itu, tak menyurutkan semangat bersama.
"Semangat kemanusiaan itu dimiliki oleh semua, ketika Indonesia hadir, bahasa yang digunakan adalah bahasa kemanusian dan ditanggapi oleh masyarakat Nepal dengan bahasa yang sama, kendati berbeda kata-kata," ujar Victor.
(vid/spt)
Peristiwa ini terjadi di kawasan perbukitan Himalaya dengan ketinggian kurang lebih 3.000 mdpl, Satungal, Nepal, Selasa (5/5/2015). Sedikitnya ratusan warga di Satungal berkumpul di sebuah lapangan terbuka bekas ladang.
Di lapangan itu, empat unit truk yang membawa logistik dan kemah langsung disambut penduduk Nepal tersebut. Tak ada yang memerintahkan mereka, namun tiba-tiba mereka berbaris dan melakukan estafet ketika menurunkan barang-barang logistik tersebut.
"Aawunu hosh ra uni haru lai madad garnu hosh!" kata salah satu penduduk Satungal yang berarti 'Ayo kumpul, bantu mereka untuk kita'.
Setelah teriakan itu digemakan, puluhan pria Nepal mendekati truk logistik dan berbaris membentuk garis estafet. Dua Tenda untuk rumah sakit langsung berdiri setelah diturunkan di lapangan tak lama dari 60 menit.
Beberapa pria Nepal turut membantu menarik tali tenda dan sejumlah wanita Nepal duduk di pinggir lapangan untuk mengamati aksi gotong royong Indonesia-Nepal tersebut.
"Pengelolaan bencana harus melibatkan semua, disaster is everyone business. Dan bila masyarakat dilibatkan dari awal dia akan memiliki dan memperkuat ketangguhan (resilience)," kata Disaster Resource Partnership Indonesia, Victor Rambat.
Menurut Victor, gotong royong yang harusnya menjadi ciri khas bangsa Indonesia namun juga dilakukan bangsa Nepal terjadi karena semangat kemanusiaan. Walau berbeda bahasa antara bangsa pelaut dan bangsa pegunungan itu, tak menyurutkan semangat bersama.
"Semangat kemanusiaan itu dimiliki oleh semua, ketika Indonesia hadir, bahasa yang digunakan adalah bahasa kemanusian dan ditanggapi oleh masyarakat Nepal dengan bahasa yang sama, kendati berbeda kata-kata," ujar Victor.
(vid/spt)
Labels:
Gotong Royong Indonesia-Nepal,
Himalaya
Thanks for reading Gotong Royong Indonesia-Nepal di Tengah Perbukitan Himalaya. Please share...!
0 Komentar untuk "Gotong Royong Indonesia-Nepal di Tengah Perbukitan Himalaya"